Hallo Hallo Hallo, Sobat Lorens ...
Sudah siap spam komen di setiap paragraf?
Absen dulu yuk, kalian dari kota mana aja, nihh?
Jangan lupa di jawab, oke.
Vote
Coment
Share
Enjoy
And
H A P P Y R E A D I N G
🎀🎀
____________________"Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Uang memang tidak di bawa mati, tapi hidup tanpa uang rasanya mau mati."
- Leni -
___________________Prengg ...
Cici memundurkan langkahnya secara spontan ketika piring yang sedang ia cuci jatuh ke atas lantai begitu saja.
Fokusnya saat ini terbagi menjadi dua. Ucapan yang Semi lontarkan ketika di sekolah tadi membuat Cici terus memikirkan hal tersebut.
Flashback on.
"Ciana!"
Deg.
Cici langsung menatap Semi yang terduduk di hadapannya.
"I-iya?"
"Kenapa lo bisa keluar dari gudang, hah?!"
Cici menundukkan kepalanya, kemudian meremas jari jemarinya dengan perasaan gugup dan ... Takut, tentunya.
"An-anu ... Ta-tadi ak-"
"Cih. Awas aja kalo lo ngomong ke semua orang, lo abis di kunc-"
"Ta-tapi, Zhafran udah tau."
"Lo berani motong ucapan gue, hah?!"
Cici terlonjak kaget ketika Semi mulai menaikkan intonasi suaranya. Untung saja keadaan kelas saat ini sedang ramai, jadi semua murid tidak menyadari bahwa Semi saat ini sedang berbincang dengannya.
Semi yang cuek dan tertutup kini entah pergi kemana, saat ini yang ada hanya seorang Semi yang banyak bicara.
Perubahan sikap seseorang memang tak bisa di tebak, terkadang kita yang harus mengkondisikan keadaan agar selalu terlihat baik-baik saja, setidaknya kita harus membuat seseorang yang sedang berbicara dengan kita itu terasa nyaman, agar di antara kita terlihat aman dan tak terjadi konflik.
Semi menyunggingkan senyumnya, merasa saat ini ia telah menemukan cara yang lebih ampuh dari cara sebelumnya. Entahlah apa yang telah merasukinya, yang jelas Semi sangat ingin melihat seorang 'Ciana Santika' itu menderita karna ulahnya.
"Aib keluarga."
Tanpa aba-aba, Semi langsung melontarkan kalimat tersebut, membuat Cici langsung menegapkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty (HIATUS)
Teen Fiction--Hidupku hampa karnanya-- **** Hidup di zaman milenial, bukti memang selalu di ragukan, tapi jika tak ada bukti, semua tak menjamin kebenaran. Menjalani kehidupan dengan masalah yang di ciptakan oleh orang yang kita sayang, bagaimana perasaan kalia...