6.5

1.4K 76 9
                                    

"Tidak lama lagi aku akan pergi." Ujar Key dengan pandangan ke bawah, memperhatikan kaki mungilnya yang melayang. Ayunan besi berkarat yang didudukinya terasa sangat dingin saat malam hari, sensasi dingin itu menusuk ke tulang melalui kulit putihnya.

Ia tak berani menatap wajah bocah di sebelahnya, ia takut akan membuat temannya itu kecewa. Mereka sudah berteman selama setengah tahun, mereka sangat akrab bagai dua orang yang bersaudara, ia merasa bersalah karena tiba-tiba mengatakan akan pergi.

"Memangnya kau akan pergi kemana?" Tanya Victor kecil dengan raut bahagia.

Ia sangat jarang melihat Key berpergian keluar yayasan, apalagi pergi liburan, rasanya ia ingin pergi bersamanya. Bersenang-senang di sebuah desa yang jauh dari perkotaan dan menyelam di pantai saat sore hari. Ia sangat menantikan hari itu, ia sangat ingin melihat Key tertawa lepas. Selama ini ia belum pernah melihat temannya itu tertawa lepas, seakan bagian dalam dari dirinya telah hancur. Ia ingin memperbaiki apa yang telah hancur di dalam diri Key. Ia tidak pernah mempunyai niat sebesar ini sebelumnya, seakan Key adalah orang yang benar-benar berharga baginya. Ya, tak bisa dipungkiri, Key sangat berharga baginya.

"Entahlah, tapi sepertinya kita tak akan bisa bertemu lagi." Balas Key masih menunduk, ia tahu saat ini Victor pasti akan marah padanya. Ia sudah sering dimarahi oleh temannya itu, tapi ia merasa kemarahan Victor kali ini akan terasa sangat berbeda. Kemarahan yang biasanya disertai dengan ceramah karena Key selalu ceroboh dalam segala hal. Kalau diingat-ingat, Victor sangatlah lucu saat ia sedang marah dan bersikap seperti orang yang sudah tua.

Disisi lain Victor tak memberikan reaksi apapun, ia terdiam sembari melempar batu yang baru saja ia pungut ke arah pohon di depannya. Mengambil batu yang lain kemudian melemparnya lagi, terus begitu sampai tak ada satu pun batu yang tersisa. Setiap lemparannya seakan menunjukkan perasaan hatinya saat ini. Tidak, ia tidak marah, lebih tepatnya, ia kecewa. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa Key meninggalkannya dengan begitu mudah? Apakah kebersamaan selama enam bulan belakangan ini bukanlah apa-apa baginya? Apa dia tak tahu seberapa indahnya masa-masa yang telah mereka lalui? Ah, apa Key hanya bercanda? Apa dia memiliki rencana untuk memberikan kejutan pada Victor?

"Kemana pun kau pergi, aku pasti akan bertemu lagi denganmu." Ucap Victor menatap Key dengan raut yang sulit dijelaskan. Ia melihat wajah Key yang hampir menangis, ia tahu temannya itu sangatlah cengeng.

"Tidak, kau tidak akan bisa." Key menggeleng lemah, dengan susah payah ia mencoba untuk tidak meneteskan air mata. Tidak, ia tidak boleh menangis.

"Aku berjanji akan menemuimu." Ucap Victor sembari berjongkok di depan Key. Ia menatap wajah Key yang mulai menangis. Tangisannya membuat dada Victor terasa sesak. Tangisan Key kali ini berbeda dari biasanya, ia terlihat seperti malaikat yang tengah menangis karena telah membuat kesalahan besar. Tangisannya kali ini terasa penuh dengan beban.

"Victor-"

"Biarkan aku menemuimu," ucap Victor lemah, ia menggenggam tangan mungil Key yang terasa sangat dingin, "jangan berkata seolah-olah kau akan mati." Lanjutnya dengan suara parau, ia terdengar seperti berbisik, "dan berhentilah menangis."

"A-aku tidak akan mati." Balas Key mengelap air matanya dengan punggung tangannya. Setetes air matanya jatuh mengenai pipi Victor.

"Kalau begitu, biarkan aku menemuimu." Victor mengecup punggung tangan Key sekilas, bekas air mata sedikit menempel di bibirnya.

"Ya, aku harap kau bisa menemuiku," balas Key tersenyum tipis, "aku harap kita bisa bertemu lagi."

"Kau tahu, kau adalah satu-satunya teman bagiku, kau juga adalah teman pertamaku," Victor beranjak dari posisinya, "aku akan mencarimu dan menemuimu, meskipun kau mungkin telah melupakanku, aku akan membuatmu mengingatku lagi." Ia menarik pergelangan tangan Key agar ia mau berdiri, kemudian memeluk tubuh Key dengan penuh kasih sayang. Badan Key terasa sangat mungil dan nyaman dipelukannya. Ia tak mau melepaskannya, ia tak mau melepaskan Key.

"Aku bersumpah akan menemuimu," bisik Victor pelan, "aku akan memenuhi janjiku." Lanjutnya semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya, kau harus memenuhinya."

###

Key keluar dari mobil mewah itu dengan rasa takut yang mengisi hatinya. Kini ia berada di depan sebuah rumah yang sangat besar, ukurannya tiga kali lipat dari yayasan. Rumah tiga tingkat bercat putih itu dihiasi dengan beragam tanaman yang terawat rapi, kolam kecil yang diisi dengan ikan hias dan patung dengan ukuran yang beragam. Beberapa pekerja melemparkan senyum padanya, tapi ia tak membalasnya, ia terlalu fokus memperhatikan benda-benda di sekelilingnya. Ia bagaikan berada di surga.

Apa ini rumah baruku?

Lamunan Key terpecah ketika seorang pria tua menggenggam tangan mungilnya. Pria tua itu tersenyum tipis. Ya, pria tua itulah yang telah mengadopsi Key. Dia terlihat seperti orang yang baik bagi Key, ia merasa akan baik-baik saja jika tinggal bersamanya.

"Antarkan dia ke kamarnya." Perintah sang tuan rumah pada seorang pelayan yang baru saja menghampirinya.

"Baik, tuan." Balas sang pelayan sambil menarik pergelangan tangan Key, ia segera membawa Key menuju ke lantai dua, "ini adalah kamar barumu, tuan muda," uapnya setelah mereka sampai di depan sebuah pintu berukuran besar, "silahkan masuk." Lanjutnya sembari membukakan pintu untuk Key.

"Te-terima kasih." Ucap Key tersenyum canggung, ia segera memasuki kamarnya. Ketika ia menengok ke belakang, pelayan tadi sudah menghilang.

Key memperhatikan seisi kamar, barang yang terdapat di dalam ruangan itu terlihat sangat mahal. Terdapat kasur yang sangat besar, di depannya terdapat tv berlayar lebar, ia juga melihat pintu lain di sisi ruangan, sepertinya itu adalah kamar mandi. Key yakin hiasan dan pajangan yang ada di kamar itu harganya pasti mahal. Ia tidak menyangka akan diadopsi oleh seseorang yang kaya.

"Akhirnya, aku bisa memilikimu," ujar seseorang dari arah pintu, Key membalikkan badan dan mendapati orang tua barunya yang membawa segelas minuman, "ini, minumlah." Tawar pria tua itu padanya.

Key meraih gelas itu, sepertinya itu adalah susu. Dengan ragu ia meminum susu itu, rasanya manis sekali. Setelah menghabiskannya, ia duduk di kasur bersama pria tua itu. Ia diajak bercerita, meskipun ia tak paham apa yang mereka bicarakan. Ia hanya mengangguk dan berkata 'iya' seolah ia paham. Setelah beberapa lama, entah mengapa mendengar pria itu bercerita panjang lebar membuatnya sangat mengantuk, "aku mengantuk." Ujarnya dengan mata sayu.

"Tidurlah." Pria tua itu membiarkan tubuh Key berbaring dan terlelap.

"Kau sangat indah." Bisik pria tua itu tepat di telinga Key. Kemudian ia menggerayangi tubuh mungilnya.

Obat bius yang ia berikan akan bertahan selama tiga jam.

The past story has ended










an:
belakangan ini aku kehilangan motivasi, sorry:(
plis follow aku di twitter @yesiamkentang supaya kalian bisa tau kapan aku akan update:)

#TBC
#Nay2402

Lil' MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang