"Selamat pagi." Sapa Teo setelah memasuki dapur. Rasa sakit ditubuhnya sudah sedikit berkurang.
"Oh, kau sudah bangun?" Tanya Key saat Teo membasuh wajah, "hari ini aku memasak mie instan untuk sarapan. Kau tidak alergi dengan mie instan, kan?"
Teo mengangguk malas, kemudian duduk di sebuah kursi di dekat pintu dapur. Key terkekeh geli saat melihatnya menguap, ekspresinya sangat lucu.
"Sehabis makan, kau harus mandi. Aku akan mengompres luka lebammu lagi." Seru Key sembari mengaduk mie yang direbusnya.
"Biar aku sendiri melakukannya." Sahut Teo kemudian berdiri menuju kulkas, ia mengeluarkan sebotol air mineral. Ia menegaknya perlahan, tidur terlalu lama membuat kepalanya terasa sedikit pusing, ditambah lagi ia masih merasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, tapi ia mencoba menahannya.
"Han-"
"Namaku Key." Potong Key cepat. Ia yakin semalam Teo pasti mendengar pembicaraannya di telepon. Tapi ia merasa sedikit bersyukur, Teo tidak seperti orang lainnya, ia berbeda. Saat orang lain mengetahui bahwa Key adalah gay, mereka tak segan untuk menjauhinya, tapi sepertinya Teo tidak sama seperti mereka.
"Oh, Key, maaf atas pertanyaanku semalam." Ujar Teo menghampiri Key kemudian membantunya memotong kubis. Entah mengapa, ia merasa Key sangat mirip dengan seseorang yang ia kenal, seseorang yang dulu dekat dengannya. Tapi jika memang benar Key adalah orang itu, sudah pasti ia mengenal Teo.
"Tak mengapa," balas Key mengangguk, "nanti siang aku akan mengantarmu pulang." Sambungnya sembari memasukkan mie instan ke dalam air yang sedang di rebus.
Teo menggeleng tak mau, "aku ingin disini sampai sore."
"Baiklah."
Kemudian mereka saling mendiami, sibuk pada urusan masing-masing. Key sibuk mengaduk mie yang masih di rebus, sedangkan Teo sibuk memotong sayur dan menyiapkan bumbu mie. Sesekali Key memuji Teo yang nampaknya sudah terbiasa memasak, terlihat dari caranya memotong sayuran yang cepat dan rapi. Kemudian Teo menyeduh susu untuk mereka berdua, meskipun ia tidak terbiasa minum susu, tapi saat Key bilang susu sangat baik untuk kesehatan, ia lantas menurutinya. Setelah selesai, Key segera membawa makanan menuju ruang tengah. Di sisi lain, Teo bersiap untuk mandi, ia kesal dengan Key yang selalu mengolok bau badannya yang berkeringat.
"Kau tadi tidak mengintip, kan?!" Tanya Teo setelah selesai mengenakan pakaian. Sang pemilik pakaian berteriak tak suka, "tentu saja tidak!"
"Kemari, nanti mie-nya keburu dingin." Panggil Key dengan raut cemberut, Teo segera menuju sofa dan duduk di sebelah Key. Ia mencubit pipi Key yang mengembung, sangat menggemaskan!
"Pelan-pelan, bodoh. Kau bisa tersedak." Komentar Teo tak didengarkan Key, pemuda mungil itu sibuk melahap mie yang hampir dingin sembari menggonta-ganti tayangan televisi.
"Hahhhh, benar-benar tidak ada acara televisi yang menarik!" Gerutu Key setelah ia menghabiskan makanannya.
"Tentu saja, ini kan hari libur," timpal Teo menyodorkan tisu pada Key, "ah, biasanya, di hari minggu begini, apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya penasaran, ia mulai melahap mie instan-nya.
"Tidak ada. Aku hanya akan menonton tv atau membaca komik seharian."
"Membosankan."
"Ya, hidupku memang membosankan." Sahut Key mengangguk tak peduli.
Saat mendapat jawaban begitu, Teo langsung merasa tak enak hati, "Eh? Aku tidak bermaksud begitu." Gumamnya pelan. Ia tak menyangka Key akan bereaksi seperti itu, biasanya ia akan menunjukkan kemarahannya saat dihina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Monster
Teen Fiction"Aku takut untuk tumbuh dewasa, aku takut kau akan melupakanku, atau malah aku yang akan melupakanmu." Gumam Key membaca kalimat yang tertulis di balik sebuah foto yang telah usang. "Aku terus berusaha dan menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya unt...