•4•

42 12 12
                                    

"EXO rilis lagu baru loh,"

"Ah, ganteng banget mereka!"

"Ah, Sehun ganteng banget woy lah!"

"Ganteng banget Chanyeol!"

Mereka ada empat orang. Aku tidak sadar bahwa aku berada di dekat mereka— seolah aku tertarik dengan topik yang sedang mereka bicarakan.

Dikelas sedang jam kosong, tentu saja kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini yang bisa dibilang langka?

Salah satu ponsel dari keempat teman kelasku diletakkan di atas meja, sementara botol minuman diletakkan tepat di belakang ponsel— menyangga ponsel agar tidak terjatuh.

Terfokus pada layar ponsel yang sedang menayangkan M/V EXO. Aku jadi tidak sadar bahwa beberapa temanku kelasku ini adalah seorang fangirl.

Perlu di ketahui bahwa aku bukan salah satu seorang fangirl dari mereka, hanya saja aku suka melihat video musik idol Korea, bukan berarti aku seorang fangirl juga, kan?

Lagi pula aku tidak terobsesi sama sekali pada idol Korea. Sekadar mengagumi itu lebih baik dari pada terobsesi pada orang yang sulit di capai, idol Korea contohnya.

"Lo suka yang mana, Na?"

Aku terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari salah satu temanku yang menurutku sedikit sulit? Eum, Jika dilihat-lihat dari member EXO, aku lebih suka melihat Kai. Bukan tanpa sebab.

Selain wajahnya tampan, tubuhnya juga kekar.

Apa lagi dia mempunyai roti sobek, seperti para cowok fiksi yang sering aku baca. Ngomong-ngomong soal fiksi, aku sering kali menangis karena mereka.

Iya, karena cowok fiksi.

Aku juga tidak habis pikir lagi dengan diriku sendiri, menangis karena cowok fiksi?

Itu terdengar aneh dan memalukan, bukan?

Tetapi menurutku menangis karena cowok fiksi jauh lebih baik, dari pada menangis karena cowok real life.

Bisa-bisanya aku terbawa perasaan dengan tulisan para author yang sangat sulit di jelaskan dengan kata-kata.

Mungkin menangis karena cowok fiksi terdengar begitu aneh? Namun mereka tidak akan tahu jika tidak merasakannya sendiri. Tidak apa jika di anggap aneh, toh faktanya tidak begitu.

"Kai," sahutku tak sadar.

"Tau aja lo yang ganteng, Na,"

Aku hanya merespon dengan tawa pelan.

Di antara kami, Rere tidak berada di sini, wajar saja Rere bukan seorang fangirl seperti mereka berempat ini. Rere bahkan tidak menyukai hal yang berbau Korea, idol K-Pop misalnya.

Dia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk membaca komik—genre romantis tentunya. Berbeda dengan Rere yang menyukai komik, aku lebih menyukai novel.

Aku mengambil botol minumku yang tadi aku letakkan di atas meja sebelum membuka tutupnya dan meminumnya hingga tersisa setengah.

NANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang