Sejak Meira menerima email, telepon dan pemberitahuan lewat pesan singkat WhatsApp. Akhirnya Meira setuju untuk mengikuti ajakan Sandra pergi ke meet and great salah satu penerbit bernama Halu Aksara.
Meira pun tidak lupa meminta izin kepada suaminya, menceritakan semua yang terjadi sesungguhnya seperti apa. Arik pun tidak melarang Meira pergi. Justru mendukung Meira dan memberikan semangat untuk istrinya.
"Kamu mau diantar?"
Meira yang baru saja selesai mandi, setelah menyiapkan sarapan dan beberes rumah pun menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Mas. Aku berangkat naik ojek online aja." Meira masuk kamar dan mencari pakaian casual.
Pintu terbuka saat Meira sedang mengancingkan kemeja putih kebesarannya.
"Naik ojek online lumayan lho harganya. Hampir seratus ribu," ucap Arik yang memperlihatkan ponselnya.
Meira melihat itu dan langsung menghembuskan napas berat. "Naik busway aja."
"Transitnya jauh. Aku anter aja ya?"
Meira menatap Arik dari pantulan cermin. Serba membingungkan untuk Meira. Uang yang ia punya tidak lebih dari 150 ribu rupiah. Jika diantar, rasanya tidak leluasa untuk berlama-lama di sana. Naik busway transitnya memakan waktu.
"Kenapa sih nggak mau diantar? Keira juga mau ikut pasti," ujar Arik yang menempelkan bokongnya di pinggir kasur.
Sontak Meira menatap tajam ke arah suaminya yang sedang menatapnya juga.
"Kalau begitu mah sama aja. Aku ngurus anak cuma beda tempat. Jujur aja aku tuh males ikut acara ini, kalau bawa anak. Teman-teman yang lain tuh nggak ada yang bawa anak. Nggak tahu juga acaranya sampai jam berapa." Meira mulai menggerutu dan setengah hati untuk pergi.
Helaan napas Arik terdengar, "Keira juga pengin jalan-jalan sama papa dan mamanya," ucap Arik lagi.
"Aku tahu, aku pun juga pengin. Tapi uang kita pas-pasan. Nanti kalau Kei minta jajan mainan gimana? Untuk beli beras aja, susah. Kalau bukan adikku yang belikan." Meira kesal.
"Tau uang pas-pasan malah mau pergi."
"Cukup deh, Mas. Kalau nggak izinin aku pergi ya nggak apa-apa. Aku udah izin dari seminggu lalu sama kamu. Dan kamu bilang boleh. Aku juga udah jelasin runtutan acaranya gimana. Itupun kamu iyakan. Sekarang, sudah waktunya malah bilang begitu. Aku nih pusing, Mas. Pengin juga keluar dari rumah cari hiburan. Stress aku, hampir gila rasanya." Suara Meira bergetar menahan tangis. "Aku bisa berangkat sendiri bawa motor. Cuma modal bensin."
Arik diam saja melihat Meira yang menangis tapi buru-buru dihapus air matanya. Arik merasa bersalah juga karena ulahnya, kini rumah tangganya tidak lagi sehangat dulu. Meira tetap menerimanya, memaafkannya, namun sikapnya tidak seperti dulu. Meira seperti membangun tembok diantara mereka. Meskipun tetap tersenyum dan melayaninya.
"Ya sudah, bawa motor saja. Aku mau bawa Keira jalan-jalan saja nanti sore. JCC Senayan kan lumayan jauh." Arik mulai lagi. Selama ini Meira selalu pergi dengannya.
Meira tidak menanggapi, dia hanya bisa menarik napas dan menghembuskannya lagi tanpa sepatah katapun.
Tidak lama kemudian, Meira sudah siap dengan segala persiapannya. Rambutnya panjangnya yang lurus dan hitam, dia biarkan tergerai. Dia juga memakai jaket dan helm.
Arik sudah memanasi motornya. Keira juga sudah menunggu bersamaan dengan Arik.
Meira menyalami tangan Arik dan berpamitan. Lantas, tidak lupa Meira mengecup sang buah hati yang tersenyum tulus padanya.
"Mama pergi dulu ya, Kei. Nanti Kei jalan-jalan sama papa," ucap Meira pada sang putri.
"Iya, Ma. Nanti papa mau ajak Kei pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kedua ( Tamat )
Romance• Don't copy my story' • follow me • mature • Januari 2022 • Re-publish 2023 Luka yang ditorehkan Arik 2 tahun lalu, nyatanya tidak sembuh dengan sendirinya bahkan tidak benar-benar sembuh. Rasa trauma dan bayangan wanita lain selalu hadir dalam is...