Tertembak

4K 251 35
                                    

"Hentikan, Fina! Ternyata ini yang selama ini kamu sembunyikan. Haha ... Ternyata aku malah membesarkan seorang iblis. Seseorang yang bahkan sudah aku anggap adik sendiri ternyata berkhianat. Kamu tahu, bahkan hewan peliharaan saja tau caranya berterima kasih kepada seseorang yang merawatnya. Tapi kamu! Dibandingkan dengan hewan apapun kamu tidak layak!" murka Dina.

Fina menatap tidak peduli Dina. Ucapan Dina bagaikan angin lalu saja baginya. Yang terpenting sekarang dia harus mendapatkan Kelvin dan juga obatnya. Persahabatan? Keluarga? Cih, dia tidak perlu itu semua.

"Hiks ... Apa yang sudah kamu lakukan terhadap Kelvin. Aku menyuruhmu menjaganya karena aku percaya, kamu akan menjaga dan menyayanginya seperti seorang ibu. Tapi apa, kamu bahkan tega hampir memperkosa Kelvin. Waktu aku pergi Kelvin berumur 8 tahun, dan ternyata kamu yang membuat Kelvin mempunyai trauma masa kecil itu. Kamu bahkan berani menyiksanya! dimana Fina yang dulu? Atau memang ini kamu yang sebenarnya."

"Gak usah banyak basa-basi, Kelvin! Cepat serahkan obat itu. Aku sudah sangat tersiksa! Argh--- kembalikan obat itu!"

"Nyonya, Sekarang bagaimana?"

"Bu-bunuh semuanya!"

Para penjahat yang dibawa Fina langsung mempersiapkan posisi untuk membunuh Alika dan yang lainnya.

Fina memegang pistolnya dan memposisikannya ke arah Dina. Jika Dina mati, maka Kelvin akan menjadi miliknya.

"Mama, awas!"

Dor! Dor!

Jleb!

Peluru itu tepat sasaran, tapi tidak mengenai Dina. Kelvin memeluk Dina dengan erat, nafasnya mulai sesak, peluru itu menembus badannya. Bahkan bukan satu, dua peluru sekaligus.

"Kelvin!" Alika langsung berlari ke arah Kelvin. Telat, dirinya telat menyelamatkan kelvin.

Dina menangis sesenggukan melihat putra kesayangannya tidak bisa apa-apa. Darah mengalir banyak, dan Kelvin sudah tidak bisa mengeluarkan suara.

Fina langsung terdiam melihat apa yang telah dilakukannya, kenapa Kelvin bodoh? Kenapa dia malah memeluk Dina, seharusnya Dina yang tertembak. Seperti orang yang kesetanan, Fina menodongkan kembali pistolnya. Dina belum mati, maka sekarang dia harus benar-benar tepat sasaran.

Kelvin yang melihat apa yang akan dilakukan Fina langsung mengambil pistol dengan sisa tenaganya. Dia tidak boleh membahayakan Mamanya atau Alika.

Dor!

Sebelum Fina menembak, Kelvin terlebih dahulu menempak kaki Fina dan setelah itu dia merasa semuanya gelap. Semoga Alika baik-baik saja, dia tidak bisa membantu lagi.

"Kelvin!" teriak Alika sembari menangis. Alika mengubah ekspresi dari sedih menjadi datar, salah besar jika dia berani menyakiti suaminya.

Alika mengambil pistol dari tangan Kelvin. Dia akan menghabisi wanita itu, membalaskan dendam atas kematian ayah dan Mamanya.

"Mama jaga dulu Kelvin, Alika mau menyelesaikan kekacauan ini," kata Alika dan Dina hanya bisa mengangguk saja.

Fina mencoba untuk melarikan diri, tapi sialnya Kelvin menembak tepat dikakinya. Dadanya mulai menyesak karena dia belum memakan obat itu. Sebenarnya, dimana Kelvin menyimpan obat tersebut?

"Mau lari?"

Alika menodongkan pistol tepat di kepala Fina. Sekarang Alika seperti bukan dirinya sendiri. Fina terdiam kaku, dia harus memikirkan cara bagaimana untuk kabur. Seperti tahu isi pikiran Fina, Alika tersenyum evil.

"Haha ... Jumlah kalian lebih sedikit, kalian pasti akan kalah. Lihat saja."

"Oh, ya! coba lihat dibelakang Lo!" perintah Alika. Fina melirik ke arah belakang dan di sana ada puluhan bala bantuan Alika. Yap, mereka adalah geng tawurannya dulu. Setelah insiden tembakan yang pertama Alika sudah menghubungi para temannya untuk siap siaga.

"Tristan! bawa Kelvin dan Mama Dina ke rumah sakit. Biar gue sama anak-anak yang lainnya disini," perintah Alika pada Tristan wakil ketua geng.

"Haha ... Kamu kira saya tidak menyiapkan sesuatu, tenang saja! Sebentar lagi mereka sampai," ejek Fina.

Tak lama bala bantuan untuk Fina juga datang. Disana ada Nadira, sebenarnya apa hubungan Nadira dengan Fina.

"Lihat, anak saya sudah datang. Siap-siap saja kalian untuk kalah."

Alika tidak terlihat ketakutan ataupun gugup sedikitpun. Mereka semua mulai bertarung satu sama lain.

"Ka, Nadira biar gue aja yang urusin. Sekalian gue mau ngasih dia hadiah pernikahan," ketus Shila dan langsung menghadapi Nadira.

Alika sendiri mulai bertarung dengan Fina. Dengan tangan yang memegang pistol, tapi Alika tidak memakainya. Akan tidak adil jika dirinya memakai senjata, Sedangkan Fina dengan tangan kosong.

Fina yang sudah benar-benar sebagian nafasnya langsung mencoba menghindari serangan Alika. Dia belum mendapatkan obat itu dan jika dia bertarung dengan Alika tentu saja dirinya akan kalah.

Tidak ada cara lain selain melarikan diri, itulah yang ada dibenak Fina. Tanpa aba-aba Fina lari menyebrang jalan tanpa tahu bahwa truk tengah melaju dengan cepat. Terlambat, Fina sudah tidak bisa menghindar dari truk itu.

Brukh!

Tubuh Fina terlempar beberapa kilometer, dia masih membuka matanya dan sayup-sayup mendengar suara Nadira atau anaknya itu. Jalanan dipenuhi oleh darah, badan Fina rasanya kaku dan tidak bisa digerakkan.

"Panggil ambulans! Gue mohon. Gue ngaku kalah, tapi plis bantuin gue buat panggil ambulans," ujar Nadira sembari memeluk Fina erat.

"Angkat tangan!" perintah polisi yang sudah tiba di sana. Nadira dan yang lainnya langsung mengangkat tangannya tanda dia menyerahkan diri tanpa adanya perlawanan.

"Huh, akhirnya beres juga. Urusan Fina sama yang lainnya biar pihak yang berwajib untuk menghukumnya," ujar Shila yang diangguki semua orang.

"Kelvin?!"

Alika langsung berlari setelah teringat kelvin berada di rumah sakit.

Dosen Galak [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang