Bab 29 Akhir Kisah Meira Dan Adil.

2.1K 122 14
                                    

CINTA KEDUA
-
-
-

* double update ya... Hehe. Aku pengin tamatin cerita ini sebelum akhir bulan. Dan Alhamdulillah berhasil. Deadline sebenarnya tanggal 1 Agustus. Tapi entah kenapa penyelenggara lombanya nggak pernah baca naskah ini. Entah kurang menarik atau gimana. Nggak papa ya ... Toh aku seneng, karena peminat dari luar pun banyak yang nunggu cerita ini. Padahal ini adalah perevisian. Menang kalah kan biasa ya .. toh kalau nggak menang bisa aku lempar ke platform sebelah. Siapa tahu disana aku bisa buatin extra bab-nya. sekali lagi terimakasih untuk kalian yang sudah berbaik hati memberikan vote pada cerita ini. Dan mohon maaf jika dalam cerita ini masih banyak sekali kekurangan dalam kosakata dan EYD nya.

💚💚💚
 
Happy reading

[]

"Ayo masuk jangan bengong aja," ajak Freya menarik pelan tangan Meira.

Meira yang tersadar sejak baru sampai terkesima dengan pemandangan rumah besar itu pun mengangguk dan tersenyum, mengikuti langkah kaki Freya.

Pintu kayu dengan pahatan rumit yang dicat dengan warna kuning emas menjadikan rumah itu benar-benar layaknya istana dengan pilar kokoh di beranda.

"Mas Adil pasti lagi molor di kamarnya. Yuk, masuk. Aku anterin, sisanya kamu yang urus. Dia suka resek kalo dibangunin sama aku." Freya masih menuntun Meira masuk ke dalam rumah yang ternyata tak kalah luasnya.

Ruang tengahnya saja lebih besar daripada rumah kontrakannya dulu bersama Arik. Sofa-sofa mewah dari kulit asli dan meja kaca. Banyak barang antik juga dan beberapa bingkai foto terpasang di dinding di atas akuarium berukuran panjang. Yang berisi banyak ikan hias, termasuk lohan.

Meira hanya sanggup meneguk ludahnya saja. Semula Meira berpikir kalau Adil merupakan anggota keturunan gangster, ternyata hal ini Lebih mengejutkan lagi. Meira sampai berpikir, butuh berapa asisten rumah tangga untuk mengurus rumah sebesar itu. Sedangkan Meira setiap hari butuh waktu sejam lebih untuk membersihkan rumah ibunya yang sederhana.

"Ini kamarnya. Masuk aja," ucap Freya lagi.

Kini mereka sudah berhenti di salah satu kamar dengan pintu yang sangat tinggi. Tidak hanya itu saja, semua yang ada di rumah itu besar dan tinggi.

"Aku naik dulu ke kamarku. Kalau ada perlu pencet bel aja, nanti ada asisten rumah yang datang. Atau kalau butuh aku, naik saja ke lantai dua, belok ke kiri, pintu pertama." Freya mengusap lengan Meira lembut dan berbalik untuk meniti anak tangga.

Meira mengerjapkan matanya beberapa kali untuk benar-benar menyadarkan dirinya sendiri. Sejak mengetahui siapa Adil sebenarnya, sepertinya otak Meira benar-benar menjadi bodoh. Pantas saja Alesa sangat terobsesi dengan Adil dan keluarganya. Jika saja dia matre dan tidak tahu diri, dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Adil.

Setelah sadar dari pemikirannya, Meira mengetuk pintu kamar tersebut sebanyak 3 kali. Tapi, tidak ada jawaban. Meira penasaran, jadi dia langsung memutar kenop pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci. Mendorong perlahan pintu tadi, Meira melongok ke dalam lebih dulu masuk kepalanya. Hanya untuk sekedar mengintip. Tapi, sayangnya tidak terlihat apapun, karena dari pintu masih harus masuk lagi beberapa meter untuk benar-benar bisa melihat isi kamar.

Dengan memberanikan diri, Meira kini sudah masuk sepenuhnya dan menutup pintu dibelakangnya. Atap kamarnya pun tinggi, Meira hanya bisa membuka dan menutup mulutnya.

"Norak sekali aku ini," ucapnya pelan.

Karena di rumah Meira selalu melepaskan sandal dan sepatu di depan pintu masuk. Kali ini sepatunya ikutan masuk. Freya melarangnya tadi saat dia mau membuka sepatunya. Meira berharap alas sepatu yang dipakai bersih dan dalamnya tidak bau.

Cinta Kedua ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang