part 7 - Tembakan

114 13 5
                                    

#ISTRI_SATU_MILYAR_2
#Part_7 (Tembakan)

Kediaman Solfatara dihebohkan dengan bayi Aaron dalam dekapan Kanaya. Rentetan pernyataan dilontarkan Amanda membuat telinga Brian tak ayal disumpal alat pendengaran, menghindari pertanyaannya itu masuk ke gendang telinganya. James yang sedari tadi berada di samping Kanaya menggeleng pelan melihat tingkah laku Nyonya besarnya yang terlihat tidak sesuai dengan usainya. Kekanak-kanakkan.

Brian terdiam, lebih memilih meninggalkan Amanda menuju kamar putrinya diikuti Kanaya dan James.

Dua bodyguard yang bertugas menjaga ruangan Ayana menunduk hormat, kemudian membukakan pintu memberi akses pada sang Tuan. Raungan dengan dinding merah muda menyambut mereka. Berbagai mainan hingga boneka besar berjejer di ranjang berukuran besar di tengah ruangan itu.

Perlahan ia meletakkan putrinya di box bayinya tanpa memperdulikan Kanaya tengah menggendong Aaron. Netra sebiru lautan itu menatap lembut putrinya tengah terlelap dengan wajah menggemaskan.

"Tuan ... Aaron--"

"Sementara waktu tidurkan dia di ranjang," katanya sebelum berbalik meninggalkan ruangan itu tanpa mau melihat wajah menggemaskan Aaron.

Kanaya menghela napas lelah. Kejoranya tak hentinya memandang kepergian sang Tuan, sedih. Andai saja Brian mengetahui jikalau Aaron putra kandungnya, dia tak mungkin menganak emaskan Ayana dan menganak tirikan Aaron. 

Sore harinya beberapa orang masuk ke kamar Anaya membawa box untuk Aaron. Terkesan sederhana tampa ada aksen mewah melingkupi box bayi tersebut. Berbeda dengan milik Anaya.

Untuk kesekian kali Kanaya harus menahan diri untuk tidak terlihat tengah meratapi nasib putranya yang tidak dianggap oleh Ayahnya sendiri. Ia  bersyukur sang Tuan tidak memberikan Aaron pada pihak Panti Asuhan dan lebih memilih menjadikan putranya walau ada kesan keterpaksaan yang bisa Kanaya lihat. 

"Mengapa Anda melakukan ini, Miss?" tanya Rose yang sedari tadi berada di di samping Kanaya.

"Aku hanya ingin Aaron dekat dengan Ayahnya. Itu saja," katanya tanpa melepas pandangan pada Aaron dan Anaya tengah aktif bermain dengan kimarnya.

Tangan mungil itu usil menarik penutup wajahnya hingga menampakan wajah sang Nyonya. Kanaya hanya bisa tersenyum kecil dengan tingkah putri dan putra kecilnya. Berbeda dengan Rose yang hampir menangis melihat wajah datar Kanaya.

Rose sangat merindukan Sang Nyonya yang terus bertanya penuh rasa ingin tahu tentang Brian. Tatapan penuh cinta ketika ia mulai menceritakan hal-hal menggelikan tentang Brian.

Tawa bahagia, keramahan, serta ketidakmampuan Kanaya yang tak mengerti akan bahasa Slowakia. Komentar-komentarnya aneh mengenai dirinya dan Mike yang selalu menggunakan bahasa asing terdengar aneh di telinganya.

Namun setelah kembalinya Kanaya, perubahan pesatnya membuat Rose ingin menangis keras meminta pada Tuhan untuk mengulang kembali waktu 1 Tahun lalu.

Rose tidak menyukai Kanaya fasih berbahasa Inggris ketimbang mengunakan bahasa Indonesia seperti dulu. Ia membenci sifat baru Nyonyanya yang terkesan misterius dan lebih tertutup ketimbang 1 Tahun lalu. Ia benci pada perubahan yang terjadi.

Kelembutan yang selama ini terpancar sirna akan wajah datar tanpa binar di matanya. Hanya aja keseriusan tanpa tawa menggelitik hatinya.

Sama halnya seperti sang Tuan yang selalu bersikap serius tanpa senyuman menghiasi bibirnya.

Sekuat tenaga ia menahan air matanya jatuh namun apalah daya. Ia terlalu lemah jika berhadapan dengan Kanaya yang sekarang.

"Tapi ... mengapa harus dengan cara ini, Miss?"

ISTRI SATU MILYAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang