Aku terbangun di dalam ruangan gelap yang hanya diterangi oleh sebuah lentara yang tergnatung pada salah satu pilar kayu. Aroma lembapnya tanah sehabis hujan memenuhi indera penciumanku dan suara serangga malam terdengar berdenging di telingaku. Jantungku mulai berdegup kencang membayangkan di mana aku berada, apakah aku diculik dan disekap di dalam gubuk di tengah hutan atau menjadi tawanan seorang pria gunung yang butuh kehangatan?
Tidak, ini tidak boleh terjadi aku harus segera pergi dari tempat ini!
Gagang pintu bergerak tepat saat aku hendak turun dari ranjang. Dingin menyergapku hingga ke tulang, aku tidak mampu bergerak dan terus terpaku di tempatku sambil menatap ke arah pintu dengan nafas yang berhembus was-was.
Tuhan, mohon selamatkan aku!
Pintu terbuka dan seorang pria dewasa muncul di baliknya. Aku meneguk ludahku dengan kasar, dia terlihat mengerikan, sangat mengerikan. Dia seorang pria dengan tubuh yang tinggi dan besar, dia punya tatapan mata yang dingin dan tajam, rambut ikal yang panjang, dan ada bekas cakaran di sisi kiri wajahnya. Aku tidak bisa berhenti ketakutan walaupun ia tidak melakukan sesuatu yang buruk terhadapku, mungkin belum, astaga jangan sampai itu terjadi!
"Kau sudah bangun" suaranya dalam dan serak, sekilas terdengar seperti geraman seekor singa yang kelaparan. Sekujur tubuhku merinding dan ketakutan.
Mataku terus memandanginya, lebih tepatnya memantau gerak-gerik pria itu. Aku akan menghajarnya jika tubuhnya yang besar dan berotot maju selangkah saja untuk mendatangiku, apa pun akan aku lakukan jika ia berani berbuat senonoh terhadapku.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, ketika pria itu maju aku tidak bisa berbuat apa-apa selain gemetaran di tempatku. Ia melangkah dan semakin dekat sampai akhirnya satu pekikan kecil lolos dari bibirku, "Ja-jangan!"
Spontan langkah pria itu terhenti, "Apa?" tanyanya, tak mengerti.
Dengan susah payah aku kembali berkata, "Ja-jangan mendekat!"
"Nona, tenanglah, aku tidak ingin menyakitimu" ucapnya. Dia berusaha menjadi lebih lembut tapi aku tidak bisa mempercayainya, penjahat mana yang mengaku ketika ingin berbuat jahat? Aku tidak akan terkecoh dengan mudah.
"Aku tidak percaya kepadamu" kataku dengan keberanian yang mulai terkumpul, "Jika kau mendekat aku akan membunuhmu"
Rahangnya mengeras, matanya menggelap dan menatapku semakin tajam, dia kian terlihat mengerikan dan berbahaya, siapa dia dan bagaimana dia dapat menculikku?
"Baik" ucapnya, singkat. Ia bertahan di tempatnya sambil bersedekap.
"Siapa kau?" tanyaku.
"Adam. Adam Knox" jawabnya, acuh.
Aku menatapnya, tepat pada matanya yang terlihat dingin namun tenang. Dalam sekejap aku lupa akan pertanyaanku yang lain dan malah tersesat di dalam netranya yang hitam. Dia memang tidak terlihat mesum, dia lebih terlihat seperti sosok kanibalisme yang mampu menelanku hidup-hidup. Oke, mungkin ketakutan membuat aku berpikir telalu berlebihan.
"Aku datang untuk memeriksa keadaanmu, kau tidak sadarkan diri selama sepuluh hari"
Sepuluh hari? Aku tidak sadarkan diri selama sepuluh hari, bagaimana itu bisa terjadi? Aku menggeleng cepat tidak mempercayai cerita konyolnya karena selain pusing yang menyerang kepalaku, aku sepenuhnya baik-baik saja.
"Tidak, tidak mungkin, kau hanya
mengarang""Nona," dia tampak kesal, "Kau bisa memeriksa sendiri perban di kepalamu, dan juga tulang tanganmu yang patah tidakkah kau menyadarinya?"
Aku tersentak kecil dan langsung menggerakan kedua tanganku, yang benar saja tangan kiriku terasa sangat sakit dan ngilu. Aku bisa melihat bagian tulang sikuku yang bergeser ditutupi oleh daun dan minyak. Sementara tangan kananku yang baik-baik saja bergerak untuk mengecek perban yang kata pria itu ada di kepalaku. Yup, benda itu ada di sana dan mengeliling kepalaku dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Touched Of Tarzan (Completed)
RomanceAva menemukan dirinya terbangun di dalam sebuah rumah di tengah hutan dengan sebagian dari ingatannya yang menghilang. Adam Knox, pria asing yang menyelamatkannya dari kecelakaan maut berjanji kepada Ava bahwa ia akan segera menemukan keluarga Ava b...