CHAPTER 3

841 140 6
                                    

Sabtu pagi, Prilly sudah bersiap untuk keluar rumah, kondisinya sudah jauh lebih baik setelah pingsan kemarin. Hari ini ia sudah janji untuk ke toko buku dengan Kemal, sebentar lagi ia akan sampai di apartemen Prilly.

Pagi buta tadi papa Prilly sudah berangkat ke luar kota. Jadi ia lebih leluasa untuk keluar rumah. Setelah memastikan pintu rumahnya terkunci dengan benar ia berjalan melewati lorong menuju lift untuk menunggu Kemal di lobby.

"Mau kemana?" Sebuah suara mengejutkan Prilly.
"Ali?"
Mereka terlibat saling pandang selama beberapa detik. Ali berdiri sambil bersandar di dinding dekat lift.

"Aku mau ke toko buku" jawab Prilly seadanya.
"Naik apa?" Tanya Ali menginterogasi.
"Naik mobil bareng Kemal" Prilly sedikit ragu saat menyebut nama Kemal di depan Ali.
Benar saja, Ali langsung terdiam, wajahnya terlihat kesal dan Prilly dihujani tatapan tajamnya lagi, Prilly mematung.

"Gue yang anter" ucap Ali lebih seperti titah bagi Prilly.
"Tapi Li.." Prilly ingin menolak tetapi Ali hanya menatapnya lebih tajam lagi tanpa bersuara.

"Kemal udah jalan ke sini, aku ga mungkin batalin" kali ini Prilly memberanikan diri.
"Kalau gitu gue ngekor di belakang"
"Hah? Maksudnya kamu ngikutin mobil Kemal sambil naik motor?"
"Kurang jelas?"
"Tapi buat apa Li? Kamu pasti ga bakal suka ke toko buku"
"Oom Reza nitipin lo ke gue, dia takut lo masih belum kuat trus nanti pingsan lagi"
"Papa bilang gitu ke kamu?"
"Ga percaya? Telpon aja oom Reza" jawab Ali meyakinkan.

Prilly jadi terlihat dilema. Ia hanya berniat pergi sebentar ke toko buku, lalu pulang. Tapi Ali memaksa untuk ikut, apa jadinya nanti, dia akan kebingungan menghadapi 2 orang yang saling berseteru ini.

Prilly menghela nafas berat, Ali masuk ke dalam lift yang pintunya baru saja terbuka, Prilly terpaksa ikut masuk ke dalam lift karena Ali tidak akan berhenti menahan pintu lift sampai ia masuk.

"Sepenting itu ya ke toko buku dibanding kesehatan?"
"Aku udah baikan Li, buku ini penting karena minggu depan aku udah masuk les"
"Lo kan udah pinter Prill, kenapa harus ikutan les lagi?"
"Aku belum bisa bahasa Perancis, jadi aku harus les"
"Wow, emang di sekolah kita ada ujian bahasa Perancis?"
"Bukan buat ujian Li, tapi.." Prilly menghentikan kalimatnya.
"Buat apa?" Tanya Ali penasaran.
"Buat keperluan lain" jawab Prilly cepat lalu keluar dari lift saat pintunya terbuka.

Ali mengekor di belakang Prilly. Ia hanya tersenyum saat melihat Prilly gelisah karena Kemal tak kunjung datang. Barusan ia dikabari Bang Ben salah satu teman premannya bahwa mereka sudah berhasil menghadang Kemal.

Tak berapa lama, ponsel Prilly berdering, tebakan Ali itu adalah Kemal yang hendak membatalkan janji. Beberapa menit kemudian Prilly menutup teleponnya dan menoleh ke arah Ali.

Ali berusaha sekuat tenaga menahan senyumnya, bersikap cool di depan Prilly.

"Kemal ga jadi dateng, ada urusan mendadak katanya" ucap Prilly padanya.
"Terus?" Sahut Ali.
"Ya ga ada terusannya, aku pergi sendiri"
"Gue anterin, ayok berangkat, keburu hujan" ucap Ali yang langsung berjalan keluar lobby, Prilly mengikutinya.

🗼🗼🗼

"Selama oom Reza di luar kota, lo sama siapa di rumah?" Tanya Ali sembari menemani Prilly memilih buku.

"Ehm, nanti malem Kakak sepupu aku dateng, dia udah biasa nemenin aku kalau papa lagi dinas ke luar"

"Oh, ok"
"Kenapa? Tumben kamu peduli sama orang lain?" Tanya Prilly yang jadi penasaran.

"Oom Reza nitipin lo ke gue"
"Oya?"
"Baguslah kalau lo ada yang nemenin, gue ga perlu repot-repot mantengin lo" kelit Ali.

Prilly tidak melanjutkan percakapan tersebut, dan kembali sibuk memilih buku.
"Li, ini bagus deh bukunya" Prilly menyodorkan sebuah buku ke arah Ali.

Aile en Forme Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang