Prilly membuka matanya perlahan, sebuah suara pintu dibuka membuatnya terbangun. Pandangannya samar-samar, ada bayangan seseorang di hadapannya. Prilly berseru kaget lalu menutup wajahnya dengan selimut yang ia kenakan."Eh, Prill, kamu udah bangun? Sorry, sorry" seru Ali yang segera berlari ke lantai atas rumahnya.
Jantung Prilly mau copot rasanya, pemandangan barusan bukan hal biasa baginya. Melihat seorang pria dewasa yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Ia baru tersadar bahwa dirinya bukan berada di mess nya, melainkan rumah Ali.
Prilly menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan untung menenangkan detak jantungnya. Ia mendengar suara langkah kaki Ali yang turun dari lantai atas.
Perlahan ia menyingkap selimut yang ia gunakan menutupi kepalanya. Melirik ke arah Ali yang sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum.
"Freak" ucap Prilly sedikit kesal.
"Sorry, kamar mandi rumah ini cuma 1, di atas cuma ada kamar tidur ga pake sekat plus walk in closet"
"Kamu udah enakan?" Tanya Prilly yang teringat kondisi Ali semalam."Udah, berkat kamu" jawab Ali tulus lalu duduk di tepi sofa tempat Prilly duduk.
Prilly terdiam, ia baru menyadari ada selimut yang menutupi tubuhnya, padahal semalam ia tidak mengenakannya.
"Saya takut kamu kedinginan, jadi saya kasih selimut" seperti bisa membaca isi pikiran Prilly, Ali menjawab pertanyaannya dengan tepat.
"Kalau gitu, saya pulang ya" ucap Prilly.
"Gak sarapan dulu? Kita bisa ke resto bareng" tawar Ali."Saya ga bawa baju ganti, lagipula ga enak sama karyawan lain, takut jadi gosip, saya ga mau dikira perusak hubungan orang" jawab Prilly.
"Ga akan ada yang gosipin, ini buat kamu" Ali menyodorkan sebuah paper back bertuliskan Asos.
Prilly menerima bungkusan tersebut dan melihat isi di dalamnya. Terdapat sebuah Coat berwarna krem, dengan kemeja putih, dan celana bahan berwarna hitam.
"Kemarin saya beli, tapi belum sempat dipake, kamu bisa pake itu kayanya" ucapan Ali membuat pikiran Prilly menerka-nerka, untuk siapa Ali membeli setelan pakaian wanita.
"Saya pulang aja, saya ga bisa terima ini, mungkin orang yang kamu beliin akan tersinggung kalau kamu kasih ke saya" nada suara Prilly terdengar ketus. Ali menerima paper bag tersebut dengan wajah sedih.
"Setidaknya ijinin saya traktir kamu sarapan ya, sebagai ucapan terima kasih saya" pinta Ali lagi.
"Ga perlu, saya ikhlas ko, lagipula ada yang harus saya kerjain dulu di rumah" Prilly menolak dengan halus.
"Saya antar kamu ya, sekalian saya ke resto, saya maksa kali ini"
"Kamu yakin ga perlu istirahat sehari ini? Demam kamu kemarin tuh tinggi lho""Gak, saya udah baikan ko, saya juga harus profesional, masa baru dua hari kerja udah ijin ga masuk"
"Ya udah"
Senyum Ali kembali terkembang.
🗼🗼🗼
Prilly melepaskan seat belt dari tubuhnya, ia menoleh ke arah Ali yang mengantarkannya hingga depan gedung mess nya.
"Thanks ya" ucap Prilly.
"Jadi kamu tinggal di gedung ini?"
Prilly mengangguk mengiyakan."Oke, sampe ketemu di resto" lanjut Prilly.
"Oke, sekali lagi terima kasih ya"Prilly keluar dari mobil Ali dan melambaikan tangan sebelum akhirnya masuk ke dalam gedung mess nya. Sebenarnya perjalanan di mobil tadi menjadi satu kesempatan baginya untuk bertanya pada Ali. Tapi Ali terlihat seperti mengalihkan pembicaraan dengan terus membahas soal resto.
