Setelah sampai di bandara Soekarno Hatta, Kelvin dan Alika langsung pergi ke rumah sakit dimana ibunya di rawat. Yang ada dipikiran Alika sekarang hanya satu, ibunya. Diperjalanan menuju rumah sakit Alika tidak pernah diam. Dia terus berteleponan dengan Anita dan Alvin. Kelvin sendiri mencoba menenangkan Alika dengan segala cara apapun.
Lima belas menit sampai di rumah sakit Alika dan Kelvin langsung menuju ke ruang operasi. Kata Alvin, Alya masih dalam keadaan Kritis dan harus dioperasi karena kekurangan banyak darah.
Alika melihat kakak dan juga mertuanya menunggu di depan pintu operasi, dapat dilihat dari wajah mereka raut khawatir. Alika langsung memeluk Anita dan mulai menangis. Dia takut terjadi apa-apa kepada mamanya.
Setengah jam kemudian, dokter keluar dengan ekspresi yang susah di tebak. Alika dan yang lainnya menunggu ucapan dokter tentang bagaimana hasil operasi Alya.
"Dok, bagaimana keadaan Mama saya?"
Bukannya menjawab dokter tersebut hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Maksudnya apa? Tidak! Mereka tidak boleh suudzon, mereka harus khusnudzon.
"Kami tim medis sudah melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan Bu Alya. Tapi, tuhan berkehendak lain, nyawa beliau tidak bisa diselamatkan," kata sang dokter yang membuat tubuh Alika lemas.
"Dokter bercanda, kan? Saya tau mama saya hanya bercanda, mama saya suka gitu. Dia jahil, jadi dokter bersekongkol dengan mama," kata Alika merasa tidak percaya. Dia tertawa sembari air mata yang mengalir. Apakah dokter juga selalu bercanda tentang kematian seseorang.
"Ka, kita harus kuat. Mama emang udah gak ada, dia udah ada di samping papa dan juga dipelukan tuhan." Kali ini Anita yang berbicara dengan air mata yang tidak berhenti. Dia sedih, tapi dia harus kuat.
"Alika gak percaya, mama cuman bercanda doang. Dia mau bikin kejutan sama Alika, kakak tau' kan kalau mama emang gitu orangnya. Dokternya bohong, hiks ... Mama masih ada. Bang Alvin juga ikut andil dalam rencana ini bukan? Jawab, Bang! Ini cuman Frank," isak Alika dengan tubuh yang merosot kelantai. Dia menatap ruang operasi dengan sendu. Kenapa mamanya gak keluar dan bilang kalau ini hanya candaan semata?
Dulu, saat kehilangan papanya juga dia terlambat. Dia ingin menepis takdir tuhan tapi tidak bisa. Umur seseorang ada ditangan tuhan, lalu apa dia akan menyalakan tuhan atas takdirnya ini.
"Hiks ... Bang Alvin! Kasih tau Alika ini cuman bohongan! Mama masih ada, kalian tega bohongin Alika begini!" teriak Alika sembari memukul-mukul dadanya. Alvin mendekat dan memeluk tubuh bergetar sang adik. Hati Alvin merasa sesak melihat tangisan pilu Alika.
"Ka, kita tidak boleh menyalahkan takdir tuhan. Kenapa kakak akan berbohong tentang kematian, itu tidak baik. Ini sudah menjadi suratan takdir bahwa Allah sayang sama Mama dengan cara mengambilnya lebih cepat dari kita."
Alika memukul-mukul tubuh Alvin dengan sekuat tenaga, dengan senang hati Alvin menerimanya. "Iya Alika tau, tapi kalian lagi bohongin Alika, bukan. Jawab, Bang!"
"Alika!"
untuk pertama kalinya Alvin membentak Alika. Dia menekan kedua bahu Alika dan menatapnya dengan deraian air mata. "Lihat Abang! Apa kamu kira Abang gak sedih? Abang juga sedih dan terpukul. Lihat, Anita, Kelvin dan Tante Dina pun mereka sedih. Tapi apa kamu tau, dengan tidak ikhlas nya kamu atas takdir tuhan malah membuat roh Mama itu tidak tenang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdoa, kamu tidak bisa menyangkal itu semua!" bentak Alvin yang membuat Alika terdiam.
"Hiks ... Abang! Terus Alika harus gimana? papa udah ninggalin Alika, sekarang mama. terus kalau Alika mau mencurahkan isi hati sama siapa. Mama yang selalu ada buat Alika, sekarang gak ada mama yang akan nasehatin Alika. Kenap gak dari dulu aja Alika nurut sama mama, mungkin sekarang gak akan seperti ini keadaanya," Raung Alika dan langsung masuk ke ruang operasi.
Di sana, dia melihat tubuh terbaring seseorang yang sudah ditutupi kain. Alika mendekat dengan langkah perlahan, dia ingin berhenti menangis tapi tidak bisa. Dadanya terlalu sesak, dia harap tubuh yang terbaring itu bukan mamanya.
"Maaf, tapi Almarhum harus segera di makamkan, tidak baik menunda-nunda," kata Dokter dan mulai membawa jenazah itu.
"Apa yang dokter lakukan! Mama cuman belum siuman aja. Hiks ... Jangan bawa Mama Alika, dia belum mati," cegah Alika sembari menahan agar jenazah itu tidak dibawa. Alvin mengintruksikan kepada para perawat untuk membawa jenazah itu.
"Abang! Cegah dia bawa Mama. Kak Anita, kenapa kakak cuman diem aja, Mama mau dibawa kemana. Ma, mamanya Alika mau dibawa kemana? Mau dibawa pulang yah. Jawab Alika, Ma." Alvin, Anita dan Dina hanya bisa terdiam. Kelvin sendiri merasa sesak melihat istrinya seperti orang kurang waras.
"Vin, aku yakin kamu bakalan jujur. Mama aku masih hidup, Kan. Pasti mama mau dibawa pulang, sekarang kita pulang, Yuk. Mama udah nunggu di rumah," kata Alika seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Sadar, Dek. Mama udah gak ada, dia udah mati. Mau sampai kapan kamu gak percaya, perlu kakak perlihatkan bagaimana denyut nadinya mama udah gak ada. Berhenti bersifat konyol, kamu harus ikhlas dengan Semua ini. Mama udah sama papa, mama udah pulang ke tempat seharusnya, masih gak percaya?"
Tubuh Alika semakin bergetar hebat. Bukan karena bentakan Alvin, tapi dia merasa dirinya terlalu berlebihan. "Hiks ... Abang, maafin Alika. Alika khilaf, tapi kenapa orang yang disayangi Alika pergi. Pertama papa, sekarang Mama. Lalu besok siapa?"
Setelah mengucapkan kata itu Alika langsung terjatuh pingsan. Dengan sigap dokter memeriksa bagaimana keadaan Alika. Kelvin hanya bisa terdiam, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia mengepalkan tangannya melihat tubuh tidak berdaya Alika.
Kelvin menghubungi seseorang dengan tatapan tajam. "Mulai rencananya, buat dia kehilangan semua aset perusahaan. Jangan bunuh dia terlebih dahulu, biarkan dia memohon untuk kematian sekaligus daripada kematian perlahan. Setelah dia kehilangan semuanya, dia pasti akan datang, siapkan semua perangkap yang bikin tikus pun tidak bisa lari," kata Kelvin dan memutuskan sambungan itu.
"Semuanya akan berakhir, Sayang. Dia akan mendapatkan semua balasan yang telah dilakukannya," bisik Kelvin sembari mengelus rambut Alika dan yang terakhir memberikan kecupan pada dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Galak [SUDAH TERBIT]
ChickLitKelvin Radika Putra adalah Dosen galak and dingin. Semua orang takut padanya, yah kecuali satu orang Alika Maharani. Cewek bar-bar dan juga garang kalau lagi kesel sama Kelvin. Alika mempunyai impian untuk menikah dengan seorang pria yang baik, roma...