Sungguh aku tidak peduli jika aku akan tersesat di dalam hutan yang lebat ini. Yang aku inginkan hanyalah menjauh dari pria bajingan bernama Adam Knox. Berada di dekatnya hanya akan menghancurkan hatiku, aku tahu ini bodoh tapi akan semakin bodoh lagi jika aku terus menyangkalnya.
Aku mencintai Adam.
Namun perasaanku tidak lagi penting, Adam sudah memiliki Avaline untuk ia cintai. Bahkan aku dapat merasakan betapa besarnya cinta Adam untuk Avaline sampai-sampai ia melihat aku, Avarose yang malang, sebagai wanitanya. Aku yakin ia mengingat Ava-nya saat mencumbu mesra bibirku beberapa menit yang lalu.
Lelah belari aku mulai berjalan pelan mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Kulewati semak-semak rerumputan yang lumayan tinggi, berharap aku dapat menemukan dahan kayu besar yang jatuh sebagai tempat untuk duduk. Namun sialan, yang kutemukan lebih dari sekedar dahan kayu yang besar aku menemukan sebuah surga kecil di sini, danau dengan air yang jernih dan juga pohon rindang yang menjorok ke arahnya.
Mataku menatap takjub pemandangan yang berhasil kutemukan. Setelah memastikan bahwa keadaan di sini aman, aku duduk di bawah pohon yang rindang sambil memandangi air danau yang tenang. Senyum kecil terlukis di bibirku, jika saja bisa aku lebih memilih tinggal di danau ini daripada harus kembali ke rumah Adam Knox. Tempat yang mulanya tenang itu kini berubah menjadi tumpukan kayu untuk upacara kremasi hatiku yang telah hancur tak berbentuk.
Masih teringat olehku semua kalimat yang Adam ucapkan kemarin malam. Ya, dia memang dalam keadaan yang mabuk berat dan aku tidak bisa memegang ucapannya tapi apa yang ia katakan kemarin terdengar sangat tulus seolah-olah itu berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Aku membayangkan betapa beruntungnya gadis bernama Avaline karena sudah mendapatkan pria seperti Adam Knox yang sangat mencintainya. Pria itu mandiri, bertanggung jawab, pemberani, tampan, dan baik di samping sikap bajingannya yang melihatku sebagai wanita lain.
Rambutku, kulitku, dan suaraku, aku benci mengetahui Adam menyamakan diriku dengan wanita itu, wanita yang bahkan belum pernah kutemui sama sekali.
Suara derap langkah sayup-sayup terdengar. Tubuhku menegang tapi aku masih memandang lurus ke arah air danau yang jernih. Melalui pantulan air aku dapat melihat Adam datang menghampiriku dari arah belakang.
"Ayo pulang" ucapnya, tanpa nada memerintah seperti biasanya.
"Tidak" kataku.
"Maafkan aku Ms Tanner, aku menyesal telah memperlakukanmu dengan sangat buruk, kumohon pulanglah bersamaku dan biarkan aku menebus kesalahan ini" bujuknya. Aku terdiam, ini kali pertamanya Adam berbicara lembut kepadaku, tidak memaksa apalagi membentak. Tapi apa yang bisa ia perbaiki? Hatiku yang telah hancur? Itu mustahil.
Aku menoleh menatap pria yang berdiri menjulang tinggi di belakang punggungku, "Hubungi Sarah, aku akan tinggal bersamanya sampai aku bertemu dengan keluargaku"
Kedua alis Adam terangkat naik. Air mukanya berubah menjadi sedih dan kedua bola matanya dengan sendu menatap ke dalam mataku, "Aku tidak akan mengirimmu kepada Sarah"
"Mengapa? Bukankah itu yang kau inginkan, Mr Knox?" cibirku.
"Tadinya, ya" dia mendesah pelan, "Namun sekarang tidak"
Aku bangkit dari akar pohon yang kududuki lalu berdiri di hadapan Adam yang berpikir kalau aku telah bersedia untuk pulang bersamanya.
"Memperlakukan orang lain seperti sampah, apa itu adalah kebiasaan burukmu?" rahangnya mengeras tapi ia bergeming di tempatnya dan tidak membalas kata-kataku. Aku melangkah semakin dekat kepadanya lalu kembali berkata, "Aku sudah muak Adam, yang kuinginkan saat ini hanyalah kembali ke rumahku, kembali menjalani hidup yang seharusnya kujalani sekarang"
Adam menghembuskan nafas pelan kemudian berjalan menjauhiku dan mendekat ke arah danau. Ia berdiri di pinggir danau sambil melihat ke atas tebing tinggi dan terjal yang berada tak jauh di seberang danau yang jernih ini.
"Di danau ini aku menemukanmu" ucapnya.
Apa?
Aku tersentak lalu menatap ke sekelilingku.
"Mobilmu jatuh dari atas jurang yang terjal itu lalu menabrak pohon yang baru saja kau duduki" lanjutnya. Aku meneguk ludahku dengan kasar dan mulai gemetar ketakutan, aku memang tidak mengingat apa-apa tentang kejadian itu tapi tubuhku seolah-olah dapat merasakannya.
Adam berbalik dan menatapku dari tempatnya, "Aku melihatmu melalui kaca mobil yang telah hancur. Kau pucat dan berdarah, dan ketika aku berusaha mengeluarkanmu dari dalam mobilmu yang nyaris meledak kau tersadar lalu menggumamkan sesuatu,"
Aku berusaha berdiri dengan kedua lututku yang gemetar sambil menunggu Adam melanjutkan kalimatnya.
"Selamatkan aku...."
Aku sama sekali tidak mengingat bagian itu.
Adam melangkah menghampiriku, kedua tangannya ia keluarkan dari dalam saku lalu tangan itu terulur untuk menggenggam tanganku, "Saat itu aku berjanji kepada diriku sendiri Ms Tanner, aku berjanji akan menyelamatkanmu dan melindungimu tanpa memikirkan resikonya"
Kebohongan tidak kutemukan di balik kedua bola mata Adam yang sendu. Sempat terlintas di kepalaku kalau ia baru saja mengarang cerita manis agar aku mau kembali ke rumahnya, tapi tidak, semua kata-kata yang terucap dari bibirnya terdengar begitu tulus.
"Pulanglah bersamaku Ava, biarkan aku menjagamu sampai kau bertemu dengan keluargamu" ucapnya.
Aku mengerjap beberapa kali mendengar Adam yang baru saja memanggilku dengan nama depanku. Aku pernah mendengar dia memanggilku dengan nama itu pada dua kali kesempatan, tapi yang kudengar sekarang adalah yang terindah.
"A-aku...."
"Apa yang membuatmu ragu? Aku terima jika kau masih belum bisa memaafkanku tapi tinggal lah di rumahku, hanya itu satu-satunya yang kuminta darimu"
Aku tenggelam oleh kalimatnya yang manis dan nada bicaranya yang lembut. Tapi secepat aku terlena secepat itu pula aku tersadar kalau aku tidak bisa kembali ke rumahnya, tidak setelah aku mengetahui bahwa Adam Knox melihatku sebagai orang lain selama ini, sebagai gadis yang ia cintai, Avaline.
"Aku tidak bisa" kataku sambil menarik tanganku dari genggaman Adam.
"Mengapa?" tanyanya.
Aku menggeleng pelan lalu mundur beberapa langkah dan menjauh dari Adam. Pria itu menjadi kebingungan melihat sikapku yang mendadak berubah, ia hendak menghampiriku namun aku mencegahnya melalui tatapanku.
"Ms Tanner....." panggilnya, lirih.
"Aku punya perasaan untukmu Adam, aku tahu kau terkejut mendengarnya tapi itulah yang terjadi, perasaan ini tumbuh sangat cepat secepat kau mematahkannya"
"Ava...." dia tampak terkejut dan kehabisan kata-kata.
"Avaline. Aku bukan gadis itu Adam, lebih baik aku pergi saja sebelum perasaan ini menyakitiku semakin jauh" kataku.
Sosok Adam yang kukenal kembali setelah mendengar nama itu. Avaline. Ia menjadi dingin, arogan, dan kaku dalam sekejap. Air muka yang mulanya melembut menjadi sangat mengerikan dengan rahang yang mengeras dan urat pelipis yang menonjol. Sorot matanya yang sayu berubah menjadi tajam dan menusukku hingga ke tulang.
Aku tidak peduli jika apa yang baru saja kukatakan telah mengubah Adam menjadi seperti ini. Aku tidak peduli jika dengan menyinggung nama Avaline, Adam Knox kembali menjadi sangat mengerikan. Aku pernah menghadapi kematian dan aku tidak keberatan jika akan menghadapinya satu kali lagi di tangan seorang pria yang telah menyelamatkan nyawaku.
"Aku akan menghubungi Sarah" ucapnya dengan suara yang datar, "Pulang dan kemasi barang-barangmu"
Dan seperti inilah kisah kami berakhir, yeah kisah ini bahkan belum dimulai tapi entah bagaimana semuanya telah selesai.
— TBC —
Mas Adam jahadd😭😭😭
Vote+comment for next!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Touched Of Tarzan (Completed)
RomanceAva menemukan dirinya terbangun di dalam sebuah rumah di tengah hutan dengan sebagian dari ingatannya yang menghilang. Adam Knox, pria asing yang menyelamatkannya dari kecelakaan maut berjanji kepada Ava bahwa ia akan segera menemukan keluarga Ava b...