Part 9

17 4 0
                                    

Lalu lalang kendaraan seperti magnet yang mengikat mata,membuat tuan dan puan enggan tak memandang.Langit itu masih enggan menampakkan sang surya,hanya ada bintang dan bulan yang masih setia diatas sana.

Seperti gadis penyuka warna kuning ini,ia tengah menatap jalan dan lalu lalang kendaraan.Hembusan nafas pun keluar,ia memejamkan mata.Berharap,ini adalah sebuah mimpi bukan sebuah kebenaran.

Aku lelah,anganku terasa hitam.Tak ada lagi tali atau jembatan yang mengantarku menuju angan.Aku ingin putus asa,tapi ada angan yang harus kugapai.
Aku ingin mengubah dunia,namun aku hanyalah hamba-NYA yang lemah,tak ada kekuatan yang kumiliki selain ikhlas dan sabar.

Dunia,kau terlalu kejam dengan kisahku.Salahkah aku meminta sebuah kehangatan dan keindahan? Skenario apalagi yang harus kuperankan,sungguh!!
Aku lelah,aku ingin berhenti menjadi yellow of the your world.
Aku tak sekuat dan seindah warna itu.

"Mba,ayo makan dulu.Perjalanan masih jauh" kini furqon menyadarkan Aisyah dari lamjnannya.Aisyah hanya diam dan turun begitu saja.

Furqon mengehla nafas,sejujurnya ia juga lemah dengan zona ini.

Kali ini mereka tengah singgah diwarung padang,tampak Aisyah menatap warung itu tak selera.Sebuah tangan kini menepuk pundak Aisyah yang membuatnya terlonjak kaget,dilihatnya ternyata Akbar bukan orang asing.

"Ayo makan,nangis butuh energi" ucap Akbar lalu menarik pergelangan tangan Aisyah dan Furqon mengikuti mereka dari belakang.

Mereka duduk tepat dimeja pojok paling belakang,terlihat diatas meja masih kosong.Tak lama,seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka lalu menyantapnya dengan khidmat.

Setelah dirasa cukup mengisi energi,mereka pun meninggalkan tempat makan itu dan melanjutkan perjalanan mereka.
.
.
.
.
.
.

Tepat pukul 8 pagi,merak telah sampai dikediaman yang asing bagi mereka.Rumah sederhana bercat putih dengan halam yang luas serta dihiasi banyak tanaman dan rindangnya pohon.

"Rumah siapa kak?" Tanya Furqon

"Sekarang rumah ini jadi milik kita" jawab Akbar

Aisyah dan Furqon kini saling memandang satu sama lain.

Mereka pun memasuki kediaman itu,tampak rumah itu bersih seperti terawat setiap harinya.Tak ada debu sedikitpun ketika telunjuk mungil Aisyah menyentuh meja.

Didalamnya juga terdapat tanaman bunga dan bonsai yang menghiasi setiap sudut ruangan.Dinding bercat hijau tosca itu ditempeli berbagai hiasan dan foto mereka bertiga.

Akbar pun menunjukkan kamar Furqon dan Aisyah.Entah siapa yang pernah memiliki ruangan ini begitu pas dengan ciri khas mereka,Seperti Aisyah yang menyukai warna kuning.Ia begitu takjub ketika memasuki kamar barunya,diding bercat kuning dan berlantai kayu.Tempat tidur putih dan berbagai pernak pernik kamar yang unik dan beberapa alat musik yang ia sukai.

Ia pun melihat salah satu pintu bercat putih tutul kuning.Dibukanya pintu itu,betapa terkejudnya Aisyah.Disana banyak sekali lemari bercat putih.Ada lemari baju,sepatu,tas dan aksesoris.Tepatnya lemari itu mengelilingi ruangan dan ditengahnya terdapat sofa bulat berwarna kuning beralas karpet putih.Aisyah pun keluar dari kamar untuk mencari sang kakak.

"Pukon! Lihat kak Akbar nggak?" Tanyaku

"Kak Akbar? Ada dibelakang,lagi ngasih makan maghrib mba" Aisyah pun menyusul Akbar.

Dilihatnya Akbar tengah memberi makan maghrib dan membersihkan kandang kucing.

"Kakak!" Panggilku

"Ada apa dek?"

"Aisyah mau nanya.Please jangan
disela sebelum adek selesai,ok?"

"Iya,apa nih?" Tanya Akbar kembali

"Sebenernya kita disini mau ngapain? Aisyah mikirnya kita nginep semalem atau dua malem tapi kenapa disetiap sudut ruangan ada foto kita entah dari kecil atau gede.Terus kamar Aisyah,kenapa kamarnya sesuai dengan Aisyah banget.Bentar ini bukan percaya diri tapi aneh banget.Didalem kamar Aisyah banyak banget barang bernuansa kuning ada alat musik juga,apalagi ruangan baju gantinya,Subhanallah" Tanya Aisyah

"Udah? Atau mau lanjut lagi nanyanya?" Tanya Akbar dan Aisyah menggeleng.

"Ini rumah kita yang baru,sebenernya rumah ini udah lama kakak beli.Kakak sengaja desain sesuai karakter kita masing masing,kenapa kita pindah? Karena kakak capek stay dizona itu,kakak juga kasihan sama kamu" Jepas Akbar

"Aisayh sedih nih" ucapnya lalu memeluk sang kakak dengan rasa sayang yang teramat besar.

"Peluk pelukan kok nggak ngajak sih!!" Furqon

"Yah sibocil ketinggalan,sini kakak peluk"











ZonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang