Meira menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tidak ada yang berubah kecuali berat badannya. Wajahnya juga lebih tirus dari sebelumnya. Ia menatap warna hitam samar di bawah mata, karena pola tidurnya yang berantakan.
"Lebih kusam dan tirus," ucapnya pada diri sendiri. Ia sentuh wajahnya dengan tangan, tanpa sadar ia tersenyum. "Cantikan aku."
Hampir 5 menit Meira di depan cermin, hingga akhirnya Ia berbalik dan mengambil benda persegi digital dari bawah tempat tidur. Saat berada di atas benda tersebut, layar kecilnya menampilkan angka 65 kg. Ternyata turun 10 kilogram dari 2 tahun lalu. Dengan tinggi 165 cm, rasanya tidak gemuk juga tidak kurus.
Buah dadanya juga terbilang berisi, kulitnya putih dan bersih, hanya saja rambutnya yang hitam dan panjang mulai menipis akibat rontok. Kerontokan yang entah disebabkan karena hormon atau stress. Entahlah.
Dengan usia Meira saat ini yang memasuki 33 tahun, hidupnya tidaklah buruk. Justru ia terlihat semakin matang dan cantik. Menurutnya. Entah kalau penglihatan Arik, suaminya.
Hidup Meira hampir sempurna, pada awalnya. Karena ia memiliki suami yang tampan, mapan, dan penyayang, Arik namanya. Meskipun usia mereka berbeda 10 tahun, tetapi, Arik adalah cinta pertama bagi Meira. Mereka juga sudah menikah selama 10 tahun. Dan mereka dikaruniai seorang putri bernama Keira, yang saat ini berusia 7 tahun. Anak yang cantik dan putih, perpaduan antara Meira dan Arik.
Sayangnya, kesempurnaan itu dirusak oleh suaminya yang berselingkuh dengan wanita muda, usianya pun jauh. Yang Lebih pantas menjadi anaknya Arik daripada simpanannya. Itu semua terjadi 2 tahun lalu sebenarnya. Namun, rasa sakitnya masih Meira rasakan hingga saat ini.
Meira memilih bertahan dan memaafkan , karena suaminya saat itu mengaku salah dan beritikad baik ingin berubah. Jadi, ia pun memaafkannya. Namun, Luka itu tidak begitu saja sembuh. Ingatannya akan perselingkuhan tidak begitu saja mudah ia lupakan.
Semakin ingin ia melupakan, justru ingatan menyakitkan itu semakin kuat muncul di dalam kepalanya. Yang pada akhirnya membuat dirinya seperti sedang memeras perasan air jeruk di atas luka. Perih dan nyeri di dada.
Meira duduk di lantai dengan punggung menyandar pada dipan kasur. Menatap garis telapak tangannya yang sepertinya tidaklah rumit.
"Garis tanganku sepertinya simpel dan tidak ruwet deh. Lurus-lurus saja. Tapi, kenapa hidupku rasanya berat sekali." Hembusan napas berat meluncur dari mulutnya.
Sejak saat itu Meira memiliki trauma, hilangnya kepercayaan diri, kerap menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu mengurus suaminya, insecure dengan fisiknya, juga kehilangan banyak minat. Salah satunya adalah kehilangan minat untuk membaca dan menulis. Yang merupakan hobinya sejak kecil.
¥¥¥
"Benar kata orang ya, efek perselingkuhan itu nyata adanya. Pembalasan Tuhan pun nyata adanya di dunia. Selain bisa kurus tanpa diet, juga mempersempit rezeki." Meira bicara pada Arik malam itu sembari menghitung sisa uang yang dimiliki.
Arik melirik Meira tidak suka. "Kenapa bahas itu terus sih. Kan udah janji nggak akan bahas-bahas masalah itu lagi. Maunya apa sih kamu," sungut Arik merasa kesal karena sindiran sang istri.
Meira cemberut, karena selain selingkuh, ternyata sang suami terlilit hutang pinjol. Tidak hanya satu tapi beberapa pinjol . Yang saat itu digunakan untuk bersenang-senang dengan selingkuhannya. Dan kini, Meira justru menanggung beban yang seharusnya tidak perlu ia tanggung. Padahal pekerjaan Arik hanya pegawai negeri sipil. Itupun bukan pegawai yang memiliki jabatan penting. Hanya fungsional saja. Tetapi , malah bertingkah seperti orang yang memiliki jabatan tinggi.
"Keira mau masuk sekolah, Mas. Tapi belum punya persiapan apapun. Kemarin juga yang punya kontrakan datang nanyain kapan mau bayar. Soalnya si ibu mau bayaran sekolah anaknya," jelas Meira pada suaminya. Ia hanya pusing dan bingung keadaannya yang berubah drastis. Mobil dan beberapa aset sudah dijual untuk menutupi hutang. Tetapi belum juga tertutup semua. Karena bunganya yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kedua ( Tamat )
Romance• Don't copy my story' • follow me • mature • Januari 2022 • Re-publish 2023 Luka yang ditorehkan Arik 2 tahun lalu, nyatanya tidak sembuh dengan sendirinya bahkan tidak benar-benar sembuh. Rasa trauma dan bayangan wanita lain selalu hadir dalam is...