7

1.1K 77 3
                                    

Bel tanda usainya seluruh kegiatan pembelajaran hari ini telah berbunyi. Key segera membereskan barang-barangnya, kemudian segera keluar dari kelas. Ia seakan lupa dengan janjinya yang akan pulang bersama Leon. Bukan lupa, lebih tepatnya ia sedang ingin pulang sendirian. Jadi ia memutuskan untuk meninggalkan Leon yang masih asik mengobrol dengan pacarnya di kelas.

Ia berjalan pelan di dalam keramaian, tubuh mungilnya terombang-ambing bagai terseret arus lautan manusia. Ia melewati koridor demi koridor sampai akhirnya ia berhasil ke luar gerbang sekolah.

Apa aku harus naik bus?

Key menggelengkan kepala, "sebaiknya aku jalan kaki saja." bisiknya bermonolog. Ia melewati halte bus dan berjalan beriringan bersama murid lainnya yang juga jalan kaki. Para murid satu per satu berbelok arah hingga akhirnya hanya menyisakan Key sendirian.

Udara sore hari ini terasa menenangkan, ditambah lagi sinar matahari yang lembut membuat Key nyaman. Bunyi dedaunan kering yang terinjak seakan membuat suasana hati terasa damai. Hembusan semilir angin menyapa rambut halusnya. Ia bisa mencium bau sedap khas makanan dari berbagai restauran yang di lewatinya. Jalanan mulai sepi, hanya sedikit sekali kendaraan yang melintas. Deretan mobil terparkir di depan restauran, jelas saja, sebentar lagi jam makan malam.

"Syukurlah, Leon masih menyukai perempuan." Ucapnya bermonolog lega, ia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya.

Uh, aku lapar. Eh, tunggu-

"HEI, HEI!" Secara refleks Key berteriak nyaring melihat apa yang ada di depannya, "APA YANG KALIAN LAKUKAN?!", tanyanya pada segerombolan pemuda yang nampaknya tengah berkelahi, ia segera mengeluarkan ponselnya, "HALO? PAK POLISI?!"

Saat tahu Key akan menelepon polisi, segerombolan pemuda itu segera kabur melarikan diri, menyisakan seorang pemuda jangkung yang terduduk menahan sakit. Key segera berlari mendekati pemuda itu, ia menghela napas panjang menyadari apa yang telah terjadi padanya. Sepertinya pemuda itu di keroyok, beruntungnya pada pelaku tidak menggunakan senjata tajam. Tapi menurut Key lebam di beberapa bagian tubuh pemuda itu tak bisa dianggap sepele.

Key segera merogoh tasnya, mengeluarkan sebungkus tisu dan memberikannya pada pemuda itu, pemuda itu menerimanya sembari tersenyum tipis. Sekilas Key melirik tanda nama di seragam pemuda itu, ia bernama Teo. Sudah jelas dari seragamnya, pemuda bernama Teo itu satu sekolah dengannya. Hanya saja Key merasa tak pernah bertemu dengannya di area sekolah, mungkin Teo tipe siswa yang suka berdiam diri di kelas.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Key setelah pemuda itu membersihkan bekas darah yang mengalir dari sudut bibirnya, jelas saja ia hanya berbasa-basi, dilihat darimanapun, Teo saat ini tidak sedang baik-baik saja, "aku akan membawamu ke rumahku, letaknya tidak jauh dari sini." Lanjutnya sembari merangkul Teo untuk berdiri. Teo hanya mengangguk, mengiyakan.

Key membawa Teo menuju rumahnya dengan hati-hati, mereka berjalan tertatih, langkah demi langkah, "kau ini berat sekali." Keluh Key di tengah perjalanan, ia cemberut ketika mendapatkan tatapan garang dari Teo, "dasar sensitif. Kau bisa jalan sendiri, kan? Jangan manja." Lanjut Key melepaskan rangkulannya pada Teo. Teo hampir saja terjatuh karena dilepaskan secara tiba-tiba.

Teo berjalan tertatih mengekori Key dari belakang, rasa kesalnya sedikit berkurang ketika Key berkata sebentar lagi mereka akan sampai di rumahnya. Kakinya terus ia paksakan untuk berjalan meskipun lamban, perjalanan mereka terasa lama sekali hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah rumah kecil, "kau tinggal di rumah jelek seperti ini?" Ia langsung mendapat pukulan keras di bagian kepala setelah bertanya seperti itu, "kalau tidak suka, kau boleh pulang." Ujar sang tuan rumah kesal.

"Sakit, bodoh!" Key tak memedulikan Teo yang berdecak sebal. Ia segera menariknya memasuki rumah. Teo melongo kaget setelah memasuki rumah, "sempit sekali." Bisiknya bermolog.

Lil' MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang