Pagi itu udara Jakarta cukup sejuk, mungkin karena semalam hujan. Dan saat ini kelas 3 IPA 2, giliran memakai lapangan untuk kelas olahraga.
Kemal mengatur teman-temannya untuk melakukan pemanasan dengan berlari mengelilingi lapangan. Pak Mery guru olahraga mereka mengawasi sambil menyiapkan pluit di mulutnya.
Guru favorit Ali ini berumur sekitar 50 tahunan, beliau salah satu orang yang paling dipercaya Ali. Gayanya yang nyentrik dan lucu membuat siapapun nyaman berada di dekatnya. Ali memanggilnya "Sang Maestro", maka dari itu Ali selalu bersemangat jika pelajaran olahraga.
Pak Mery juga menyukai Ali, menurutnya Ali merupakan siswa yang berbakat hampir di semua bidang olahraga, nilainya selalu baik.
Setelah mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali, para siswa diminta berkumpul di tengah lapangan basket.
"Hari ini, kita mau olahraga basket, seperti yang sudah bapak ajarkan di semester lalu, sekarang kita coba buat pertandingan kecil, masing-masing dari kalian silakan memilih tim kalian, setiap tim berisi 3 orang" jelas pak Mery.
"Pak, cewe cowo boleh? Soalnya ada yang ga dapet tim sejenis"
"Buat yang tidak dapat tim boleh nemenin saya jadi juri, sebisa mungkin cari yang sejenis"
"Ok pak" seru mereka lalu segera membentuk tim masing-masing.
Ali sudah pasti satu tim bersama Boni dan Trian, sedangkan Prilly sudah sepakat satu tim bersama Ghema dan Audi.
"Oke, sudah dapat tim semua? Siapa yang ga punya tim?"
Tersisa 3 orang yang tidak mendapatkan tim, Pak Mery meminta mereka untuk menemaninya sebagai juri."Tim mana yang tanding lebih dulu?" Tanya Pak Mery lagi.
Ali dan kawan kawan kompak mengangkat tangannya, bersamaan pula ada tim Kemal, Andreas, dan Ricko yang mengangkat tangan. Ali dan Kemal saling pandang dengan penuh ambisi. Keduanya bersemangat untuk maju ke tengah lapangan."Ali, buang permen karet kamu, nanti kalau tertelan bapak pasti ketawa" canda Pak Mery yang membuat seluruh siswa tertawa.
Ali menurutinya, ia berjalan ke arah tempat sampah.
"Li, pake tisu" ucap Prilly menyodorkan selembar tisu ke arah Ali.
Ali memberikan senyuman ternakalnya pada Prilly, membuat gadis itu kaget sendiri.
"Astaga Prillyyy, si Ali barusan senyum ke lo? Wah ga bener nih, gue yakin lo berdua ada sesuatu" bisik Ghema di sebelah Prilly."Ga ada Ghema, gue sama Ali ga ada apa-apa" jawab Prilly dengan wajah masih tersipu.
"Gak mungkin Prill, gue yakin Ali suka sama lo, kalau ga, ngapain dia nganter jemput lo, trus gendong lo pas pingsan, marah kalau liat lo sama Kemal, dan kemarin, dia belain lo di depan Amira trus meluk lo gitu, fix ini mah, dia suka sama lo" celoteh Ghema mengompori.
Prilly tak menggubrisnya, karena pikirannya sibuk mengingat semua momennya bersama Ali, masih banyak yang belum diketahui Ghema.
PRITTTTTT....
Suara pluit pak Mery menyadarkan Prilly, ia mulai fokus mengikuti pertandingan tim Ali versus Kemal. Semoga keduanya bisa bersikap sportif dan dewasa, Prilly takut juga jika pertengkaran mereka pecah lagi.
Di awal pertandingan Ali sudah menunjukkan aura juara, Prilly sampai tidak berkedip melihat Ali yang sudah penuh keringat di tengah lapangan, Ali bahkan berkali-kali mencetak skor, dirinya baru menyadari bakat Ali di bidang olahraga.
Kemal terlihat kesal, tapi ia juga tak pantang menyerah, beberapa kali ia bisa merebut bola dari Ali, tapi ia selalu gagal mencetak skor karena Ali selalu sigap menghadangnya.
