Chapter three: Markas Alster Wolf.

1.5K 169 27
                                    


Don't forget to vote okeyy!


✿✿✿


Semua anggota Alster Wolf sudah duduk melingkari meja bundar diruangan itu. Sebagai ketua nathan yang selalu memimpin rapat. Ruang ini sangat hening, karna belum ada yang berbicara sebelum nathan memulainya. Mereka sangat berbeda saat berada diluar maupun di markas, disini hanya ada wajah keseriusan dan juga bersenang-senang saat misi berhasil. "Misi kita lusa adalah menyingkirkan ceo dari perusahaan Lantang company. Mereka sudah transfer uangnya ke kita, dan udah gue masukin ke rekening kalian." Nathan memulai pembicaraan dan mereka mengangguk.

Nathan menatap para anggotanya. "Kalian sudah tau kan posisi perusahaannya?" Mereka kompak menjawab.

"Kita bakal ngejalaninnya dijam biasa kita lakukan dan kita belum tau dia lembur atau ga. Maya, Justin kalian jaga sekitar gedung. Kasih tau kita kalau dia pergi atau masih disana, paham?" Mereka mengangguk.

"Juno sama vicky ngalangin penjaga yang ada disana, kalau perlu bawa yang lain. Dan saat kalian ngalangin mereka, gue bakal masuk keruangannya."

Juno melipat tangannya, hingga otot-otot nya terlihat. "Ga sabar banget nih tangan ngehajar orang"

"Jev, lo masuk ke gedung depan. Jaga-jaga kalau situasi terkini terbalik, arahin tepat dijantung." Jevan mengangguk paham. "Gue sama Riki gak ikut kan?" Tanya chael tiba-tiba.

Nathan menatap datar chael. "Gue belum selesai cha" Chael hanya cengengesan mendengar perkataan nathan. "Riki sama chael kalian hapus semua rekaman cctv, juga sekitar jalanan gedung" Jelas nathan.

"Okie dokie"

"Oke, segitu dulu. Lo semua ada tambahan?" Tanya nathan menatap sekeliling, mereka menggeleng. "Chael, maya pulang sama siapa?"

"Chael sama gue than, gak ada kegiatan" Jawab Riki. Nathan hanya mengangguk. Sedangkan maya hanya mengangkat bahunya, soalnya motornya masih di bengkel. "Ayo sama gue" ajak nathan.

"Thank youu broo" Maya segera mengambil tasnya, lalu berjalan menuju mobil nathan.


✿✿✿

Jumat.
06.35 wib.

Sudah sedari tadi jerva menggedor gedor pintu kamar ellen, tapi sang empu belum juga bangun. "Ellen wake up!" tidak ada balasan.

"Kalau lo ngga bangun dalam hitungan tiga, uang jajan lo bakal gue potong!" Setelah mengatakan itu, terdengar barang jatuh pertanda kalau ellen sudah bangun. "Mandi cepet, sarapan dibawah" Ucap jerva sebelum pergi.

Sudah siapa dengan semuanya, ellen berjalan menuruni tangga. "Lo susah banget dibangunin, diancem dulu baru bangun" ucap jerva. "Sorry brother"

Ellen duduk dimeja makan, sarapan dengan tenang. Setelah selesai ellen bergegas, tak lupa berpamitan dengan anne dan jerva.

Sepuluh menit perjalanan ellen sudah sampai disekolahnya, Santara Jaya Highschool Senior. "Hai ellen" Ellen terkejut saat seseorang merangkulnya, "Kalian bikin kaget, kirain tadi siapa" Chael dan maya hanya senyum.

Mereka berjalan menuju kelas, diiringi candaan yang mereka buat. Tapi candaan itu terhenti saat mereka akan masuk kelas, mereka melihat gengnya katee berdiri disana. "Mau ngapain lagi lo?" Tanya maya to the point. "Urusan gue sama dia belum selesai" balas katee.

Ellen menatap jengah katee. "Mau lo apa?" Katee tersenyum, "Gue mau lo jauhin nathan, karna dia pacar gue" Mereka melenggang pergi saat maya akan membalas ucapan katee. Chael menoel tangan maya, saat melihat ellen yang diam. Mereka masuk kekelas dengan ellen yang masih diam, sebenarnya ellen tak mengerti kenapa ia menjadi sedih. Apa ia mulai menyukai nathan? Ah gak mungkin bantahnya dalam hati. Ellen langsung tersadar saat buk karin masuk, dan memulai pelajaran.

Istirahat.
10.45

Sedari tadi ellen hanya mangaduk makanannya, bahkan ia tak sadar kalau anggota craxion sudah datang. Anggota craxion tersadar kalau ellen hanya diam, begitu pun nathan. Ia mengangkat alisnya pada chael bermaksud, ada apa dengan Ellen. Chael membawa nathan menatap sedikit menjauh dari meja mereka. "Pagi tadi saat masuk kelas, gengnya katee ngalangin kita. Dia minta ellen buat jauhin lo, dan dia bilang kalau lo itu pacarnya. Sejak itu ellen diam terus." Nathan mengangguk mendengar penjelasan chael, mereka kembali duduk. Nathan duduk tepat disamping Ellen, dengan menumpukan wajahnya manatap Ellen. Bisikan seisi kantin mulai terdengar, ellen bahkan masih belum sadar.

"I don't have a girlfriend, babe." Ucap nathan tiba-tiba membuat seisi kantin terkejut. Apalagi anggotanya yang semeja dengannya, bahkan vicky sampai tersedak es batu. "H-hah?" Ellen ngeblank, apalagi nathan mengatakan dengan posisi seperti ini, ellen takut salah paham. "Kenapa ngomongnya ke aku?" Entah kenapa ellen kalau sama nathan reflek aku-kamu.

Nathan tersenyum. "Ga mau calon pacar salah paham" Ellen melotot mendengar apa perkataan nathan. "Apasih, nanti katee marah!" Nathan tertawa, semuanya terkejut lagi melihat nathan ketawa. "Dia yang sama kita 16 tahun aja gak pernah ketawa, ini ellen yang bertemu dua hari aja udah bikin nathan ketawa. Mantaplah si ellen." Bisik justin ke para sahabatnya.

"Cute. Besok kalau ada orang ngasih kamu permen jangan diterima ya?" Canda nathan membuat ellen marah. "Kamu ni apasih!" satu meja langsung tertawa mendengar ucapan Ellen, bagaimana tidak? bahasa Indonesia tapi logat british.

Ellen menatap mereka heran. "Kenapa? bahasa aku aneh ya? sorry,
aku masih susah ngomongnya" tawa mereka terhenti, ditambah dengan nathan yang manatap mereka tajam. "No need to say sorry, babe" wajah nathan berubah seketika, mereka menghela nafas lega.

"Kamu kok panggil aku babe terus sih?" tanya Ellen. "Cause you're my baby" Ellen semakin marah mendengar ucapan nathan. Bahkan anggotanya syok kalau nathan bisa buaya juga. "Gak nyambung! Dah ah, aku mau ke kelas" Ellen langsung pergi meninggalkan mereka, melupakan mie ayamnya. Maya dan chael juga ikut menyusul Ellen.


✿✿✿


Sabtu.

15.09 wib

Setelah pulang sekolah. Alster Wolf langsung ke markas mereka, menyiapkan peralatan untuk malam nanti. Mereka semua begitu fokus dengan urusan masing-masing, agar tidak ada kesalahan saat melakukan misi. "Than, peluru gue habis" lapor jevan. "Dalam perjalanan" jawab nathan.

"Makanya jev, jangan nembakin hewan disini mulu. Habiskan jadinya" Juno nimbrung, jevan hanya abaikan ucapan Juno. Memang markas mereka dihutan, makanya jevan suka menembak binatang yang lewat didepan markas mereka. Binatang yang jevan tembak akan dimasak, dan dimakannya sendirian. Nathan memang sengaja memilih markas dihutan agar mereka fokus, biar tidak ada suara kendaraan yang lewat. Satu lagi karna udaranya yang segar, membuat otak mereka segar setelah melakukan misi.

"Kalau udah selesai, kalian boleh pulang atau tetap disini. Tapi, jam 12 sudah disini" mendengarkan ucapan nathan, mereka memilih menetap disini.

Mereka bersantai-santai, menunggu jam misinya. Ada yang memilih tidur, bermain, dan makan biar ga lapar saat misi kata Riki.

--
Cont.
1000+ words.

I LIKE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang