"Ketua, saat ini kita kekurangan biaya untuk menghidupi anak-anak di yayasan." Ujar seorang salah seorang wanita paruh baya memulai pembicaraan.
Wanita bernama Mai mengangguk mengiyakan, ia memperhatikan sekeliling dapur, makanan yang tersisa sangat sedikit. Mungkin hanya bisa dikonsumsi untuk satu bulan ke depan. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, biasanya bahan pangan mereka selalu berkecukupan. Para pengurus yayasan berkompromi untuk memecahkan permasalahan saat ini.
"Benar," sahut wanita lainnya, "semakin sedikit donatur yang berdonasi di yayasan kita, nona Mai." Lanjutnya sembari menunjukkan sebuah bukti berupa buku donasi bulanan.
"Kita tidak punya cara lain." Tegas nona Mai.
"Maksud anda?"
"Kita harus menyerahkan Key kepada orang kaya itu, kemudian meminta uang untuk membiayai anak-anak di yayasan." Jelas nona Mai dengan mata yang melirik ke arah pintu dapur, ia tahu ada seseorang di luar sana yang tengah menguntit.
"Tapi, nona Mai-"
"Maksudmu kau akan menjual Key?" Tanya seorang wanita yang paling muda, ia menggeleng tanda tidak setuju.
"Bisa dibilang begitu," balas nona Mai, "Ini demi kebaikan Key, ia akan hidup bahagia dengan orang kaya itu." Lanjutnya bersamaan dengan senyuman.
"Tapi, dilihat dari segi manapun, nampaknya orang itu bukan orang baik." Sangkal wanita tadi.
"Kita tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya, Riza," nona Mai menatap wanita itu tajam seakan memberi isyarat agar dia tutup mulut, "jika kita menyerahkan Key kepadanya, kita akan mendapatkan uang per bulan dari orang kaya itu. Itu adalah jaminannya, kita mungkin tidak akan memerlukan donatur lagi." Lanjutnya dengan mata yang melirik keenam wanita lainnya. Ia menganggukkan kepala, mencoba meyakinkan mereka. Tapi ia mendapati raut Riza yang seakan tidak setuju dengan usulnya.
"Tapi bagaimana dengan perasaan Key?" Tanya wanita lainnya.
"Sudah kubilang ini demi kebaikan bersama."
"Bagaimana dengan nona Karin? Ia bilang, ia akan kembali untuk menemui Key saat ia telah dewasa." Nona Mai sedikit geram mendengar Riza yang terus berkomentar, "nyatanya, dia tidak pernah lagi datang kemari." Balasnya cepat, ia mencoba untuk menutupi rasa kesalnya.
"Tapi ia meninggalkan surat, kan?" Tanya Riza mengingatkan. Ia ingat dulu nona Karin pernah meninggalkan surat yang mengatakan ia akan kembali untuk mengunjungi Key.
"Itu hanya omong kosong." Balas nona Mai berdengus kesal.
"Aku yakin nona Karin suatu saat nanti akan kembali."
"Lupakan saja," tegas nona Mai, "Hal ini menyangkut anak-anak, apa kalian mau anak-anak kelaparan?" Tanyanya pada wanita lainnya.
Tidak ada satu pun yang menjawab, semua pengurus yayasan itu hanya bisa menggelengkan kepala.
"Kita harus menyerahkan Key, aku akan segera menghubungi orang kaya itu." Ucap nona Mai disambut dengan anggukan kepala dari pengurus lainnya.
"Apa kau yakin pria itu adalah orang yang baik?" Tanya Riza memastikan, ia masih sedikit tidak setuju. Tapi ia tak berani untuk mengatakannya.
"Tentu saja, dia adalah pria tua yang kesepian, ia belum pernah menikah, tapi ia sangat menginginkan seorang anak. Saat dia pertama kali datang kemari, dia sangat tertarik dengan Key, dia bilang akan memberikan berapapun agar Key hidup dengannya. Sudah pasti Key akan bahagia hidup dengannya!" Jelas nona Mai dengan nada bicara yang sedikit meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil' Monster
Teen Fiction"Aku takut untuk tumbuh dewasa, aku takut kau akan melupakanku, atau malah aku yang akan melupakanmu." Gumam Key membaca kalimat yang tertulis di balik sebuah foto yang telah usang. "Aku terus berusaha dan menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya unt...