part 8 - Long Time No See, Tuan

101 7 0
                                    

---ISTRI SATU MILYAR---

Setelah mendapatkan tanda tangan kontrak, pukul 21:12 waktu sempat, Brian memutuskan untuk pulang ke kediamannya di Slowakia. Ferrari memasuki pelataran rumah berlantai 3 bergaya Eropa tengah. Klasik namun terkesan mewah.

Ketika itu langit mendung. Hujan turun lebat membasahi bumi Bratislava.
Seorang penjaga berlari membawa payung ke mobil yang terparkir di muka rumah. Dengan sigap penjaga tersebut membuka pintu, memayungi sang tuan sembari melangkah masuk. Beberapa penjaga menunduk hormat kemudian membuka pintu sebelum mengekorinya masuk.

Gelap.

Satu kata yang bisa Brian katakan waktu itu. Namun tak bertahan lama ketika penjaga rumah menghidupkan penerangan rumah bak istana itu. Pandangannya beralih ke dapur dengan mini bar di sana. Entah mengapa mendadak ia harus dan ingin sekali menenggak segelas air hingga tandas. Kaki berbalut sepatu pantofel berbelok arah namun terhenti ketika langkah kaki seseorang merebut konsentrasinya. Ia menoleh ke arah tangga.

Di atas tangga berputar, seorang wanita bercadar tak lain adalah Zainab melangkah dengan anggun. Kimar yang dikenakannya berkibar kala angin malam berhembus. Segaris kejora cantik itu entah mengapa selalu saja menggetarkan dadanya.

Pandangannya terpaku. Napasnya serasa berhenti ketika melihat wanita itu melangkah lebih dekat padanya lalu menundukkan wajah. Sama seperti halnya Kanaya dulu. Lalu mengalunlah suara itu.

"Anda sudah pulang, Tuan."

Tanpa mencium tangannya maupun senyum manis. Brian serasa ditampar keras dengan perlakuan Kanaya.

Brian berdehem, kemudian mengangguk sebagai jawaban. "Mengapa mal--"

"Tangan Anda kenapa, Tuan!" tanyanya, histeris tanpa membiarkan sang Tuan berbicara.

"Ini hanya luka kecil. Tak usah terlebih seperti itu." Brian terkekeh kecil. Ia tak habis pikir dengan reaksi Kanaya terhadap lukanya.

"Luka kecil apa?! Anda harus segera diobati. Jika tidak ...."

Pletak!

"Kau seperti Istriku saja. Cerewet sekali. Masakkan aku sesuatu yang enak. Aku lapar," katanya sembari melangkah ke pantry.

Kanaya mengelus keningnya yang dijitak Brian. Sejenak ia termagu. Istri? Apa ia terlalu berlebih?

***

Brian terdiam di tempat memandang lurus ke depan di mana Zainab alias Kanaya tengah memasak. Jemari lentik itu dengan lihai memotong sayuran. Kadang cepat, kadang pula lambat. Seakan jemarinya ditakdirkan untuk memotong sayuran.

Pandangannya beralih pada MacBook di depannya. Netranya terfokus pada deretan bagan saham sembari menunggu Kanaya menyelesaikan masakannya.

"Silahkan, Tuan," ucap Kanaya sembari menyodorkan semangkuk makanan di hadapannya. "Saya tidak tahu makanan apa yang Anda suka, Tuan. Jadi, maaf bila mungkin makanan yang saya buat tidak sama dengan selera Anda."

Brian mendongak. Tanpa menanggapi ucapan Kanaya, ia mulai menyantap masakan wanita itu.

Sesendok telah masuk ke mulutnya, turun ke tenggorokan. Brian terdiam untuk sesaat. Pandangannya jatuh pada sup daging ayam yang tengah ia makan. Kemudian teralihkan pada sosok wanita bercadar di sampingnya tengah makan tanpa melepaskan kain itu dari wajahnya. Entah mengapa ia begitu ingin menarik kain itu dan mengetahui bagaimanakah wajah wanita itu. Cantikkah atau sebaliknya.

Merasa diperhatikan, Kanaya mendongak. Kejoranya terkunci oleh netra sebiru lautan milik pria tampan di sampingnya. Ia tidak bisa menduga ketika secepat kilat, Brian menarik kain itu dan ....

ISTRI SATU MILYAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang