Bab 7 Program hamil!

2.5K 111 4
                                    

Cinta Kedua
-
-
-

Hubungan Meira dengan suaminya berjalan baik sekali. Meira masih melayani suaminya dengan begitu baik. Mengasuh Keira juga dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.

Arik yang merasa kalau Meira masih melayaninya dengan begitu sabar dan tulus. Merasa semakin bersalah karena sudah menyia-nyiakan istri yang begitu baik dan cantik, juga seorang putri yang cantik pula.

Itulah sebabnya sekarang Arik lebih terbuka soal keuangan, pekerjaan dan segalanya. Dan Arik juga memutuskan untuk menceritakan kepada Meira saat dinas ke Bogor.

"Dia sudah nggak kerja di sana lagi. Katanya sudah nikah sama duda." Arik melirik Meira yang sedang melipat pakaian. "Ya syukurlah lah, memang itu yang diharapkan."

Meira menarik napas dan melepaskannya dengan kasar. "Dia tau kalau menikah sama kamu, dia nggak akan dapet apa-apa. Makanya dia nikah sama duda kaya, meskipun anaknya banyak, yang penting kaya."

"Ya iya sih, yang penting kaya. Padahal denger - denger suaminya lebih cocok nikah sama ibunya yang janda itu," timpalnya lagi.

"Mas Arik, aku sudah tahu semuanya. Kamu aja yang ketinggalan berita." Meira menggerakkan bahunya.

Arik mengerutkan keningnya, "kamu tau?"

Meira terkekeh, merasa bangga juga karena nyatanya dia lebih pintar daripada sang suami. "udah lama. Intel ku banyak dimana-mana. Sebut satu nama saja, seluruh silsilah keturunan dan sosmed pun akan ketahuan. Makanya jangan main-main sama yang namanya perempuan." Meira kembali melipat pakaian terakhirnya.

Arik hanya mengangguk saja, serba salah dan salah tingkah tentunya. Merasa jadi bodoh. Padahal niat Arik baik, untuk terbuka pada sang istri. Tapi, pada kenyataannya Meira sudah lebih dulu mengetahuinya.

Ternyata benar, wanita yang diam itu bukannya bodoh. Dia tahu, tapi pura-pura berlagak tidak tahu apa-apa. Wanita itu pintar menyembunyikan sesuatu.

Arik jadi bergidik mengingat semua kejadian yang pernah dia lakukan. Dan sudah pasti sangat malu. Karena dia merasa kalau Meira tidak tahu apa-apa, tapi sebenarnya Meira diam karena menunggu dirinya jujur. Arik memejamkan mata sebentar dan bangkit berdiri.

"Mau kemana, Mas?" Tanya Meira.

"Ke depan deh, nyari angin."

Meira hanya mengangguk. Rasanya geli sekali melihat ekspresi wajah Arik yang sepertinya frustasi. Namun, ada ketakutan dalam diri Meira. Jika sebenarnya Arik masih menyimpan rasa dengan wanita selingkuhannya dulu.

"Mama, besok Kei ikut bunda ke Bandung ya?boleh, Ma?" Keira tiba-tiba menghampiri Meira yang sedang diam saja menatap cucian yang baru saja selesai dilipat.

"Ke Bandung? Kok bunda nggak bilang sama mama ya, Kei?" Meira mengerutkan keningnya. Biasanya adiknya yang disebut bunda oleh Kei, selalu laporan jika memang akan mengajak Keira pergi.

"Kei, gak tahu. Coba aja Mama telepon bunda. Tanyain ya...," Desak Kei dengan wajah lugu dan penuh harap.

Meira mengangguk dan mengambil ponselnya. Lantas dia melakukan panggilan kepada sang adik, dan membicarakan apa yang dibicarakan Keira sebelumnya.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang