Prilly berjalan menuju jalan raya hendak mencari taxi, setelah Ali meninggalkannya begitu saja, ia terpaksa harus mencari kendaraan umum untuk pulang. Ia tahu Ali sangat kesal padanya, sama seperti dirinya saat ini yang sedang mengutuki keraguan yang membuatnya menghakimi Ali.
Prilly seketika menoleh ke arah kanannya, tersadar ada sosok yang sedang berdiri bersandar pada tembok sebuah bangunan, ia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Tersirat kekesalan yang masih melekat di wajahnya. Prilly berjalan mendekat, perlahan tapi pasti.
"Ali?" Suaranya terdengar ragu.
Yang disebut namanya akhirnya menoleh ke arah Prilly.
"Sorry"
"Maaf"Mereka berdua tanpa sengaja mengucapkan maaf secara bersamaan. Tawa kecil akhirnya pecah di antara keduanya. Ali berjalan mendekat ke arah Prilly.
"Bisa ga, kamu cukup percaya aja sama aku? ga usah dengerin omongan Amira" pinta Ali terus terang.
Prilly menganguk, sampai akhirnya ia bisa melihat senyum di wajah Ali."Ikut aku" ucap Ali menarik tangan Prilly menuju motornya.
Ia memberikan Prilly helm dan mengenakan yang satunya.
"Kita kemana?" Tanya Prilly setelah berada di atas motor Ali.
"Mau jawab pertanyaan kamu" jawab Ali lalu segera melajukan motornya.
Ini bukan arah pulang, Prilly memperhatikan sekitarnya, ada sebuah Tempat Pemakaman Umum, dan motor Ali berjalan masuk ke dalamnya. Tak berapa lama, Ali berhenti di sebuah warung kecil yang menjual bunga di area depan TPU, ia membeli seplastik bunga tabur dan seikat mawar kuning. Setelah selesai, mereka menuju area TPU, sedikit masuk ke dalam hingga akhirnya Ali benar-benar memarkirkan motornya di pinggir jalur antar blok pemakaman.
"Yuk Prill" Ali menyodorkan tangannya untuk menggandeng Prilly, tangan yang lainnya memegang bunga yang tadi ia beli. Prilly menyambut tangan Ali dan berjalan mengikuti langkah Ali.
Ali menghela nafasnya berat saat berhenti di satu pusara, di nisannya tertulis Anya Chaerunissa binti Abram.
Ia perlahan melepaskan genggaman Ali, memberikan Ali waktu untuk berdoa untuk Anya.
"Nya, sorry, gue baru berani kesini lagi" suara Ali bergetar.
"Sorry juga, gue belum bisa mendapatkan keadilan buat lo, tapi gue janji nya, gue bakal balas dendam ke orang yang udah bikin lo kaya gini, gue ga rela dia hidup tenang, gue.. kesepian Nya" suara Ali terhenti, ia menangis. Prilly meletakkan tangannya di pundak Ali.
"Gue kangen banget sama lo, makanya gue ga pernah berani kesini" tangis Ali perlahan terhenti, ia menyeka wajahnya dengan sapu tangan yang diberikan Prilly.
"Tapi gue kesini buat ngenalin lo ke cewe gue Nya, cewe yang bikin gue berani menghadapi kenyataan kalau lo udah ga ada, sini Prill"
Prilly mendekat dan duduk di sebelah Ali.
Ia melirik ke arah Ali ragu, Ali tersenyum dan memberi isyarat untuk Prilly bicara."Hai..Anya, aku Prilly, salam kenal ya, sedih rasanya kita kenalan setelah kamu ga ada, tapi aku yakin kamu orang baik dan sangat berarti buat Ali" Prilly berhenti, ia menoleh ke arah Ali yang tiba-tiba menggenggam tangannya.
"Nya, gue bingung, harus ngeyakinin Prilly kaya gimana lagi, dia masih belum yakin sama gue, emang sih, gue akuin lo sahabat sekaligus cinta pertama gue, tapi kan lo dah nolak gue Nya, udah lama juga gue ngubur perasaan gue ke lo, dan sekarang, perasaan itu buat dia Nya, gue ga salah kan Nya?"
"Li.."
"Masa gue harus pupus lagi sih Nya, kacau banget" Ali mengeluarkan keluh kesahnya. Prilly menatapnya lekat-lekat, ia tahu Ali berkata jujur.
![](https://img.wattpad.com/cover/236850586-288-k385307.jpg)