Part 15

10 3 0
                                    

Malam kini berganti pagi, sudah tiga bulan lamanya Aisyah tak kunjung mendapatkan kabar dari Hasyim. Semenjak percakapan ia dan Hasyim yang berncana untuk pergi, sejak itulah ia tak lagi mendengar bahkan melihat bagaimana keadaan pemuda itu sekarang.

Aisyah mengembuskan nafas lelah, ada setitik rasa yang memporak porandakan hatinya. Namun ia acuh, mungkin saja hanya rasa kagum sementara.

Aisyah tipikal gadis yang memiliki napsu makan teratur. Biasanya seperti pagi ini, ialah yang lahap menyantap sarapan jika dibandingkan dengan sang adik, Furqon.

Ia masih memikirkan, dimana dan bagaimana laki laki itu menghilang tanpa jejak. Ia berusaha mencari informasi keberadaan pemuda itu, namun ia tak mendapatkan kabar leberadaan Hasyim.

Ia sudah mengunjungi rumah hasyim, namun rumah itu kini telah dihuni oleh penduduk baru. Ia juga telah meninggalkan pesan singkat entah itu dari IG ataupun whats up, namun sama saja. Ia tak mendapatkaj setitik kabar di mana  keberadaan pemuda itu.

"Mba, di makan. Jangan diaduk terus" ujaran sang adik mengagetkannya. Ia tak sadar, jika Furqon telah berada di depannya sejak 15 menit yang lalu.

Ia tak nafsu makan, ia masih ingin berkelana dengan fikirannya tentang keberadaan pemuda itu. Tak lama, Furqon mengajak Aisyah untuk segera berangkat. Fikirnya, Aisyah tak akan melamun lagi jika bertemu dengan teman kelasnya.

Semenjak Akbar pindah Ke Jogja, Furqonlah yang selalu menjaga Aisyah. Furqon kini menjadi adik kelas Aisyah, ia ingin satu sekolah dengan mba tercintanya.
Meskipun dia sebagai adik, namun sudah sepantasnya ia melindungi sang mba karena dia juga seorang wanita yang patut dilindungi.

Nampak, siswa sisiwi berhamburan diluar kelas. Ada juga tukang kebun tengah merawat tanaman hias. Sedangkan di pintu gerbang, ada beberapa anak osis dan guru yang tengah mengoprasi tata tertib.

Bel pertanda masuk berbunyi, seluruh siswa kini memasuki kelas dan berdo'a secara khidmat dan setelahnya mereka memulai pelajaran sesuai jadwal kelas masing masing.

Jarum jam terus berputar, ia bisa berhenti namun ia tak bisa memutar waktu ke masa lalu.
Seperi seorang gadis tengah memandang jam diding yang ada di depan kelas.

Gadis itu tak memperhatikan guru mapel yang tengah menjelaskan materi, fikirannya masih berada jauh disana. Memikirkan Hasyim yang tak kunjung memberi kabar.

Sudah 4 jam lamanya, kelas Asiayh mengikuti jam pelajaran. Kini mereka tengah membereskan alat tulis dan tak lama terdengar suara bel pertanda waktunya istirahat.

Aisyah tak minat untuk pergi dan beranjak menuju kantin. Ia hanya duduk dan membaringkan kepala menghadap jendela. Sinar matahari tak sengaja menerpa wajah Aisyah, terasa hangat dan nyaman.

Ara, sahabat Aisyah hanya memandang iba teman karibnya. Ia mencoba membujuk Aisyah untuk menemaninya namun yang dibujuk hanya menggeleng lemah. Ara hanya mendesah lelah, ia harus bergegas memebri kabar bagaimana Aisyah tanpa kakak sepupunya.

Ara kini pergi sendiri menuju kantin, ia membeli 2 roti piscok, 2 porsi syomay dan es teh 2 gelas. Ia akan berbucara dengan Aisyah sambil mengisis perut, hanya ini salah satu cara membangkitkan nafsu makan gadis kuning itu.

Ara kini duduk di samping Aisyah, namun Aisyah tak merasa terganggu. Ia masih sama dengan posisi awal tanpa bergeswr sedikitpun.

"Makan yuk, gue mau ngasih tau sesuatu soal Hasyim" Ujar Ara

Seketika itu pula, Aisyah kini menegakkan tubuhnya dan menghadap Ara. Ia mengerutkan dahi seolah bertanya "apa" . Namun, bukan sebuah jawaban yang ia dapatkan melainkan sebuah sodoran syomay yang amsih panas dan terasa sangat menggiurkan.

" Buat aku? " Ara hanya mengangguk dan kembali memkan syomaynya yang sempat tertunda.

Aisyah menerima makanan Ara, ia juga begitu lahap menyantap syomay dari Ara. Hening, tak ada salah satu diantara mereka yang mau menyelingi percakapan dikala mereka tengah mengisi perut.

Pukul 1 siang, kini siswa sisiwi berhamburan menuju parkiran, ada juga yang masih tinggal dikelas untuk sekedar mengikuti mata pelajaran tambahan.

Asiyah dan Ara kini menaiki angkutan bis bukan untuk pulang melainkan pergi ke Gramedia.

Ara dan Aisyah berjalan beriringan, kanan dan kirinya terdapat buku yang tersusun rapi di rak.

Tujuan mereka mencari buku novel yang mereka sukai. 30 menit lananya, mereka masih betah mencari buku dan memilah milih mana yang akan ia beli.

Selepas membayar novel, Ara dan Aisyah menuju cafe yang terdapat di salah satu mall besar ini.

"Mba, coklat dinginnya 2 dan ayam richees level 2nya dua ya"

Sembari menunggu pesanan datang, Ara mengeluarkan hpnya dan ia membuka kamera.

Ckrek.

Hasil jepretan itu nampak Aisyah yang ada di depannya tengah sibuk membaca novel yang baru saja ia beli.

Ara mengirimkan hasil jepretannya untuk seorang pemuda satu tahun lebih tua darinya.

"Ini mba pesanannya"

...

"Syah, sebenernya Hasyim udah nggak di Bandung lagi" Asiyah tak jadi menyendok makanannya, kini ia menatao sahabatnya untuk meminta sehiah penjelasan.

Baru saja Ara ingin menjelaskan, namun Aisyah mendapatkan Kabar bahwa Papah dan Mamahnya tengah bertamu di rumah.

Ia bergegas dan pamit undur diri dengan Ara, dan sesampainya di rumah ia melihat kedua orang tuanya tengah duduk namun mereka membawa keluarga masing masing.














Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang