Tidak seperti biasanya, pagi itu Ali bangun lebih awal. Ia sudah mengenakan seragamnya dan memastikan rambutnya yang sudah panjang tergulung rapi. Ia berdiri di depan pintu rumahnya, sambil menatap ke arah pintu rumah Prilly.
Wajahnya berubah sumringah saat suara pintu rumah Prilly terbuka. Seseorang baru saja keluar dari rumah itu, Pricil. Senyum Ali perlahan menghilang.
"Pagi.." sapanya pada Pricil.
"Eh, Ali, pagi, mau berangkat juga?" Balas Pricil ramah."Iya nih, lo juga mau jalan ke kampus?"
"Iya"
"Prilly mana?" Tanya Ali penasaran.
"Udah jalan 30 menit lalu" jawab Pricil.
"Oh gitu, oke deh, mau ke bawah kan? Bareng aja yuk"Mereka berdua berjalan melewati lorong menuju lift. Ali terlihat bersemangat sekali, sesekali ia melontarkan cerita yang membuat Pricil tertawa.
"Kenapa lo ga berangkat bareng Prilly aja? Bukannya kalian sekelas?" Tanya Pricil sesaat mereka berada di dalam lift.
"Tadinya mau bareng, tapi kayanya gue kelamaan bangunnya" jawab Ali.
"Emang ga janjian?" Tanya Pricil penasaran.
"Enggak sih, semalem lupa bilang ke dia" Ali menjawab sekenanya.
"Kalian ga sedekat itu ya?" Tebak Pricil.
"Iya, cuma tetangga dan temen sekelas aja sih" Ali mengusap kepalanya bingung harus bereaksi seperti apa.
"Lo suka ya sama Prilly?"
"Hah? Enggak ko, gue cuma disuruh jagain Prilly aja sama oom Reza" Pricil ber oh ria sambil menganggukkan kepala mendengar jawaban Ali.Setelah mereka tiba di lobby, Pricil berpamitan lebih dulu pada Ali, sedangkan Ali menuju ke tempat parkir motornya, lalu segera melajukan motornya menuju ke sekolah.
Di tempat lain, Prilly sudah berada di mejanya sambil membaca sebuah buku, telinganya sudah tertutup dengan earpods, musik yang ia dengarkan membuatnya tenang dan dapat menyiapkan diri untuk memulai hari.
Suasana kelas sudah mulai ramai, satu per satu siswa mulai berdatangan dan saling bercakap ria. Ghema sedari tadi sibuk dengan game di ponselnya, Prilly tidak mau mengganggu kesenangan sahabatnya itu.
Lima belas menit berlalu, Ali baru datang dan masuk ke kelas bersama Boni dan Trian. Ia menoleh ke arah Prilly yang sedang sibuk membaca tanpa melihat kedatangannya.
Tiba-tiba, Kemal si ketua kelas datang menghampiri meja Prilly dan duduk di bangku depan Prilly. Ekspresi wajah Ali perlahan berubah, ia merasa kesal dan kembali mengganggu keduanya dengan menendang meja Prilly sambil melewatinya. Tapi kali ini Prilly dan Kemal membiarkan Ali dan tidak menggubrisnya.
Ali dibuat semakin kesal, ia duduk setelah membanting tasnya ke meja."Nape lo bro?" Tanya Boni.
Ali tidak menjawab dan hanya mengeluarkan ponselnya lalu memakai headphone di kepalanya, musik metal dengan volume kencang bisa terdengar dari luar. Ali menutup matanya dan menyandarkan kepala di kursinya.Prilly sempat melirik ke arah Ali karena musik dari headphonenya bisa terdengar sampai ke tempat Prilly. Setelah Kemal meminta maaf dan kembali ke kursinya sendiri, Prilly mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Ali.
"Li, volumenya kekencengan, nanti kuping kamu rusak" tulisnya di chat.
Ali membuka matanya saat merasakan getar notifikasi di ponselnya, ia segera membuka pesan dari Prilly tadi.
"Masih peduli sama gue?" Jawab Ali singkat.
"Maksud kamu apa?"
"Ga ada, udah fokus aja sama Kemal"Prilly tidak paham maksud pesan Ali, ia hendak membalas pesan Ali tapi bel sekolah sudah berbunyi. Ia segera menyimpan ponselnya ke dalam tas. Ali melirik kesal ke arah Prilly dan segera menyimpan ponsel dan headphonenya ke dalam tas juga. Ia paling malas jika harus berurusan lagi dengan guru BK.
