Malam sudah menjadi bagian pelengkap hari itu. Prilly merebahkan tubuhnya di atas kasur, setelah seharian belajar di sekolah dan tempat les, rasanya ia ingin meminta sisa hari untuk mengistirahatkan pikirannya. Hal yang ia lakukan pertama kali ialah menghubungi Ali, bersyukur sekali Ali mau menungguinya selama les bahasa Perancisnya berlangsung.
"Halo.." sapa Prilly
"Lagi di luar"
"Jam segini ngapain masih di luar?"
"Ada perlu sama temen"
"Siapa?"
"Kamu ga kenal, udah dulu ya, aku mau bawa motor"
"Mau kemana lagi?" Tanya Prilly cemas setelah mendengar suara ramai di sekitar Ali.
"Main bentar sama temen, udah ya, kamu istirahat aja, bye"Ali menutup teleponnya, rasa kantuk Prilly seketika hilang. Pikirannya terpusat pada Ali, sedang apa ia dan teman-temannya masih di luar jam 11 malam begini.
Prilly terlalu cemas sampai akhirnya ia keluar dari kamarnya. Di ruang tamu ia mendapati papanya yang masih menonton televisi, ia berjalan perlahan dan duduk di sebelah papanya.
"Kok tumben belum tidur Prill?" Tanya papanya.
"Habis ngerjain tugas pa" jawab Prilly.
"Semangat ya"
"Iya pa"Papanya kembali fokus ke televisi. Prilly mengumpulkan keberaniannya untuk bicara.
"Pa, aku mau minta tolong boleh?"
"Mau minta tolong apa Prill? Tumben kamu takut minta ke papa"
"Gini pa, tadi aku tanya Ali lagi di mana, tapi aku denger dia lagi rame sama temennya di luar, Prilly takut dia ga pulang ke rumah lagi dan kayanya tadi Prilly denger temennya bilang mau nyerang, Prilly takut mereka mau tawuran pa, papa bisa suruh Ali pulang ga?" Pinta Prilly ragu."Kok kamu baru bilang, papa telepon Ali sekarang" ucap papanya lalu mengambil ponsel di meja.
Tak berapa lama ia segera menghubungi Ali. Tapi Ali tak kunjung mengangkat teleponnya.
"Ga diangkat sih?"
"Coba lagi pa, mungkin dia lagi di motor"
"Oke"Beberapa kali papa Prilly menghubungi nomor Ali, tapi tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Ga diangkat Prill, udah, kamu tidur aja, papa usahain telepon dia terus"
"Oke pa" Prilly sedikit kecewa, kecemasannya semakin memuncak, tapi ia tidak mungkin menunjukkan di depan papanya.Ia masuk ke dalam kamarnya, lalu kembali merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Prilly berusaha memejamkan matanya, ia menyalakan musik tenang hingga akhirnya perlahan ia memejamkan matanya tertidur.
🗼🗼🗼
Prilly merasa baru saja memejamkan matanya, saat papanya mengetuk pintu kamarnya.
"Prill.."
Ia membuka matanya perlahan karena masih mengantuk."Ada apa pa?" Tanyanya dengan suara parau.
"Ali masuk rumah sakit, papa mau kesana" sontak Prilly terduduk, jantungnya berdebar keras."Ali kenapa pa?" Tanyanya panik.
"Ali kecelakaan, papa belum tau kondisinya gimana, tante Ully mamanya Ali minta papa nemenin dia kesana"
"Aku ikut"
"Ga usah kamu di rumah aja"
"Ga pah, aku mau ikut, aku mau tau kondisi Ali" seru Prilly memaksa.
"Ya udah cepet ganti baju"
"Iya"Prilly segera bergegas mengganti pakaiannya lalu menyusul papanya yang berada di luar.
"Ayo pah" ucapnya setelah berada di depan.
"Udah? Oya, kenalin ini tante Ully mamanya Ali, kamu belum pernah kenalan kan?" Ucap papanya.
"Halo tante, aku Prilly"
"Jadi kamu yang namanya Prilly, cantik ya, tante sering denger nama kamu dari papa kamu, dan kamu juga temen sekelas Ali ya ternyata"
"Iya tante"
"Ya udah ayo kita jalan" ajak papanya.Mereka bertiga bergegas ke rumah sakit di mana Ali dibawa. Di perjalanan selama di mobil, mama Ali banyak menangis, ia mengeluarkan semua keluh kesahnya. Ia juga merasa bertanggung jawab atas sikap pemberontak Ali. Prilly hanya mampu mendengarkan percakapan mereka.
