Chapter six: Save me.

1.4K 168 32
                                    

Tw!: violence, blood, abuse

don't forget to vote okeyy


✿✿✿


"Sendiri aja nih cantik?" ellen seketika berhenti. "Kalian siapa?" ellen menatap tiga cowok hadapannya, mereka berdiri tepat di tangga ellen akan turun.

"Cantik juga lo" ucap pria berambut blonde. "Kalau gak ada keperluan, kalian bisa minggir?" mereka saling tatap.

"Main dululah sama kita, ya ngga?" pria paling pendek berucap, ia menatap kedua temannya. Ia mengode kedua temannya untuk memegang ellen. "Kalian ngapain?! lepasin!" ellen berusaha membrontak, tapi ia kalah telak dengan tenaganya yang kecil. Ia menangis, berusaha berteriak, tetapi nihil sekolah sudah sepi. Sang ketua, pria pendek tadi mulai membuka almamater yang dipakai ellen, dan membuangnya sembarang. Ellen menangis, tetap berusaha melepaskan pegangan kedua cowok itu.

Jaiden cowok pendek tadi, ia mulai membuka dasi ellen. Setelah itu ia membuka kancing kemeja ellen, namun untung saja baru terbuka dua. Ellen menendang dengan keras kemaluan jaiden hingga ia memekik keras, membuat kedua temannya melepaskan pegangannya pada ellen dan pergi membantu jaiden yang kesakitan. Kesempatan itu dipakai ellen untuk kabur menuju basecamp craxion. "Lo berdua kejar dia!" perintah jaiden marah.

Ellen berlari sekencang mungkin, ia menoleh dan melihat dua orang yang mengejarnya. Namun saat ellen berada dekat dengan basecamp craxion, mereka berhenti dan berbalik. Air mata ellen masih belum berhenti keluar, ia takut. Ellen mengetuk cepat pintu basecamp itu.

Craxion, chanel dan maya. Mereka semua hanya duduk di basecamp, mereka bermain atau menonton film.
"Ah elah siapa sih ngetik pintu kenceng banget?" riki merengut, karena itu berisik. "Iya anjir, cha bukain gih" ucap maya menyuruh chael, untung chael nurut.

Chael berjalan menuju pintu dan membukanya. "iya kenap- ASTAGA ELLEN!" chael terkejut melihat kondisi ellen. Mendengar teriakan chael, semuanya berlari menuju pintu. Chael segera melepaskan cardigannya dan memakaikan ke ellen. Ellen menangis, membuat mereka semua panik. Mereka membawa Ellen duduk disofa, nathan langsung duduk berlutut dikaki ellen.

"A-aku.. ta-takut.." nathan langsung memeluk erat ellen, sambil membisikkan kata penenang. "Len minum dulu" maya datang dengan segelas air. Gelas itu kosong dengan cepat, ellen sedikit lebih tenang. "Sekarang cerita, kamu kenapa bisa gini?" Nathan berusaha berucap selembut mungkin.

"A-aku mau turun t-tangga, mereka m-megangin aku t-terus.." tak sanggup melanjutkan ucapannya ellen kembali menangis dipelukan chael. "Ellen, coba kasih tau kita ciri-ciri mereka" ujar jevan.

"Mereka bertiga, ada yang rambut blonde, pendek satunya g-gak tau.." Mendengar penjelasan ellen, nathan langsung pergi. "Jun, vic kejar nathan! " suruh justin. Nathan kalau sedang marah itu berbahaya, ia tak memperhatikan siapapun itu.

Suara tangisan ellen mulai berkurang, masih dipelukan chael. Maya mengelus rambut ellen yang sedikit berantakan, dan menghapus air mata ellen dengan jarinya. Keheningan mereka dikejutkan dengan nathan yang datang, dengan mukul dinding dengan keras untuk melampiaskan kemarahannya. "Nathan..." panggilan ellen membuat nathan berbalik, nathan menghilang nafasnya sebelum berjalan kearah ellen. Maya dan chael pergi berkumpul dengan yang lainnya disisi ruang lain, membiarkan nathan dan ellen berdua.

Nathan memeluk erat ellen, menghilangkan segala kemarahannya. "Nathan tangan kamu luka, ayo obatin" nathan terkekeh, dalam kondisi ini ellen masih mengkhawatirkan dirinya.

"Iya nanti aku obatin"

"Sekarang nathan, nanti infeksi. Disini ada kotak obat ga? biar aku obatin" nathan mengangguk, lalu berdiri mengambilnya dan memberikan kepada ellen. Nathan menatap wajah serius ellen yang sedang mengobati tangannya, itu sangat lucu. Kini luka nathan sudah diperban, "Makasih sayang" biasanya ellen akan marah jika nathan memanggilnya dengan itu, tetapi sekarang tidak.

I LIKE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang