Jatuh cinta memang membuat dunia serasa berbunga-bunga. Seperti itulah kira-kira perasaan Prilly malam itu, dirinya masih belum percaya kalau ia sekarang berstatus pacar orang. Ia menutup kepalanya dengan selimut sambil tertawa kegirangan karena mengingat kejadian tadi sore.
Ali benar-benar di luar dugaan, padahal tadi siang Prilly baru saja menangis dibuatnya, tapi hanya dengan sebaris kalimat Ali sudah berhasil membuatnya penuh dengan rasa bahagia. Entah apa yang harus ia lakukan besok ketika melihat Ali.
Prilly perlahan memejamkan matanya karena rasa kantuk yang mulai menggelayut di matanya. Sedangkan Ali masih berada di luar, setelah menghabiskan sebatang rokok dengan sembunyi-sembunyi di tempat parkir, ia memutuskan untuk kembali ke rumah, tapi langkahnya tertahan.
Pemandangan yang ia lihat saat ini cukup membuatnya terkejut. Papa Prilly sedang memeluk mamanya yang sedang menangis. Pikirannya menari kemana-mana, seketika ia mengkhawatirkan Prilly. Baru saja ia membuat gadis itu bahagia, tapi malam ini hatinya dilema. Ia tidak memungkiri dirinya sangat menyukai oom Reza, tapi rasa sayangnya pada Prilly, baru saja tumbuh. Ali berjalan perlahan menjauh dan langsung kembali ke rumahnya.
🗼🗼🗼
"Li, boleh ga, ga usah ada yang tahu dulu kalau kita pacaran, aku takut nanti pada heboh, dan kamu tau kan, Amira masih ngejar-ngejar kamu" ucap Prilly sedikit memohon.
Mereka sudah berada di parkiran sekolah, sengaja datang lebih pagi agar tidak ada yang melihat kalau mereka datang bersama."Kenapa harus ribet mikirin orang lain sih? Yang penting diri sendiri bahagia dulu, baru mikirin orang lain" jawab Ali sedikit kesal.
"Bukan gitu, aku cuma malu aja, soalnya... aku kan baru kali ini pacaran" balas Prilly menahan malunya.
Ali malah tersenyum puas, ingin sekali menentang Prilly, tapi ia mengulurkan niatnya, dan menyuruh Prilly untuk jalan duluan ke kelas.
"Sana jalan duluan, aku nyusul"
Prilly tersenyum mendengar jawaban Ali, ia berpamitan dan akhirnya menuju ke kelasnya sendirian.Ali duduk di atas motornya, ia memikirkan kejadian semalam, apa benar papa Prilly dan mamanya juga menjalin sebuah hubungan. Kalau benar, ia harus memikirkan kelanjutan hubungannya juga dengan Prilly.
Prilly masuk ke dalam kelas dengan wajah penuh senyum, sampai tidak sadar ada Kemal yang juga sudah datang lebih dulu.
"Pagi Prill" sapa Kemal ceria.
Prilly sempat terkejut, namun ia mampu menetralkan kembali ekspresinya.
"Pagi Kemal, kirain baru aku aja yang udah dateng" jawab Prilly mencoba normal."Pagi banget Prill, kamu naik apa? Bus antar jemput biasanya belum sampe"
"Eh, itu, tadi bareng Papa yang sekalian ngantor" jawab Prilly berbohong, padahal papanya masih berada di rumah dan baru berangkat jam 8 nanti."Oh, kamu lagi happy banget kayanya"
"Hah? Masa sih, hehe" kali ini Prilly terlihat salah tingkah.Murid yang lainnya satu per satu berdatangan dan suasana kelas mulai ramai. Prilly sesekali menoleh ke arah pintu masuk menunggu Ali yang belum juga menyusulnya. Sudah 40 menit berlalu sejak ia meninggalkan Ali di parkiran.
"Morningggg.." seru Ghema menyapa Prilly yang sibuk melihat ponselnya.
"Hei, Morninggg" sahut Prilly.
"Ngeliatin apa sih? Nunggu chat ya?" Goda Ghema melihat tingkah Prilly yang aneh."Enggak ko"
"Jujur aja gapapa kali, kemarin kalian jadinya gimana? Ali masih marah sama lo?" Tanya Ghema penasaran."Kata siapa gue marah sama Prilly?" Prilly dan Ghema menoleh ke sumber suara yang tiba-tiba "nimbrung".
