3

4.5K 191 3
                                    

Key berumur sepuluh tahun, menjadi anak nakal yang tidak kenal peraturan dan sopan santun. Melakukan segala hal yang disukainya, mekipun terkadang hal itu beresiko besar bagi keselamatannya.

Pernah ketika ia menceburkan tubuhnya ke sungai yang ada di halaman belakang yayasan panti asuhan, saat itu ia belum bisa berenang. Entah dapat dorongan darimana sehingga ia dengan beraninya melakukan hal bodoh itu.

Dalam sekejap sungai yang luas itu menelan tubuh mungilnya yang terombang-ambing mengikuti arus menuju ke ujung jurang. Jika satpam yayasan tidak menyelamatkannya, mungkin hidupnya akan berakhir saat itu juga. Tuhan masih berbaik hati menyelamatkan nyawanya agar bisa melanjutkan kehidupannya. Alih-alih bersyukur, ia malah tersiksa atas keselamatan dan kelangsungan hidupnya sekarang ini.

Key masih saja melakukan hal bodoh yang bisa saja mencelakai dirinya sendiri. Seluruh pengurus yayasan jadi lebih memperhatikannya dibanding anak lainnya. Meskipun begitu, mereka tidak pernah iri pada Key. Karena mereka tahu ini semua demi kebaikan Key.

"Pergi! Dasar wanita pembohong! Aku membencimu!" Key melemparkan boneka penguin yang diberikan oleh wanita itu.

Wanita itu segera memunguti dua boneka penguin yang jatuh mengenai dirinya. Key tersenyum remeh, ia sudah muak melihat wajah wanita itu. Sudah muak melihat kebohongan yang selalu dia mainkan.

"Nak, ada apa denganmu? Ibu akan selalu menyayangimu meskipun kau membenci ibu." Suara parau wanita itu membuat beberapa pengurus yasayan menahan air mata agar tidak mengalir di permukaan pipi mereka. Mereka terhenyak, betapa baiknya hati wanita itu, bahkan meskipun Key membencinya, ia masih tetap menyayangi Key.

"Pergilah!" Key tetap pada pendiriannya. Ia tidak sudi lagi bertemu dengan wanita bernama Karin itu. Ia muak. Sangat muak.

"Baiklah. Ibu akan kembali lagi di masa yang akan datang. Tolong terimalah boneka ini." Nona Karin kembali menyodorkan dua boneka penguin yang agak sedikit kotor itu. Ia hanya bermaksud memberikan Key mainan karena mainannya sudah banyak yang rusak.

"Tidak perlu. Aku tidak sudi. Cepatlah enyah dari tempat ini! Aku tidak ingin bertemu dengan wanita pembohong sepertimu lagi!" Raut serius Key membuat hati Nona Karin terhujam. Ia tersenyum, lebih tepatnya tersenyum kecut. Air mata mulai merendam matanya. Ia mencoba untuk tidak menangis, tapi ia tak bisa menahan air matanya untuk mengalir.

"Key, kau harus terus bahagia sampai kau dewasa nanti. Teruslah tersenyum meskipun kelak dunia akan menyakitimu. Teruslah bertahan hidup meskipun dunia menyiksamu. Bertemulah dengan sosok yang benar-benar menyayangimu. Carilah teman yang selalu setia berada disampingmu, membantumu. Ibu selalu mendoakan atas kebahagiaan hidupmu." Wanita itu menjeda sejenak, air matanya mengalir dari pelupuk matanya membasahi permukaan pipinya. Saat itu juga Key merasa seakan ibunya akan pergi jauh meninggalkannya, tapi ia mencoba untuk tidak peduli. Ia kira ibunya akan kembali lagi beberapa hari kemudian.

"Selamat tinggal, nak." Nona karin melepaskan genggamannya pada dua boneka penguin itu. Dua boneka lucu itu terhempas menyentuh lantai yang dingin. Key tidak mempunyai sedikitpun niat untuk memungutnya. Baginya barang itu sudah seperti sampah.

Nona Karin memandang wajah Key untuk beberapa saat, hingga akhirnya ia membalikkan badan dan berlari keluar pintu gerbang yayasan dengan air mata yang terurai.

Hati Key terasa bagai disayat ketika melihat punggung wanita itu semakin menjauh. Ia merasa ada bagian kosong di hatinya. Bagian yang seharusnya terus diisi oleh seseorang.

Key terisak menahan tangis, dengan cepat ia berlari memasuki kamarnya agar tidak seseorangpun mengetahuinya.

Bibi Mai tahu, Key sedang menahan tangis. Sebuah kebiasaan bagi Key, ketika ia hampir menangis, ia akan segera berlari memasuki kamarnya.

Lil' MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang