Bab 24 Bercinta!

1.6K 109 2
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

* mendekati tamat ya gaes... Persiapkan hati kalian yaaaaaa...

Happy reading

[]

Meira dan Adil malam itu menghabiskan waktu untuk saling bertukar cerita. Hingga mereka lelah dan tidur saling berpelukan.

Paginya, Adil lebih dulu membuka mata. Karena pertama dia merasa tangannya kesemutan, jadi harus mengubah posisi untuk memperlancar peredaran darahnya. Menggeser kepala Meira dengan sangat hati-hati.

Setelah itu, Adil menyanggah kepalanya dengan sebelah tangannya. Menyamping ke arah Meira. Diam-diam Adil memperhatikan wajah Meira yang lebih tirus.

"Aku tidak ingin melepaskan mu, Meira," lirih Adil.

"Kalau tidak dilepas, aku akan kesusahan untuk beraktivitas," balas Meira sembari membuka matanya. Membuat Adil kaget dan tersenyum pada akhirnya.

"Kamu sudah bangun ternyata."

"Sudah sejak kamu terus gerak-gerak. Kalau kesemutan kenapa masih mau jadi bantalku," ucap Meira sembari melirik lengan Adil.

Adil kembali terkekeh, rasanya senang sekali. Pagi ini, saat membuka mata, pertama yang dilihatnya ada Meira. Wanita yang hingga kini masih menjadi ratu di hatinya.

"Karena aku nggak mau kehilangan waktu bersamamu." Adil mengecup bibir Meira singkat.

Meira tersenyum tipis. Perasaannya kini sedikit lega. Apa yang selama ini menghimpitnya, sudah dilepaskannya semalam, bersama orang yang tepat.

"Maafin aku ya, Ra. Aku egois," ucap Adil sembari mengusap wajah Meira.

Alis Meira bertaut. "Egois kenapa?"

"Aku waktu itu sempat berpikir, seandainya aku tidak turun dari mobil. Tidak membantu mu menghadapi debt kolektor dan membayar hutang, mungkin hubungan kita akan baik-baik saja. Kamu nggak akan mutusin aku."

"Jadi, kamu menyesal?" Tanya Meira.

"Tidak menyesal sama sekali. Hanya menyayangkan saja. Seandainya waktu itu aku bisa bersabar sedikit saja. Kamu tahu, rasanya aku hampir gila, Meira," jelas Adil.

Meira terkekeh. "Mas, kamu itu bujangan. Nggak seharusnya kamu begitu ke aku. Aku ini apa? Cuma perempuan yang sudah menikah saat itu. Dan kini, aku janda. Masih banyak perempuan single, lebih cantik, lebih segala-galanya dari a-" kalimat Meira terhenti karena Adil sudah menyumbat bibir Meira dengan bibirnya.

"Aku tahu itu, Meira. Tapi, aku maunya sama kamu. Aku cinta dan sayangnya sama kamu. Nggak mau perempuan lain." Adil mengatakannya dengan sekali napas dan tanpa mengedip.

Meira merotasikan matanya, "buaya milenial memang senang berkata seperti itu. Kalau bukan kamu ceweknya, aku nggak mau," ucap Meira sembari meniru apa yang sebelumnya dikatakan Adil.

Adil menyentil kening Meira.

"Aduh, sakit tau," keluh Meira yang memegang keningnya.

"Aku serius. Bagaimana caranya supaya kamu bisa mempercayai aku? Aku harus datang menemui ibu dan anakmu?" Tanya Adil menantang.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang