CHAPTER 2

963 151 6
                                        

Mata pelajaran terakhir baru saja usai. Prilly bergegas merapikan peralatan tulis dan bukunya. Ghema merangkul bahu Prilly mengajaknya keluar kelas. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat Amira berjalan masuk dan langsung menghampiri Ali yang masih berada di mejanya. Prilly sempat melirik ke arah Ali, seharian ini Ali terlihat sedang tidak mood, mungkin akibat perseteruannya dengan Kemal tadi pagi.

"Kenapa Prill?" Tanya Ghema penasaran.
"Gapapa, yuk pulang" sahut Prilly lalu berjalan keluar kelas.

Bus antar jemput Prilly sudah parkir di tempat biasanya. Karena berlainan arah, Prilly dan Ghema menaiki bus yang berbeda. Prilly memilih kursi kedua dari depan, agar lebih mudah keluar. Baru saja ia duduk, ia dikejutkan dengan keberadaan Ali yang sudah duduk di sampingnya.

"Ali?" Serunya kaget.
"Lo tadi kan berangkat bareng gue, jadi pulangnya juga harus sama gue" ucap Ali sedikit dingin.
"Ga usah, aku gapapa kok, udah biasa pulang sendiri, lagian ini kan sampe depan apartemen"
"Bukan itu, gue udah janji sama oom Reza buat anterin lo pulang"
"Ini maksudnya kamu naik bis bareng aku?" Tanya Prilly polos.

"Ngarep, ikut gue" jawab Ali cepat dan langsung menarik Prilly keluar dari bus yang masih sepi itu. Prilly tak kuasa melawan. Untung saja parkiran bus ke arah motor Ali di parkir bukanlah jalan utama yang dipenuhi siswa lain.

Ali memberikan helmnya dan meminta Prilly naik. Prilly menuruti, alasannya sudah pasti karena ia takut.

"Bukannya kamu tadi sama Amira?" Prilly memberanikan diri bersuara.
Bukannya menjawab, Ali malah langsung melajukan motornya keluar gerbang sekolah.

Dan sama seperti perjalanan tadi pagi, perjalanan pulang ini pun tidak ada yang bersuara. Sampai akhirnya Ali berhenti di sebuah bengkel motor.

Prilly turun dari motor mengikuti Ali. Sepertinya ada masalah dengan motornya.

"Hai Li, kenapa lagi si ninja?" Seru seorang berpakaian montir di sana.

"Ini, remnya agak sakit" jawab Ali penuh canda. Prilly sekali lagi dibuat terkesima dengan senyum Ali, kali ini senyumnya keluar dengan tulus.

"Pacar baru?" Tanya montir itu lagi.
"Bukan, calon adek tiri gue" jawab Ali yang membuat Prilly kaget hingga menjatuhkan helmnya.
Ali dan si montir menoleh ke arah Prilly secara bersamaan.

"Parah lu, anak orang jadi kaget tuh, becanda lu kelawatan Li, tapi daripada jadi adik tiri, mendingan gue jadiin istri Li, bening" Ali tertawa mendengar candaan si montir, dengan matanya yang tetap menatap Prilly.

Prilly yang kebingungan sendiri akhirnya memilih menjauh dari mereka. Perkataan Ali tadi cukup membuatnya terguncang, apa maksud Ali mengatakan itu.

"Ga usah dipikirin, gue becanda, gue emang pengen banget punya papa kaya oom Reza, ngarep juga nyokap gue bisa nikah sama papa lo, tapi kayanya ga mungkin, Putri kesayangan dia ga akan setuju punya mama baru" ucap Ali mengeluarkan sebatang rokok dan meletakkannya di mulut, ia tidak jadi menyalakan pemantiknya ketika melihat Prilly menatap tajam ke arahnya.

Ali menaruh rokok tadi kembali ke dalam bungkusnya.
"Kenapa? Lo mau ngaduin gue ke sekolah kaya yang Kemal lakuin? Silakan, gue ga takut"
"Aku ga peduli soal rokok, tapi aku ga suka kamu becanda soal papa aku"
Ali terdiam, ada segurat kekecewaan di raut wajahnya.

"Li, udah nih" montir tadi menyelematkan Prilly. Gadis itu cuma pura-pura berani di hadapan Ali.

"Ayo pulang" ucap Ali tak bersemangat. Prilly mengekor dan akhirnya naik ke motor.

🗼🗼🗼

Prilly merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pikirannya jadi tertuju pada Ali. Sepertinya Ali sangat menyukai papanya. Terlihat sekali ia kecewa saat Prilly mengatakan ketidaksukaannya. Ali sudah kembali ke rumahnya, entah permasalahan apa yang terjadi sampai mereka harus bertengkar hebat.

Aile en Forme Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang