Siapa Alika?

4.7K 312 3
                                    

"Anjir! Bener divideoin dong. Adek gue emang legend, titisan Mama Alya emang hebat," kata Alvin merasa tidak percaya. Dia membuka video tersebut tapi sayangnya tidak bisa di buka.

"Lah kok gak bisa di buka? Emang yah video haram gak boleh di tonton orang. Buktinya aja ini, handphone bagus kameranya 11 tapi gak bisa buka video haram." Alvin menggerutu sendiri sembari menggetuk-getukan layar ponselnya.

"Anjir! Lama bener, butuh satu bulan gue nungguin videonya," kesal Alvin dan langsung pergi untuk mencari konter terdekat. Bagaimanapun dia benar-benar penasaran sama video yang dikirim Alika.

Tak lama Alvin sudah sampai di konter, jarak konter dan dirinya berada memang tidak terlalu jauh yang membuat dia cepat sampai. Alvin menyerahkan ponselnya kepada penjaga konter untuk diperbaiki.

"Mas, sepertinya ada masalah dengan ponsel saya. Bisa tolong perbaiki," pinta Alvin.

"Masalahnya apa, Mas?"

"Dia muter-muter terus. Gak bisa buka video," jelas Alvin. Penjaga konter tersebut mengangguk dan mulai memperbaiki ponsel Alvin. Selang beberapa menit penjaga konter menyerahkan kembali ponselnya pada Alvin.

"Mas, ponselnya tidak ada masalah, semuanya baik-baik saja."

"Terus saya gak bisa buka video itu kenapa?"

"Masalahnya itu, kuota Mas sudah habis dan sepertinya harus isi ulang," kata penjaga konter yang membuat Alvin terbatuk-batuk. Dirinya benar-benar bodoh, hari ini memang hari terakhir kuotanya abis.

"Kalau gitu bisa isi ulang kuota saya," pinta Alvin. Penjaga konter mengangguk, Alvin merasa malu sendiri. Dia melihat sekeliling dan ternyata banyak orang yang tengah melihatnya. Setelah selesai mengisi kuota, Alvin membayar harganya dan langsung pergi menuju parkiran. Dia menaiki mobilnya sembari menampilkan raut muka kesal.

"Ihh ... Dasar Maemunah, bikin gue malu aja," ketus Alvin sembari bergumam ke arah ponselnya. Dengan cepat dia membuka video yang dikirimkan Alika. Betapa terkejutnya Alvin saat tahu video apa yang dikirimkan sang adik.

"Anjir! Gue kira beneran video itu. Nyatanya apa? Nyesel gue buka ni video," gerutu Alvin dan langsung membanting ponselnya kesamping. Dia kembali mengambil ponsel tersebut dan langsung menelpon sang adik.

"Dek, gimana rasanya?"

"Ah, mantap," kata Alika menjawab pertanyaan Alvin dari seberang telpon.

"Katanya Lo mau kawin, tapi kok gak jadi." Alvin berbicara sembari menjalankan mobilnya.

"Lo kira gue gila apa. Ngapain videoin yang begituan, pamali. Lo mau bikin gue viral gitu, mengalahkan yang video 19 detik," cerca Alika diseberang telpon, Alvin langsung menutup kupingnya saat suara toa Alika benar-benar berisik.

Disisi lain Alika yang tengah adu argumen ditelpon dengan Alvin terhenti saat melihat Kelvin sudah tidak ada. Dia hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal jika tahu raut muka Alvin. Heh, dikira dirinya kurang waras apa, ngapain dia menuruti kemauan Abangnya.

"Tawa aja terus, Ampe si Kelvin lumutan. Ngapain lo videoin lagi di pijit manja sama laki Lo. Gue, kan jadi ngiri," kesal Alvin. Alika hanya bisa tertawa tanpa menjawab ucapan Alvin. Iya, dia puas sudah menipu Alvin, dirinya berbohong yang bilang akan melakukan itu dengan Kelvin. Dirinya hanya meminta kepada Kelvin agar memijatnya, dan begitupun sebaliknya. Otaknya Alvin saja yang ngawur mikir kemana.

"Udah ah, Gue lagi sibuk, Bang. Sampai jumpa."

"Dek---"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Alika sudah terlebih dahulu memutuskan sambungan. Alvin membanting ponselnya dan langsung pergi ke basecamp yang biasa dia dan teman-temannya nongkrong.

                                        •••••

Alika menaruh ponselnya dan langsung menyiapkan pakaian ganti untuk Kelvin, yah sekarang Kelvin tengah berada di kamar mandi. Alika mencari pakaian yang pantas untuk Kelvin. Dia melihat kaos hitam polos dan juga celana senada dengan kaos. Alika membayangkan Kelvin akan terlihat lebih cool jika memakai pakaian serba hitam.

Drt ... Drtt ...

Alika mengambil ponselnya yang bergetar, dia melihat satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Alika membuka pesan tersebut, dia mengerutkan keningnya saat tau apa isi pesan tersebut.

"Pesan ancaman? Siapa sih yang ngirimin ini semua. Dikira gue takut apa," kesal Alika dan langsung memblokir nomor tersebut.

Alika menelpon seseorang untuk mencari tahu siapa yang mengirimkan pesan ancaman itu kepadanya. Menemukan siapa dalang dari nomor tersebut mudah bagi Alika, jangan kalian pikir Alika bodoh. Justru dia lebih banyak menyimpan rahasia dari yang kalian kira.

Drtt ... Drtt ....

"Nomor ini berasal dari tempat yang jangkauannya lumayan susah. Tapi, nomor ini langsung tidak aktif setelah mengirimkan pesan tadi. Sepertinya, dia sengaja tidak meninggalkan jejak. Buktinya saja orang itu langsung tidak ada interaksi dengan ponselnya atau apapun," jelas orang tersebut.

Alika hanya bisa mengangguk paham, dia membuka ponselnya dan membaca kembali pesan dari orang yang tidak dikenalnya. Alika membaca dengan teliti, dan dirasa sudah menemukan petunjuk, dia langsung memberitahukan dimana keberadaan orang tersebut.

Kelvin yang sudah selesai mandi merasa aneh melihat gerak-gerik Alika. Alika terlihat khawatir akan sesuatu, Kelvin mendekat dan langsung memeluk Alika erat dari belakang.

"Kenapa, hmmm?"

Alika langsung terdiam mematung saat Kelvin memeluknya. Apakah Kelvin mendengar semuanya? Dia harap Kelvin tidak mendengarnya. Alika membalikkan badannya dan menggeleng, Kelvin mengelus lembut kepala Alika, Kelvin tahu ada sesuatu yang disembunyikan Alika. Tapi, dia akan mencari tahunya nanti saja. Untuk sekarang, dia hanya ingin menghabiskan waktunya dengan Alika.

"Kamu harus semangat kuliahnya, Ka. Sebentar lagi wisuda, kamu harus lulus, ok!"

"Kamu kira aku bodoh. Aku yakin bakalan lulus kok, lagian kalau aku gak lulus masih ada kamu yang akan meluluskan aku," kata Alika yang membuat Kelvin tertawa. Jadi, maksudnya Alika akan menyuap dirinya.

"Jadi kamu mau nyuap aku, gitu. Jaminannya apa?" tanya Kelvin yang meladeni candaan Alika.

"Uang, dong."

Kelvin menggelengkan kepalanya, dia semakin memeluk erat Alika sampai-sampai mereka merebahkan badannya di ranjang. "Uang? Aku sudah punya banyak. Jaminan yang lain," tolak Kelvin. Alika mencari ide untuk menyuap Kelvin.

"Kalau begitu pakai makanan aja, aku siap nyiapin kamu makanan setiap hari, bagaimana?"

Kelvin menjepit hidung Alika dengan gemas. Kenapa Alika bisa semenggemaskan ini, dulu dia galak dan jutek. Tapi, sekarang? Hanya ada Alika yang penurut dan juga Alika yang ceria, mungkin ditambah sedikit nakal.

"Itu emang kewajiban kamu. Bagaimana kalau dengan tubuh kamu saja," goda Kelvin yang membuat Alika terdiam. Alika merasa pipinya mulai memanas, dia semakin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Kelvin. Rasanya hangat, rasa lelah Alika rasanya langsung hilang jika dirinya tengah berada dipelukan Kelvin.

"Kalau itu gak bisa, belum saatnya," guman Alika.

"Aku akan menunggu. Kamu tidak usah khawatir, aku tidak akan menyentuh jika tidak ada izin," kata Kelvin dan langsung ikut memejamkan mata. Mereka terlelap tanpa tahu bahwa seseorang tengah mengintainya.

"Semuanya akan kembali seperti semula. Kelvin, hanya milikku. Alika, kamu harus mati. Tadinya aku akan membiarkan dirimu hidup lebih lama. Tapi, siapa suruh kamu bisa menerima Kelvin sebagai suami. Seharusnya kamu tetap dengan pendirian awal, yang berniat menceraikan Kelvin. Sayangnya, waktu kamu tidak lama lagi."

Dosen Galak [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang