Kembalinya Iblis

7.2K 417 3
                                    

Happy reading guys jangan lupa untuk vote and komen yahhh😉

                                      ••••••

Pelajaran berlangsung dengan khidmat. Alika sendiri pokus bergelut dengan pikirannya sendiri. Dia masih tidak percaya bahwa Kelvin mempunyai kepribadian ganda. Sebenarnya seberapa besar trauma Kelvin dimasa lalu? Dia harus tau penyebabnya dan bagaimana membantu Kelvin mengatasi trauma itu.

"Sebentar deh, kalau traumanya teringat kembali karena gue, lah dimana masalahnya? Gue, kan gak ngelakuin sesuatu di luar batas?" tanya Alika pada dirinya sendiri. Dia yakin, sebenarnya ada yang terjadi dengan Kelvin saat dia di kamar kemarin.

Disisi lain Kelvin tengah berdiam sembari memikirkan bagaimana caranya menyingkirkan hama yang mengganggunya itu. Diam mengambil pisau lipat yang tersimpan di saku jasnya.

"Huh ... Dia sudah kembali. Akhirnya! Gue bisa bunuh dia dengan tangan gue sendiri," desis Kelvin sembari memainkan pisau lipatnya. Sekarang, Kelvin benar-benar terlihat seperti psychopath.

"Tunggu tanggal mainnya, sayang." Menakutkan aura Kelvin benar-benar berbeda dari biasanya. Yang biasanya aura tajam saja sekarang tambah adanya aura kekejaman atau mungkin aura psychopath.

Drtt ... Drtt ....

Ponsel Kelvin bergetar tanda adanya pesan masuk. Dia mengambil ponsel tersebut dan melihat apa isi pesannya. Kelvin menyeringai saat tahu apa isi pesan itu.

'Vin, dia udah ada di Indonesia. Sekarang dia sedang berada di club bersama dengan komplotan yang lainnya'

Kelvin pergi meninggalkan ruangannya dengan tergesa-gesa, dia harus menyambut kedatangan sang iblis yang tengah menunggunya. Sebelum benar-benar pergi, Kelvin melihat Alika yang tengah menguping dengan menempelkan kuping di pintu.

Kelvin membuka pintu dengan gerakan cepat alhasil membuat Alika tersungkur. Kelvin jongkok saat melihat Alika hanya terdiam, takutnya dia pingsan. Mahasiswa yang tengah berjalan berhenti untuk sekedar menertawakan Alika atau menunggu selanjutnya akan terjadi apa.

"Alika?"

Kelvin menepuk-nepuk punggung Alika dengan sedikit keras, tidak ada respon yang ada hanya suara isakan saja. Apakah Alika menangis? Dengan cepat Kelvin membantu Alika berdiri, benar saja Alika tengah menangis dengan hidung yang memerah.

"Sakit?" tanya Kelvin, Alika menepis tangan Kelvin dan mundur untuk menjaga jarak.

"Menurut, Lo. Sakitnya gak seberapa, tapi malunya itu yang seberapa Bambang!" sentak Alika tanpa menyadari bahwa dibelakangnya banyak mahasiswa yang tengah memperhatikan.

"Siapa yang suruh nguping pembicaraan orang, itu tidak sopan," kata Kelvin dengan nada datar. Kelvin tidak berniat untuk memberi tahu Alika bahwa mereka tengah diperhatikan. Dia ingin lihat bagaimana ekspresi Alika saat tahu tengah jadi bahan tontonan.

"Serah lu, deh. Lo itu gak punya perasaan banget sih," ketus Alika dan pergi begitu saja. Alika memicingkan matanya saat melihat dirinya tengah jadi bahan tontonan.

Alika berbalik badan dan mengacungkan jari tengahnya kepada Kelvin. Semua mahasiswa melongo saat melihat Alika memberikan fuck you pada Kelvin. Alika adalah murid legend sepertinya, seumur-umur belum ada yang berani seperti itu.

Alika melanjutkan berjalannya dengan kaki pincang. Sepertinya dia keseleo akibat terjatuh. Dengan sigap Kelvin mendekat, niatnya ingin membantu Alika. Tapi itu semua terlambat, di sana sudah ada Angga mahasiswa yang rumornya suka sama Alika. Tentu saja Kelvin tahu dan dia tidak akan membiarkan Angga mempunyai celah untuk mendekati Alika.

"Kaki Lo  kenapa, Ka?" tanya Angga dengan muka khawatir.

Alika hanya memutarkan matanya malas saat harus bertemu dengan buaya cap jempol itu. Dia tidak suka Angga, sangat tidak suka. Camkan itu!

"Bukan urusan, Lo. Minggir," bentak Alika mencoba menjauhi Angga. Angga menarik tangan Alika alhasil membuat dirinya jatuh ke pelukannya. Kelvin yang melihat pemandangan didepannya itu menggeram kesal. Sepertinya Angga cari mati, dia mulai berani menyentuh miliknya.

"Lepasin, Gue!" sentak Alika.

"Udah, gue anter aja Lo ke ruang kesehatan. Gue gendong," ajak Angga yang mendapat tolakan mentah dari Alika. Kelvin menarik tubuh Alika hingga ke pelukannya. Semua orang membulatkan matanya saat melihat Kelvin cemburu kepada Angga. Mereka jadi penasaran, sebenarnya apa hubungan Alika dan Kelvin.

"Kamu itu masih bocah, gak usah sok-so'an mau gendong cewek. Belum mahram, pamali. Biar saya aja selaku dosennya yang mengantar ke ruang kesehatan," ketus Kelvin.

"Lah bapak sendiri bukan mahram Alika. Jadi sama, bapak juga gak bisa, lagian ini darurat pak," kata Angga dan kembali menarik tangan Alika.

"Gak usah banyak alasan, kembali ke kelas saja. Alika biar saya saja yang urus." Kelvin berniat protes, tapi setelah melihat tatapan tajam Kelvin nyalinya langsung menciut.

"Kenapa kalian masih disini! Kalian pikir ini pertunjukan, BUBAR!" bentak Kelvin yang membuat mereka langsung pergi.

"Udah, marahnya? Lo bisa gak sih lepasin tangan gue," ketus Alika. Kelvin melepaskan tangan Alika dan langsung menggendongnya untuk dibawa ke ruang kesehatan.

"Kelvin! Turunin, gue! Lo pikir gue karung beras apa, digendong kayak gini. Ihhh, tuh darah gue ngalir ke otak dan bikin gue tambah pusing. Kelvin, woy!" teriak Alika heboh di koridor Kampus. Alika terus memukul punggung atau mencubit keras Kelvin agar dirinya diturunkan. Kelvin menghiraukan teriakan Alika, sesekali dia memukul bokong Alika agar terdiam.

"Kelvin! Lo berani mukul bokong, gue? Ihhhh mesum banget sih, Lo."

Plak! Plak!

"Diam! Atau gue pukul lagi, Mau?"

Alika langsung terdiam dan secara bersamaan dirinya merasa mual. Tidak, dirinya ingin muntah. Tapi, jika dirinya muntah di sini maka dia akan merasa malu.

"Vin! Gue mual banget," lirih Alika yang membuat Kelvin langsung berhenti. Alika kira Kelvin akan menurunkannya. Tidak, dia salah! Kelvin malah berjalan dengan cepat yang membuat Alika tambah mual hebat.

"Vin! Turunin, gue! Gu-gue---"

"Tahan! Awas aja Lo berani muntah di sini," peringat Kelvin. Alika yang menahan mati-matian rasa mualnya sudah tidak tahan.

"Gu-gue udah---"

"Gue bilang tahan. Bentar lagi kita sampai di toilet."

Saat sudah sampai, Kelvin langsung menurunkan Alika dan keluar dari toilet wanita. Untung saja, jika dia terlambat mungkin sekarang dirinya akan jadi korban.

Selang beberapa menit Alika keluar dari toilet. Dia melihat Kelvin tengah menunggunya, sejak kapan Kelvin peduli padanya. Alika memang bodoh atau apa? Dari dulu Kelvin memang peduli padanya, tapi dianya saja yang kurang peka.

Dosen Galak [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang