•6•

28 12 34
                                    

Saat ini aku masih libur, mengingat bahwa belum waktunya masuk sekolah baru. Bay the way... aku sudah selesai pendidikan SMP.

Tidak terasa ya?

Aku juga tidak menyangka bahwa akan segera menjadi anak SMA atau SMK? Ah, entahlah. Waktu berjalan sangat cepat dan aku menyadari itu.

Bercerita soal masa SMP, aku jadi tak sadar jika aku sudah lulus dan akan melanjutkan pada pendidikan— entah itu SMA atau SMA.

Aku lulus dengan jalur pandemi karena virus corona. Lucu memang, tidak ada perpisahan yang begitu menyedihkan.

Dan sekarang aku harus memutuskan untuk memilih sekolah di SMA atau SMK. Sedikit sulit memang untuk memilih keduanya.

Setelah lulus dari SMP, aku memutuskan untuk melanjutkan ke sekolah SMA yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku.

Sebenarnya ini bukan kemauanku, hanya saja keluargaku menginginkanku bersekolah di salah satu SMA Elite yang terkenal. Namanya SMA Strawflower— tempatnya berada di kota Jakarta.

Padahal aku ingin melanjutkan sekolah SMA yang letaknya tak begitu jauh dari rumahku, namun aku bisa apa?

Aku harus berpisah dengan Rere—  sahabatku. Aku sebenarnya tidak mempersalahkan hal ini karena aku tahu bahwa tidak selamanya sahabat bisa berada di samping kita. Ada kalanya kami berpisah dan memilih jalan masing-masing.

Perpisahan beberapa minggu yang lalu tidak ada hal yang menarik. Semua terasa begitu monoton. Awalnya aku berandai-andai bisa fotbar dengan Marvel. Jelas itu tidak mungkin. Fotbar sekelas saja tidak terjadi.

Saat ini aku tengah menatap takjub sekolah SMA baruku. Bangunannya terlihat besar dan bagus. Di halaman terdapat beberapa gazebo dan air mancur yang mengalir dikolam yang berisi ikan hias. Terdapat pohon beberapa pohon besar yang tampak terawat untuk digunakan untuk berteduh.

Aku sendirian disini. Meski banyak murid baru yang sama sepertiku— aku belum mempunyai teman sama sekali disini. Rasanya ingin sekali mengajak salah satu dari mereka berkenalan, namun nyaliku sangat ciut— mengingat bahwa aku remaja yang tergolong introvert.

Aku takut jika mengajak orang lain berkenalan duluan karena aku takut jika diabaikan— seperti waktu kecil. Itu sangat menyakitkan dan membuatku menjadi kepribadian yang pendiam, sangat acuh dan tidak terlihat peduli pada orang di sekitar.

Padahal tidak seperti itu... Aku peduli dengan hal yang berada disekitarku, namun aku tidak menunjukkannya secara terang-terangan.

Memilih abai, aku tetap berjalan untuk menuju kelas baruku yang kebetulan berada di lantai satu, jadi aku tak perlu menaiki tangga untuk menuju kelas.

Hari ini adalah awal pertamaku memasuki sekolah SMA. Jadi dikelas tadi kegiatannya cuma berkenalan saja dan pembagian jadwal pembelajaran di kelas.

Sepulang sekolah, aku dijemput oleh abangku. Aku mempunyai keluarga yang amat protektif, mereka tidak akan membiarkanku keluyuran meski masih siang bolong.

Jelas mereka tidak mengizinkanku untuk berpacaran, meski kadang aku sering bertanya-tanya rasanya pacaran itu seperti apa.

Aku baru sadar bahwa lumayan banyak murid SMP ku dulu yang melanjutkan sekolah di sini. Namun, aku tidak begitu mengenali mereka karena dulu berbeda kelas.

NANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang