"Prillyyyyyy"
Sebuah seruan dengan suara melengking terdengar saat Prilly menapakkan kakinya di kelas 3 IPA 2. Seorang gadis berambut pendek menyambutnya dengan gembira sembari membentangkan kedua tangannya.
"Ghemaaaaaa" balasnya tak kalah girang.Bulan Januari, yang menjadi awal dari sebuah tahun baru, juga merupakan awal semester genap kurikulum pendidikan dimulai. Suasana hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang membuat semua siswa terlihat ceria. Seperti yang terjadi di SMA swasta Internasional Saint Peterson yang berada di pusat kota Jakarta.
Sekolah ternama dengan peraturan yang berbeda dari sekolah lainnya ini menjadi salah satu SMA favorit incaran para siswa di Jakarta. Bagaimana tidak, SMA tersebut memiliki seragam yang dinilai paling keren dan trendi, serta tidak ada peraturan yang melarang pria memanjangkan rambut.
Meskipun diberikan kebebasan, standard rata-rata nilai di sekolah ini harus di atas 8,5. Maka dari itu persyaratan masuk ke SMA ini pun cukup sulit.
Tetapi berbeda dengan Ali yang merupakan murid dengan nilai paling rendah di angkatannya. Kalau bukan karena sekolah tersebut milik kakeknya, sudah pasti ia tidak akan diterima masuk di sekolah bonafit tersebut.
"Bro, masuk lo bro? Gue kira lo bolos lagi, hahahaha"
Seorang siswa bernama Boni menepuk akrab pundak Ali yang sedari tadi tertidur di kursinya."Ah bangke banget sih lo, ganggu tidur gue aja" umpat Ali kesal.
"Woooowww, syeremmm" balas Boni berkelakar.
Di sudut lain, Prilly dan Ghema mengamati tingkah mereka sambil geleng-geleng kepala.
"Prill, gue heran ya, kenapa ya si Ali diterima di IPA, kelas unggulan pula, lo liat kelakuannya kaya preman gitu, ganteng sih, tapi kelakuan minus, buat apa?" Bisik Ghema pelan.
Prilly mengangkat kedua pundaknya memberi tanda bahwa ia juga tidak paham.Guruh riuh kelas seketika terhenti saat seorang guru masuk ke kelas mereka.
"OMG, gantengnya Mr. Fredy, gue rela nambah setahun lagi asal dia yang tetep jadi wali kelas kita" celetuk Ghema dengan mata berbinar.
"Sembarangan lo, gue ga mau nambah, gue mau cepet lulus" balas Prilly cepat.
"Kenapa sih Prill, emang ntar lo ga kangen ama gue?"
"Ya kangenlah Ghem, cuma siapa yang mau ngulang setahun lagi di kelas 3 SMA, lo doang" seru Prilly sambil mencubit pipi Ghema.
"Aww" Ghema mengaduh kesakitan.
"Anak-anak, selamat datang kembali di sekolah, tidak terasa kalian sudah berada di akhir tahun ajaran kalian, sudah waktunya kalian fokus belajar sebelum menghadapi rentetan ujian. Jangan ada lagi yang bolos-bolos, main game, nongkrong-nongkrong gak jelas, apalagi...tawuran" Ada penekanan di bagian akhir kalimat yang diucapkan pak Fredy, matanya tertuju ke arah Ali.
Prilly ikut menoleh ke arah Ali yang juga balas menatap pak Fredy. Mereka berdua memang terkenal tak akur karena Ali sering menimbulkan masalah.
🗼🗼🗼
Prilly baru saja turun dari bus jemputan Saint Peterson saat ia melihat Ali di depan gedung apartemennya bersama Amira siswa kelas 3 IPS 1. Prilly memang tahu Ali tinggal di apartemen yang sama dengannya.
Prilly bergegas melewati keduanya hendak masuk ke lobby appartemen. Ia sempat melihat Amira berbisik mesra pada Ali. Sepertinya ia mengenali Prilly. Tentu saja, wajah Prilly hampir setiap bulan terpampang di mading sekolah sebagai siswi teladan berprestasi.
Prilly mengacuhkan mereka karena merekapun tak berniat menyapanya. Meskipun di kelas dan appartemen yang sama Ali dan Prilly tidak pernah saling menyapa satu sama lain. Mereka ibarat kutub yang berbeda, selalu berlawanan arah.