CINTA KEDUA
-
-
-[]
Mungkin dunia sudah mulai gila, saat ini perselingkuhan sepertinya bukan suatu hal yang tabu untuk dilakukan. Siapapun bisa selingkuh. Baik yang sudah menikah atau pun hanya yang masih berstatus pacaran. Terkadang selingkuhannya pun tidak jauh lebih baik dari pasangannya. Sebenarnya apa yang dicari dari berselingkuh?
Meira terus saja berpikir seperti itu. Apa yang suaminya cari ketika berselingkuh? Apa yang dirinya cari dengan berselingkuh? Semakin dia memikirkan, rasanya dia tau jawabannya.
Suaminya butuh teman, terutama untuk memuaskan hasratnya. Karena saat itu memang sedang tugas di luar kota dan pandemi, jadi suami tidak boleh keluar wilayah. Sedangkan Meira berselingkuh karena balas dendam? Ingin membuktikan bahwa dirinya masih bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari sang suami. Dan juga kebahagiaan. Apa yang selama ini tidak terpenuhi dari sang suami, didapatkan dari pria lain, merupakan kebahagiaan yang selama ini diharapkan.
"Mas, kapan selang infus ini bisa dilepas?" Tanya Meira saat melihat suaminya kembali dari ruang administrasi.
"Kenapa emangnya? Tangannya sakit?" Arik duduk menghampiri Meira.
"Bukan, aku pengin pulang. Kangen Keira sama kangen kasurku."
Arik terkekeh, "sabar ya. Kamu harus pulih dulu. Dokter bilang leukositnya masih tinggi."
Jadi, Meira saat ini sudah menjalani perawatan selama kurang Lebih dua hari. Karena setelah sorenya menerima pesan dari Adil, malamnya Meira kembali pingsan. Karena Arik takut terjadi sesuatu kepada istrinya, Arik langsung berinisiatif untuk membawanya ke rumah sakit. Dan berakhirlah Meira yang saat ini di opname. Dengan diagnosa dokter adalah tifus.
"Aku mau berhenti nulis aja deh, Mas," keluh Meira tiba-tiba.
Arik yang asyik dengan sosmed nya di ponsel pun langsung mengalihkan atensinya. "Lho, kenapa?"
"Capek."
Arik menghembuskan nafasnya. Menatap Meira dengan sendu dan usapan tangannya pada rambut Meira yang mulai berminyak karena belum keramas.
"Semua pekerjaan memang membuat capek. Tapi, kan ada hasil yang akan dicapai pada akhirnya. Coba kasih alasan yang lain, yang bisa diterima dengan baik?" Tanya Arik.
Meira menatap langit rumah sakit yang berwarna abu-abu. Tidak ada jawabannya di atas sana. Semuanya alasannya hanya karena perasaannya kepada Adil.
"Aku nggak bisa berpikir, Mas. Aku udah nggak punya ide untuk melanjutkan tulisanku," jawab Meira.
Arik melipat tangannya di perut dan mengatupkan bibirnya. Sejak kepulangan Meira dari menginap, Arik merasakan ada sesuatu yang berbeda pada istrinya.
"Kalau menurutku, kamu lagi jenuh aja. Mungkin ada masalah sama editornya, makanya kamu jadi buntu? Atau ya memang kamu lagi buntu aja. Semua orang pasti akan mengalami fase jenuh, bosan, itu hal wajar. Biasanya dengan istirahat sementara atau mengalihkan dengan pekerjaan lain, biasanya fase jenuh itu akan hilang. Kalau ngerasa capek, istirahat aja. Nggak perlu berhenti hanya karena satu dan dua hal yang tidak jelas. Semuanya akan kembali ke diri kamu sendiri, Sayang. Keuntungan dan penyesalan yang merasakan ya kamu, bukan siapa-siapa. Jadi, sekarang pikirkanlah kesehatan kamu dulu ya. Soal menulis mu lanjutkan setelah kamu benar-benar pulih. Nggak ada yang memaksa kamu. Semua terjadi atas dasar kemauan kamu sendiri. Aku mau jawab telepon dulu ya." Arik menjelaskan dengan panjang lebar, berharap sang istri memahami apa yang diucapkannya. Sebelum orang kantor akhirnya menelepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kedua ( Tamat )
Romance• Don't copy my story' • follow me • mature • Januari 2022 • Re-publish 2023 Luka yang ditorehkan Arik 2 tahun lalu, nyatanya tidak sembuh dengan sendirinya bahkan tidak benar-benar sembuh. Rasa trauma dan bayangan wanita lain selalu hadir dalam is...