Bab 11 Tamu Tak Diundang

2.4K 110 3
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

* Maafkan kalau ada typo di sana dan sini. Happy reading :)

[]

Meira terlelap karena kelelahan usai bercinta dengan Adil. Baru kali itu Meira merasakan yang namanya multiorgasme.  Pergelutannya dengan Adil pun usai saat tengah malam. Ketika Adil sudah benar-benar mengerang panjang setelah mendapatkan kepuasannya.

Ketika Meira terbangun karena ingin buang air kecil, dia tidak mendapatkan Adil berada di sampingnya. Kosong. Akan tetapi pintu menuju balkon sedikit terbuka. Dia ketika Meira  melihat jam pada ponselnya, ternyata masih pukul tiga dini hari.

Lingerienya  kusut di tubuhnya. Rambutnya pun teracak. Dan saat melihat cermin usai dari kamar mandi, Meira terkesiap karena banyak tanda merah di dadanya.

"Hah! Mampus aku!" Meira meringis membayangkan wajah Arik jika melihat tanda merah itu.

Pintu bergeser membuat Meira menoleh. Adil masuk dengan tubuh tanpa busana hanya menggunakan boxer hitam yang menutupi bagian intimnya saja.

"Sayang, ada apa?" Adil mendekati Meira yang berdiri di depan cermin.

"Mas, ini apa?" Sembari menunjuk kissmark buatan bibir candu seorang Adil Dirga.

Adil terkekeh dan menggaruk tengkuknya. "Maaf Sayang, aku beneran nggak sadar. Aku nggak tahan untuk tidak menghisapnya." Merasa bersalah, Adil memeluk Meira. "Kenapa bangun?"

"Gila kamu, Mas. Gimana kalau suamiku lihat?" Meira menatap Adil dengan sorotan tajam dari pantulan cermin.

"Iya, Sayang. Maaf. Nggak bisa ditutupi ya?" Adil menyesal sekali.

Meskipun merasa jengkel karena melihat banyaknya tanda merah, entah mengapa Meira tidak bisa marah pada Adil. Justru, Meira ingin terus berpelukan dengannya.

Meira menghela napas panjang dan berbalik untuk memeluk Adil. Lantas, dia mendorongnya hingga jatuh ke kasur. Adil pun pasrah dan tertawa tanpa melepaskan pelukannya.

"Sejak kapan kamu di luar?" Meira menatap Adil.

"Uhm ... Nggak lama. Setengah jam yang lalu," dustanya. Padahal Adil hanya tidur sebentar saja, sisanya dia habiskan di balkon sembari menatap langit hitam yang masih menurunkan air hujan.

Meira mengerutkan keningnya. "Masa? Sekarang masih jam 3. Kamu ngapain di luar?" Meira menyipitkan matanya.

Adil terkekeh.

"Aku cuma duduk aja sembari main game di handphone. Nggak bisa tidur, bisa tapi sebentar aja. Banyak pikiran," jelasnya.

Di saat seperti ini, Meira ingin sekali menjadi orang pertama yang tahu keluh kesahnya. Sayangnya, sepertinya Adil kembali membatasi.

"Kamu kenapa bangun? Gerah?" Tanya Adil mengalihkan pembicaraan.

"Mau pipis. Terus sadar kamu nggak ada." Meira menjawabnya lesu.

Keheningan terjadi selama beberapa menit. Baik Meira dan Adil tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

"Mas, tidur?"

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang