5. Tragedi ENYUT-ENYUTT

20 14 20
                                    

Hallo Sobat Lorens ...

Yukk, merapat yukk.

Kita ramaikan lapak EMPTY, yukk.

Vote

Coment

Share

Enjoy

And

H A P P Y R E A D I N G
🎀🎀
___________________

"Senyuman mu manis, tapi sedikit pahit karna senyuman itu tercipta bukan untuk ku, melainkan untuk dirinya."

- Elis Nur Halisah -
_______________________

Saat ini Cici masih berada dirumah megah milik Lia, ia berencana untuk pulang ke rumahnya pukul dua, sore. Namun ada satu kendala yang membuatnya harus pulang lebih lambat.

Pinat menghilang!

Cici merasa lelah, karna sudah mencari Pinat ke setiap penjuru rumah megah itu. Ia merasa sangat khawatir karna tidak bisa menjalankan amanat dengan baik, terlebih ketika mengingat umur Pinat yang terbilang cukup balita. Empat setengah tahun.

Ketika waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang tadi, Lia pergi ke butiknya karna ada urusan yang harus ia selesaikan, sedangkan Pinat sedang tertidur nyenyak, jadilah Lia menitipkan Pinat ke Cici yang kebetulan masih berada disana.

Sekarang waktu telah menunjukkan pukul setengah dua siang, dan Lia masih belum kembali dari butiknya, ditambah Pinat yang tiba-tiba menghilang dari tempat tidurnya, Cici merasa bingung saat ini.

Jelas ini salahnya, karna jika tadi ia tak ikut terlelap bersama Pinat, mungkin ia bisa mengetahui anak kecil itu pergi kemana.

"Aduhh ... Pin, kamu dimana?" Lirih Cici yang sedang berada di teras rumah megah itu.

Langkah kakinya terus berjalan kesana-kemari, kuku jarinya ia gigit sangat kencang, rambutnya sudah tak tertata rapi. Ia terlihat sangat kacau saat ini.

Menelpon Lia? Ahh ... Rasanya tak mungkin. Cici takut jika ia mengabari Lia, Lia tidak pokus pada pekerjaannya.

Meminta bantuan pada ART atau satpam? Huftt ... Sayangnya Lia tidak memiliki keduanya. Lia menempati rumah megahnya hanya bersama Pinat, tanpa suami ataupun saudara lainnya.

Ketika Cici sudah merasa benar-benar lelah dan mulai mendudukan pantatnya ke atas kursi teras dengan tangan yang terus memijat pelipisnya, tiba-tiba seorang gadis kecil berjalan kearahnya dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh ice krim berwarna merah muda.

"Kak Ici, kenapa?"

Cici menoleh menyadari suara yang baru saja menyapanya. "PINAT ... KAMU KEMANA AJA?" Serbu Cici langsung menggendong gadis kecil tadi. Ya, orang itu adalah Pinat, gadis kecil yang sedari tadi ia cari.

"Pinat abis minta es klim ke walung mbak Tuti." Jawab Pinat dengan wajah polosnya.

Cici mencabikan wajahnya. Ia merasa kesal karna tingkah menyebalkan sepupunya ini. Ia sangat lelah mencarinya kesana-kemari, tapi apa yang dilakukan oleh sepupunyaa itu? Membeli ice krim? Huhh ... itu sangat menyebalkan.

Empty (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang