6. Aduh

19 12 12
                                    

Hallo Sobat Lorens ...

Yuk, merapat yukk.

Kita ramaikan lapak EMPTY, yukk.

Vote

Coment

Enjoy

And

H A P P Y R E A D I N G
🎀🎀
____________________

"Otak boleh receh, tapi Etika hatus dollar!!"

- Ciana Santika -

______________________

"Makasih ya, tan,"

"Sam-"

"Sama-sama, kak Ici."

Cici dan Lia saling bertukar pandangan ketika mendengar suara Pinat yang memotong ucapan Lia, tak lama setelah itu mereka pun tertawa.

Saat ini Cici, Lia dan Pinat tengah berada di dalam mobil sedan milik Lia yang sudah terparkir di depan rumah Cici.

Waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, tapi Cici baru saja kembali dari rumah Lia.

Gara-gara kejadian ENYUT-ENYUTT tadi siang, Cici jadi pulang lebih lambat. Pasti ibunya sangat marah karna Cici pulang dengan waktu yang cukup larut.

Ceklek.

Brakk.

Degupan jantung mulai Cici rasakan ketika melihat Leni membanting pintu rumah dengan begitu keras.

Lia yang menyadari raut wajah Cici mulai ketakutan pun langsung mengelus pundak Cici dengan halus, mencoba memberikan ketenangan kepada sang ponakan, sedangkan Pinat mulai memeluk Cici yang sedang memangkunya.

Tok ... Tok ... Tok ...

"BUKA PINTUNYA!!" Gertak Leni yang sudah berada di samping mobil Lia. Tangannya terus mengetok kaca mobil di samping Cici dengan begitu keras. Dapat Cici lihat bahwa saat ini Ibunya itu sedang marah besar.

"Tan-tante, t-tolongin Ci-Ci,"

Tubuh Cici mulai bergetar, keringat dingin mulai bercucuran di daerah pelipisnyanya, tangan yang tadinya hangat kini berubah menjadi dingin, di tambah dengan bibirnya yang mulai pucat. Saat ini Cici benar-benar takut.

"Kamu tenang ya, sayang. Tante bakal bantu kamu. Sekarang kita turun, ter-"

"HUWAA ... PIN-PINAT, TAKUT HIKS ..."

"Astagfirullah, Pinat. Kamu kenapa nangis, sayang?" Tanya Lia ketika melihat anaknya mengeluarkan air mata di tambah dengan teriakan yang berasal dari bibir mungilnya.

Cici menoleh ke arah Pinat yang berada di pangkuannya. Melihat Pinat yang terus mengeluarkan air mata membuat Cici tersenyum tipis, sangat tipis. Ia memaklumi Pinat yang sedang menangis karna melihat amukan Leni, jangankan Pinat, dirinya saja saat ini ingin berteriak dan menangis melihat amukan Leni yang begitu dahsyat.

Empty (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang