Chapter four: Mission.

1.3K 156 12
                                    


Don't forget to vote okeyy

tw!: kekerasan, darah.


✿✿✿

Sabtu, 12.00 wib.

Tengah malam ini semua anggota Alster Wolf sudah berkumpul dimarkas mereka. Mereka memakai pakaian serba hitam, tak lupa earphone ditelinga mereka, juga memakai masker yang bergambarkan tengkorak. Sungguh, mereka seperti pemain drama Korea, apalagi Jevan dengan senapan panjangnya. Visual mereka tidak ada yang mengecewakan yang merupakan turunan dari orang tua mereka. Maya dan justin sudah pergi empat jam sebelumnya, untuk mengintai target.

"Sudah siap semuanya?" tanya nathan, mereka mengangguk. Nathan jalan lebih dulu, diikuti yang lainnya. Setelah semuanya masuk, dua mobil jeep itu menjalankan mesinnya ditengah gelapnya malam. Yang mana semua orang sudah berada dialam mimpi, sedangkan mereka mengantarkan seseorang ke tanah.

Nathan menekan tombol yang ada pada earphone nya, menghubungi maya dan justin. Semua perkataan nathan bisa didengarkan semuanya, jadi mereka bisa mendengar instruksi nathan. "Gimana may?"

"Sejauh ini kita pantau, dia belum ada keluar sih"

"Lantai paling atas masih terang than, kemungkinan lembur sih dia" justin ikut nimbrung. "Oke, tetap awasin terus"

"Sip. btw, than lo udah jalan?" tanya maya. "Udah, kenapa?"

"Ngantuk gue"

"aelah maya, kebiasaan" Cibir chael.

Sepuluh menit berlalu. Kini mereka sudah sampai di tujuan, mereka langsung menyebar ke posisi mereka.
Nathan, juno, dan vicky berjalan memasuki gedung didepannya. Lalu terdengar suara dari earphone mereka.

"Gue sama riki udah diposisi" lapor chael, diikuti yang lainnya.

"Gue udah digedung depan"

"Gue sama justin masih didepan"

Setelah itu tidak terdengar lagi suara dari benda itu. Mereka sudah sampai dilantai paling atas, tempat target mereka berada. Dilantai ini tidak begitu banyak penjaga, hanya didepan ruangannya saja. Nathan menangguk, tanda memulai nya.

"Kalian siapa?" tanya salah satu penjaga. Tanpa menunggu juno langsung memukul penjagan tersebut, membuat penjaga lainnya marah. Mereka semua mengerubungi vicky dan juno, melihat itu nathan berjalan menuju pintu. Apakah nathan cemas? tentu tidak. Bagi mereka itu hal yang mudah. Saat akan membuka pintu, salah satu penjaga mengapit leher nathan. Dalam satu tinjuan dia sudah jatuh tersungkur. Sebelum masuk, nathan menendang wajah penjaga tersebut hingga hidungnya mengeluarkan darah.

Nathan sudah masuk diruangannya. "Sebentar lagi pekerjaan saya selesai, kamu tunggu saja dimobil" ucap lantang tanpa melihat siapa yang berada di ruangannya. "Baik tuan" balas nathan, dengan sedikit ledekan.
Merasa aneh dengan suara supirnya, lantang menegakkan kepalanya.

"Hai tuan lantang" sapa nathan, pria yang berusia 49 tahun itu terkejut melihat nathan. " Siapa kamu? berani-beraninya masuk ke ruangan saya!"

Nathan tertawa, tapi setelah itu ekspresi berubah dengan cepat. "Malaikat pencabut nyawa lo"

Gantian sekarang lantang yang tertawa. "Kamu pikir saya percaya? dasar anak muda tak tahu diri. Penjaga! penjaga! penjaga!" tak ada satu seorang pun yang menjawab panggilan nathan. "Penjaga lo udah mati, sekarang giliran lo." Nathan mengeluarkan dessert eagle nya, dan mengarahkan nya tepat dijantung lantang.

I LIKE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang