9. Dari Awal Herin Tahu

96 36 5
                                    

Herin Athala
jalan kehidupan yang tentram, karunia dari Tuhan.

Herin Athalajalan kehidupan yang tentram, karunia dari Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu bolos lagi?"

***

"Itu gelangku!" pekik Herin.

"Nggak mungkin!" sahut Kanaya, terlihat shock karena gelang Herin ditemukan berada dalam totebag-nya.

Dunia pasti sedang bercanda. Serius. Tidak mungkin..., tidak mungkin Kanaya mencuri gelang Herin.

Herin pun tak kalah terkejut, matanya menatap horor Kanaya, seakan ia siap menyemburkan api layaknya seekor naga karena Kanaya dengan tega mencuri telur kesayangannya.

Oke, perumpamaan yang berlebihan, tapi ini semua karena aku tahu Herin begitu menyayangi gelangnya! Dan ia bisa saja—

"Aku tak menyangka bahwa kamu setega ini, Kanaya!" bentak Herin marah.

—kalap.

"Bukan gue! Buat apa gue nyuri gelang lo? Gue nggak butuh!" kilah Kanaya setengah panik setengah bingung. Panik karena takut dituduh, bingung karena ia tak tahu mengapa gelang Herin berada di totebag-nya. Dalam arti lain, aku yakin bukan Kanaya pelakunya.

"Tapi terdapat buktinya! Jangan bohong padaku, Kanaya!" balas Herin marah, matanya menajam, mengancam Kanaya untuk berkata jujur.

"Gila ya lo!" sentak Kanaya, "Gue bisa beli gelang itu sendiri! Ngapain gue nyuri punya lo? Jangan asal nuduh!"

"Asal menuduh?" ulang Herin. "Gelang itu jelas-jelas ada di tasmu!" Herin mengambil totebag Kanaya kasar, lalu membantingnya keras.

"Heh, anjing!" umpat Kanaya, melangkah maju ke depan Herin untuk meraih kerah bajunya. "Di situ ada hape gue, sialan! Lo mau ganti kalau pecah, hah? Gila, lo pikir ni totebag punya lo?!"

Herin terlihat takut, tangannya gemetar tapi ia tak gentar, masih memberanikan diri untuk menatap Kanaya yang memandangnya penuh amarah.

"Itu balasannya karena mencoba untuk mencuri gelangku!"

"Udah gue bilang gue nggak nyuri gelang lo!" hardik Kanaya kencang. "Kalau lo nggak percaya, ya, terserah!"

"Aku memang tidak percaya!" Herin menghempas tangan Kanaya kasar—diam-diam aku mengapresiasi keberaniannya untuk melakukan hal itu— "Tidak ada pencuri yang mau mengaku, tentu saja kamu akan melakukan hal yang sama!"

Kanaya mengatur napasnya yang tak beraturan, berusaha untuk tidak lepas kendali. "Atas dasar apa lo seyakin ini, hah? Gak masuk akal, mikir dong lo!"

"Tidak masuk akal darimananya?" geram Herin tak suka. "Dari awal aku tahu bukanlah hal yang baik untuk berteman dengan orang seperti kalian! Tidak berpendidikan, kasar pula! Kalau bukan karena Sena, aku tidak akan mau! Tapi ternyata benar, kalian memang tidak pantas untuk ditemani!"

netral.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang