Aib Alvin

5.2K 334 1
                                    

Dua Minggu sudah berlalu dan hubungan Alika beserta Kelvin kian membaik. Entah itu Alika yang tidak pernah mengungkit soal surat perceraian lagi atau bahkan Kelvin sendiri mulai bersikap lembut. Iya hanya pada Alika, pada yang lain tetap saja Kelvin si Dosen Killer.

Alika sendiri sudah tidak pernah mengungkit masalah kepribadian ganda Kelvin. Lain dari dirinya kelvin adalah Malvin, dia hanya akan muncul jika di waktu tertentu saja. Tidak bisa seenaknya mengganti jiwa menjadi Malvin. Bukan berarti Kelvin berganti jiwa atau apa, dia hanya berganti sifat dan kepribadian saja. Jika Kelvin ada berarti Malvin tengah tidur panjang, begitupun sebaliknya.

Selama dua Minggu ini tidak ada masalah atau apapun. Tapi sejak kemarin, Alika selalu saja mendapatkan teror dari orang yang tidak dikenalnya. Kelvin sendiri mengetahui bahwa itu pasti ulah Sang iblis. Kali ini, Kelvin tidak akan membiarkannya. Dulu dia masih lemah, tapi sekarang dia sudah tidak takut akan apapun. Iblis itulah yang membuat Malvin datang, keinginan kelvin besar untuk balas dendam dan itu semua belum terpenuhi.

"Vin, aku mau jalan sama Shila, boleh gak," kata Alika mendekati Kelvin yang tengah mengerjakan tugas kampus. Kelvin melirik Alika sebentar dan mengangguk. Mungkin Alika bosan karena diam saja di rumah. Kelvin sendiri tidak bisa menemani Alika karena dirinya tengah sibuk.

"Iya, hati-hati. Jangan jauh-jauh dari Shila, bahkan satu centipun," peringat Kelvin yang membuat Alika terkekeh geli. Kelvin sangat posesif kepadanya. Tapi walaupun begitu Kelvin tidak terlalu mengekangnya.

"Iya suamiku. Aku gak akan jauh dari Shila bahkan satu centipun. Biar orang-orang ngira aku dan Shila aneh," kata Alika mencubit hidung Bangir Kelvin. Kelvin sendiri hanya mengerucutkan bibirnya yang membuat tawa Alika meledak. Kenapa Kelvin bisa semenggemaskan ini?

Kelvin membawa Alika kepelukannya, dia memeluk erat Alika. Ah ... Rasanya dia tidak bisa jauh-jauh dari Alika. Entah kenapa dia semakin menjadi manja pada Alika. Alika balik memeluk Kelvin erat, dia bersyukur bisa menjadi istri Kelvin. Entah dirinya bodoh atau, kenapa dulu dia begitu ingin pisah dari Kelvin. Tapi sekarang berbeda, dia sudah sepenuhnya terikat oleh Kelvin.

"Vin, ini sudah lima menit yah kamu peluk aku," kata Alika. Kelvin melepaskan pelukan itu dan hanya tersenyum. Kelvin mengelus lembut rambut alika dan mencium keningnya. Alika sendiri balik mencium tangan Kelvin sebelum benar-benar pergi.

"Yaudah aku jalan dulu, yah. Setelah dua jam aku akan pulang."

Alika berjalan keluar rumah meninggalkan Kelvin yang terlihat kecewa. Jika dia tidak sibuk mungkin sekarang dia yang akan menghabiskan waktunya dengan Alika. Tapi mau bagaimana lagi, sebentar lagi kelulusan dan dia benar-benar akan sibuk. Kelvin mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. Raut mukanya terlihat serius, dia memberikan instruksi kepada seseorang agar terus mengawasinya.

"Ikuti Nyonya, jaga dia baik-baik. Jika ada sesuatu yang mencurigakan cepat hubungi saya," kata Kelvin dan memutuskan sambungan tersebut.

"Ternyata dia sudah mulai beraksi. Tapi sayangnya, kali ini dia akan mati. Jangan berani-berani menyentuh milikku, Alika hanya milikku. Bahkan seranggapun tak bisa menyentuhnya," desis Kelvin dan kembali mengerjakan tugasnya.

                                   •••••••

Shila dan Alika sudah berada di mall, mereka berjalan sesuai kemauan Kelvin. Iya tidak berjarak jauh walaupun satu centimeter. Sebenarnya Alika sendiri merasa risih, semua orang memperhatikan mereka. Iya aneh saja, Alika dan Shila seperti lem saja.

"Ka, gue merasa risih yah. Bisa gak kita jaga jarak, kita itu harus sosial distanting, gak boleh deket kayak gini," gerutu Shila yang membuat Alika mendengus kesal. Emangnya Shila pikir ini kemauan dirinya apa.

"Gue juga risih, tapi mau bagaimana lagi. Ini kemauan laki gue," kata Alika. Shila menjauh dari Alika beberapa centimeter. Dasar Kelvin, bagaimana bisa dia tega sekali pada nasibnya. Banyak Orang mengira bahwa dirinya menyukai sesama jenis. Ih ... Amit-amit jabang bayi.

"Ya udahlah pokoknya gue gak mau kayak lem. Kita jarak beberapa centimeter dan gue janji gak bakalan jauh-jauh dari Lo," kata Shila. Alika hanya mengangguk saja, toh dirinya sendiri juga risih dengan itu semua.

"Cihhh, Lo pikir gue anak kecil apa. Gue juga males kalau harus nempel sama, loe."

Shila dan Alika berjalan sembari bercanda ria. Mereka melihat-lihat pakaian atau tas. Beralih pada sepatu, aksesoris dan terakhir Alika mencari hadiah untuk Kelvin. Sebentar lagi ulang tahun Kelvin, dia harus menyiapkan sesuatu yang spesial. Sebenarnya dia tidak tahu dan untungnya dia masih sempat untuk menanyakan pada Shila.

"Ka, bang Alvin sehat."

Alika menghentikan langkahnya dan menatap Shila dengan mata nakal. "Sehat, kenapa Lo tiba-tiba nanya kabar bang Alvin," selidik Alika yang membuat Wajah Shila merah padam. Alika membulatkan matanya dan langsung berteriak heboh. Shila sendiri hanya bisa menunduk malu.

"Wahhh ... Lo suka sama bang Alvin," tebak Alika yang membuat Shila terbatuk-batuk. Apakah terlihat jelas bahwa dia menyukai Alvin?

"Gak usah keras-keras, Nyai. Ini mall bukan hutan yang bisa seenaknya aja Lo teriak," ketus Shila sembari membekap mulut Alika. Alika tersenyum lebar, dia masih tidak percaya bahwa Shila akan menyukai abangnya itu.

"Lo yakin gak salah mengertikan perasaan Lo?" tanya Alika yang membuat Shila kebingungan.

"Maksud Lo, Apa?" tanya balik Shila.

"Maksud gue, Lo gak salah suka sama bang Alvin. Lo yakin suka, sejak kapan? Terus kenapa Lo suka sama dia?"

"Nanya itu satu-satu, Lo kira mulut gue lebih dari dua untuk menjawab pertanyaan Lo yang cepet kayak kereta gak ada rem," cerca Shila. Alika langsung terdiam dan siap-siap mendengar jawaban dari Shila.

"Gu-gue suka sama bang Alvin udah lama. Tapi, gue takut ditolak. Jadi gue cuman bisa Pendem aja perasaan suka ini. Bang Alvin terlalu sempurna buat gue dan sepertinya gue gak akan bisa dapetin hati bang Alvin," kata Shila dengan raut muka kecewa.

"Iya bang Alvin memang terlalu sempurna buat Lo yang paling sempurna. Sebenarnya dia yang gak pantas buat Lo, kenapa dia gak peka sih. Perlu gue kasih cuka supaya bisa peka tuh orang. Tapi Lo yakin suka sama bang Alvin. Bukan gue memprovokasi atau apa, gue cuman ngomingin fakta bahwa bang Alvin itu gak seperti yang Lo lihat," jelas Alika.

"Fakta apa? Bang Alvin itu keren dan juga penyayang sama keluarga, jika gue bisa jadi orang yang ada di hidupnya mungkin gye orang yang paling bahagia di dunia ini."

"Maksud gue Lo beneran gak bakalan nyesel setelah tahu fakta bahwa bang Alvin itu ----- orangnya jorok banget. Dia gak ganti celana dalam selama satu Minggu, dan yang lebih parah adalah bang Alvin itu penggemar berat film kartun Barbie. Jangan tanya juga celana dalam motif Barbie adalah favoritnya," jelas Alika sembari tertawa ngakak. Shila sendiri tidak bisa menahan tawanya, apakah dosa membicarakan orang atau mungkin memang dosa Doble buat Alika. Dosa membicarakan orang dan membuka aib abangnya sendiri.

"Seneng yah ngomongin Abang?" tanya seseorang yang membuat Alika dan Shila mengangguk secara bersamaan tanpa menghentikan tawanya.

"Iya iyalah sen----" Alika dan Shila langsung berhenti tertawa saat tahu orang itu adalah Abangnya, Alvin.

"Kenapa berhenti tertawa, terus aja omongin aib Abang. Gak takut korma yah kamu, ingat korma itu berlaku," omel Alvin dengan perkataan yang typo.

"Karma, bang. Karma, bukan korma. Tapi korma juga laku di Arab dan juga harganya mahal, loh," kata Alika membenarkan ucapan Alvin dengan sedikit candaan. Alvin sendiri sudah memasang raut muka kesal, dia merasa gemas sendiri pada adiknya ini, iya pengen dia telan bulat-bulat.

Dosen Galak [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang