10

475 37 6
                                    

"Aku menyalahkanmu, atas segala yang telah terjadi padaku,
Aku menyalahkanmu, atas segala rasa sakit yang aku terima,
Aku menyalahkanmu, atas berakhirnya kisah kita,
Aku menyalahkanmu, atas rasa kesepian ini,
Aku menyalahkanmu, atas keraguanmu,
Aku menyalahkanmu,
Kau yang tak bisa kugapai."

Dengan nada yang pelan Victor membaca sebuah puisi yang ia temui di layar ponselnya, saat ini ia tengah asik berselancar di dunia maya, hanya sekedar menghilangkan rasa stress yang menghujam kepalanya. Ia menoleh ke seseorang di sebelahnya, pemuda itu tengah tertidur, sesekali ia berteriak ketakutan, ia juga sekalinya menyebut nama Victor.

Victor beranjak dari kasur besarnya, ia melangkahkan kaki ke dapur, menyeduh segelas kopi dengan pikiran semrawut, hampir ia memasukkan sesendok garam ke dalam kopi tersebut. Ia menghirup bau khas kopi sedikit mengurangi beban pikirannya, menyeruputnya sedikit demi sedikit, ia bahkan tidak sadar kopi yang masih sangat panas itu membakar lidahnya.

Ini adalah kali pertama Victor merasa kesepian berada di apartemennya, padahal ia sedang bersama seseorang, "perasaan apa ini?" gumamnya setelah kembali ke kamar. Sosok yang sedari tadi tertidur kini tengah duduk diatas kasur, pemuda mungil itu melamun dengan menatap wajah Victor.

"Hei, kau sudah bangun?" tanya Victor membuyarkan lamunan Key, ia tersenyum canggung, begitupula dengan Key. Perasaan canggung seakan menyelimuti ruangan tersebut dan memeluk mereka berdua, "aku sudah bangun." jawab Key mengangguk. Pandangannya kini menelisik ke seluruh jengkal ruangan, sangat luas, apa ini kamar pribadi?

"Apa kau tinggal disini?" Tanya Key menyandarkan bahu dengan nyaman, jujur, ia merasa seperti tidur diatas permen kapas, kasurnya sangat empuk. Ia melihat Victor mengangguk sebagai jawaban, "lalu dimana orangtuamu?"

"Aku tinggal sendirian." Jawab Victor mendekati Key, kini ia duduk di bersilang kaki depan Key yang masih nyaman dibalut selimut.

"Bagaimana bisa aku berada disini?"

"Sudahlah, ini sudah waktunya makan malam."

"Ini sudah malam?" Tanya Key tak percaya, ia melirikkan matanya menuju jam yang tergantung di pojok ruangan, dan benar saja, sekarang sudah pukul delapan malam, "Hah." gumamnya sembari menggelengkan kepala.

"Aku harus pulang." Kemudian Key berniat untuk beranjak dari ranjang, tapi tangan Victor yang kokoh menahannya, pemuda tampan itu menggeleng, "apa-apaan kau ini?" tanya Key tak suka.

"Kau tidak akan pulang sampai ke rumahmu dalam keadaan begitu." Sahut Victor dengan bola mata yang menunjuk ke arah selangkangan Key. Key yang kebingungan pun segera memeriksa sesuatu di selangkangannya, ia menyibakkan selimut yang sedari tadi menutupi bagian bawah tubuhnya

Key terlonjak kaget setelah menyadari ia tak mengenakan satu pakaian pun, dengan cepat ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, "Kau memperko-"

Belum sempat Key menyelesaikan kalimatnya, ia terlebih dahulu mendapat sentilan keras di dahinya, "sakit, bodoh." gumamnya dengan mulut yang manyun. Ia menatap pelakunya dengan kesal.

"Ayo, makan." Ucap Victor sembari mengelus dahi Key yang memerah, ia jadi merasa bersalah, sepertinya ia terlalu keras. Hampir saja ia mencium kening mulus itu, tapi kalimat Key menghentikan tindakannya

"Tunggu, aku mau mandi." Key menepis tangan Victor dengan raut yang sama kesalnya.

"Oke, aku akan menyiapkan makan malam."

Key mengernyitkan dahi setelah mendengar perkataan Victor, "bukankah orang kaya selalu membeli makanan?" tanyanya heran.

"Maksudmu?"

Key manyun dengan muka sok imut, "kau tahu, hidupmu enak, tidak perlu repot-repot memasak, kau hanya perlu membelinya. Sedangkan aku-"

"Kau mengadu nasib denganku?" Tanya Victor dengan cepat memotong perkataan Key yang terdengar lucu, astaga, Victor benar-benar ingin menyetubuhi pemuda mungil itu.

"Ti-tidak, aku hanya menyarankanmu untuk membeli makanan."

"Kau ingin aku membelikanmu sesuatu?" Pertanyaan Victor sukses membuat Key tersenyum senang, ini lah yang ia tunggu daritadi, makanan gratis.

"Ya, malam ini aku ingin makan kari." Jawab Key dengan cepat.

"Kari?" Victor mencoba mengingat-ingat, makanan seperti apa itu, "biasanya kau membeli kari dimana?"

Key ingin mengatakan dimana tempat biasa ia membeli kari, tapi ia mengurungkan niatnya, ia punya rencana lain, ia ingin kari dengan rasa yang lebih mewah. Ia sudah bosan dengan rasa kari yang itu-itu saja, "di restoran Cebu." jawabnya dengan nada bicara yang kurang percaya diri.

"Hah? orang sepertimu membeli makanan di tempat semewah itu? Lagipula tempatnya jauh dari sini." Victor menggelengkan kepala tak percaya, tidak mungkin, tidak mungkin Key membeli makanan di tempat mewah itu, harganya bisa lima kali lipat dari makanan biasa. Untuk apa ia membeli makanan yang mahal sedangkan ia mengenakan pakaian yang kucel (tapi imut)? harusnya ia lebih mengutamakan fashion, pikir Victor.

"Maksudmu aku ini murahan?" Key mulai kesal, ia sangat tidak suka diremehkan. Raut sebalnya tidak membuat ia menjadi seram, malah membuatnya semakin lucu bagi Victor. Dan juga ia teringat saat waktu pertama kali dia bertemu Key, Key juga melontarkan pertanyaan yang sama saat mereka membeli es krim di taman kota.

"Baiklah, aku akan membelinya sendiri." Ucap Key final, meskipun ia hanya berakting, tapi ia nampak natural sampai membuat Victor seratus persen percaya padanya.

"Oke, aku akan membelikanmu, mana uangnya?" Tanya Victor sembari menjulurkan tangan.

"Kau ini- Hei, setelah kau memperkosaku, kau tidak mau membelikanku makanan sama sekali?" Tanya Key dengan kedua tangan terlipat, ia menggeleng-gelengkan kepala tanda kecewa.

"Apa maksudmu?!" Victor ikutan kesal karena dituduh memperkosa Key, ia sama sekali tidak melakukan apapun padanya. Ia hanya melepaskan pakaian Key karena sedari tadi ia bergumam kepanasan.

"Stt, diam, aku akan menelepon polisi," Key memasang jari telunjuk di depan bibirnya, kemudian bergerak lambat mencari ponselnya, "Hei, dimana ponselku? Kau mencurinya?!" tanyanya setelah tak menemukan dimana ponselnya dimanapun.

"Cih, baiklah, kau mandi saja, aku akan membelikanmu." Victor yang tak tahan mendengarkan ucapan Key yang tak masuk akal akhirnya menyerah, ia memutuskan untuk meninggalkan Key dan membeli Kari.












#TBC
follow my twitter : @yesiamkentang

Lil' MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang