Malam tiba dan aku tidak bisa menghindari Adam Knox lebih lama lagi. Pria itu datang ke kamarku untuk menawarkan makan malam, aku yang merasa sungkan akhirnya keluar dari persembunyianku dan menikmati makan malam di meja yang sama dengan Adam.
Aku merasa canggung sementara Adam tampak biasa saja, dia makan dengan tenang dan sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiranku di sini. Setelah makan malam selesai aku kembali ke kamar untuk tidur, tapi sulit bagiku memejamkan mata sebab Adam Knox dan tubuhnya atasnya yang telanjang terus memenuhi kepalaku. Astaga, jika begini bagaimana ingatanku bisa segera pulih?
Suara pintu yang diketuk dari luar membuat aku terkesiap. Jantungku berdebar kencang menebak orang yang berdiri di balik pintu itu, yeah siapa lagi kalau bukan si pemilik rumah, Adam Knox.
"Hei" panggilnya dari luar. Hei? Demi Tuhan aku punya nama.
"Masuk" kataku.
Pintu terbuka dan Adam masuk ke dalam kamar dengan sebuah kardus di tangannya, "Aku membawakan pakaian untukmu" ucapnya.
Oh.
Aku turun dari ranjang lalu menghampiri Adam. Ia meletakkan kardus berisi pakaian yang ia bawa di samping kaki ranjang kemudian berdiri di hadapanku dan berkata, "Ibuku memberikan beberapa potong pakaiannya yang tidak muat lagi dan Sarah membeli dua potong gaun untukmu"
Ah Sarah, selain cantik ia juga sangat baik. Mendadak aku memikirkan apa hubungannya dengan Adam Knox? Mereka terlihat sangat dekat, aku yakin Sarah bukan hanya sekedar 'kenalan' Adam atau dokter yang merawatku.
"Baiklah, maaf sudah mengganggumu kau bisa kembali tidur, selamat malam"
Aku mengangguk, "Terima kasih" kataku.
Adam segera berbalik dan berjalan menuju ke arah pintu keluar, tepat ketika tangannya menyentuh gagang pintu aku memanggilnya, "Mr Knox" ia menoleh namun tidak mengatakan apa-apa, aku pun bertanya, "Di mana kau akan tidur?"
Adam menghembuskan nafas pelan kemudian berkata, "Di kamar yang lain"
Oh syukurlah rumah ini punya kamar yang lain. Aku pikir Adam hanya memiliki satu kamar di rumahnya karena saat ini aku menempati kamarnya. Yeah ini agak aneh, jika dia memiliki kamar yang lain lalu mengapa menempatkan aku di kamar pribadinya? Aku merasa sungkan berada di sini.
"Baik, selamat malam" kataku.
Adam keluar dari kamar tanpa mengatakan apa pun. Setelah dia pergi aku mendudukan diriku di atas ranjang sambil menarik nafas dalam. Astaga, apa yang terjadi? Aku menjadi sangat gugup berhadapan dengan Adam Knox, tidak salah lagi ini pasti karena pikiran kotorku.
Di tengah malam aku terbangun karena desakan ingin buang air kecil yang tidak mampu kutahan hingga pagi. Aku melangkah keluar dari kamar dan menuju ke kamar mandi meskipun merasa ngeri. Rumah Adam Knox hanya punya satu kamar mandi dan kamar mandi itu berada di dekat dapur. Kabar buruk yang sudah kalian ketahui, rumah ini hanya diterangi oleh cahaya lentera yang tidak seberapa sehingga setiap sudut yang kulalui terlihat sangat menyeramkan.
Aku menghembuskan nafas lega karena pada akhirnya aku berhasil sampai di kamar mandi dan membuang air kecil di sana. Setelah selesai aku harus berjalan menuju ke kamarku dan kembali melewati lorong gelap yang menyeramkan di rumah ini. Saat aku melewati ruang tengah di balik cahaya yang remang aku melihat seseorang sedang berbaring di atas sofa. Dengan ragu aku mendekat sampai sosoknya terlihat jelas di mataku, dia adalah Adam Knox. Aku pikir dia tidur di 'kamar yang lain'.
Adam terlelap pulas di atas sofa tanpa selimut. Sesekali tangannya bergerak untuk menepuk nyamuk yang hinggap di tubuhnya tapi ia masih betah di dalam tidurnya. Sesuatu di dalam diriku merasa iba, Adam harus mengalami ini karena diriku, semestinya akulah yang tidur di sofa.
Aku pergi ke kamarku untuk mengambil selimut agar serangga pengganggu itu berhenti menghisap darah Adam. Adam meringkuk setelah aku menyelimutinya dan dia terlihat lebih tenang di dalam tidurnya. Dengan hati-hati aku berjongkok di sisi Adam lalu memandangi wajahnya yang damai dalam jarak yang sangat dekat. Meskipun cahaya di sini tidak terlalu terang tapi aku masih bisa melihat bekas cakaran di wajahnya dengan jelas, yeah itu cakaran binatang buas, bagaimana Adam bisa mendapatkannya?
Tanganku terulur untuk menyingkirkan helaian hitam di wajah Adam yang mengganggu pemandanganku. Tanpa sengaja buku-buku jemariku menyentuh permukaan pipinya yang berbulu, dia terasa hangat dan tanpa bisa kucegah jantungku mulai berdetak dengan tidak karuan.
Oh astaga, aku harus segera kembali ke kamarku!
***
"Keadaanmu semakin membaik, aku senang kau menuruti keinginanku untuk tidak memaksa dirimu mengingat semuanya" ucap Sarah sambil tersenyum manis.
Aku mengambil duduk di atas ranjang kemudian menelan tiga pil yang Sarah berikan kepadaku.
"Aku ingin ingatanku segera pulih" ucapku.
Sarah tersenyum kecil dan aku bisa melihat keprihatinan tergambar jelas di balik kedua bola matanya, "Aku harap ingatanmu akan segera pulih, Ava" ucapnya dengan tulus.
Aku mendesah pelan, rasanya lelah berharap tapi aku tidak boleh menyerah.
"Baiklah, aku harus kembali ke rumah sakit pekerjaan di sana menungguku"
Aku turun dari ranjang bertepatan dengan Sarah yang bangkit dari duduknya. Aku mengantar ia hingga ke halaman depan dan di halaman kami bertemu dengan Adam.
"Sudah selesai?" tanya Adam kepada Sarah.
Sarah menghampirinya lalu berkata, "Ya, kondisi Ava mulai membaik, tangannya akan sembuh dalam beberapa hari lagi"
Adam melirikku, "Kabar bagus" ucapnya datar. Ia kembali menatap Sarah, "Kau tidak ingin tinggal untuk makan siang?" tawarnya.
Sarah tersenyum ramah, kehangatan untuk Adam dapat kulihat di matanya. Aku mengalihkan wajahku dan mendadak panas menyelimuti dadaku.
"Maaf, mungkin lain waktu aku harus segera ke rumah sakit" tolak Sarah dengan sopan.
Adam mengangguk mengerti, "Oke"
Sarah berjalan menuju ke mobilnya dan mendadak aku teringat akan sesuatu, "Sarah!" aku berteriak memanggilnya.
Wanita itu berhenti melangkah lalu menoleh, "Ya, Ava?"
"Terima kasih pakaiannya" ucapku. Aku ingat ia membelikan pakaian baru untukku, dua gaun yang sangat manis dan pas di tubuhku.
Dahi Sarah berkerut dalam, ia menatapku bingung, "Aku tidak memberikanmu pakaian apa pun"
Uh?
"Tapi Adam bilang—"
"Saatnya untuk pergi Sarah, pasienmu membutuhkanmu di sana" sela Adam.
Sarah menyeringai geli sambil menggeleng-geleng pelan kepada Adam lalu ia masuk ke dalam mobilnya tanpa memberikan aku jawaban. Aku berdiri di sisi Adam Knox sembari memandangi mobil Sarah yang semakin menjauh, apakah Sarah lupa telah membeli dua gaun yang manis untukku? Tidak mungkin.
Pria di sisiku hendak berbalik dan kembali melanjutkan kemesraannya dengan kayu-kayunya tapi sebelum ia benar-benar menjauh aku bertanya, "Jika bukan Sarah lalu siapa yang membelikan gaun-gaun itu untukku?"
Tanpa menjawab pertanyaanku Adam terus berjalan menuju ke halaman belakang. Bagus dia baru saja mengabaikanku, beruntung aku sudah terbiasa dengan sikap dinginnya.
Namun benakku masih bertanya-tanya, siapa orang yang telah berbaik hati membelikan dua potong gaun baru untukku? Tidak ada yang penting, aku hanya ingin berterima kasih kepadanya karena aku sangat menyukai gaun yang ia berikan untukku.
— TBC —
Vote+comment for next!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Touched Of Tarzan (Completed)
RomanceAva menemukan dirinya terbangun di dalam sebuah rumah di tengah hutan dengan sebagian dari ingatannya yang menghilang. Adam Knox, pria asing yang menyelamatkannya dari kecelakaan maut berjanji kepada Ava bahwa ia akan segera menemukan keluarga Ava b...