Chapter sixteen: New problem.

634 63 4
                                    

✿✿✿

Hari ini mereka semua akan pergi dari Bali. Semuanya sudah siap, hanya tinggal menunggu jemputan untuk ke bandara. Bagi Ellen ini liburan yang menyedihkan diisi dengan air mata.

Setelah kejadian semalam, Ellen sedikit pendiam, hanya sedikit. Ia masih tak menyangka apa yang terjadi, ia percaya Nathan. Namun foto dari orang misterius itu membuatnya berpikir kembali.

"Gak ada yang tinggal kan?"

"Gak ada kok" jawab Ellen kepada Chael.

Jemputan mereka sudah datang dan siap menuju bandara. Suasananya begitu baik, dalam perjalanan diisi oleh candaan Juno dan Justin, juga cekcokan antara Vicky dan Riki tentang ayam sama telur duluan yang mana.

Setelah memasuki pesawat, mereka tidak bisa heboh lagi dan memilih tidur untuk sampai di Jakarta.

Dalam waktu satu jam lima puluh menit mereka sudah tiba di Jakarta. Tak ada kegiatan setelahnya, mereka dijemput masing-masing kecuali Nathan yang mengantarkan Ellen sampai rumahnya.

"Jangan lupa istirahat, telpon kalau ada apa-apa" ujar Nathan mengusap kepala Ellen lembut.

"Iyaaaa, kamu juga jangan lupa ngabarin kalau udah sampe rumah, okey?"

"Siap nyonya Baswara!"

Ellen tertawa kecil, mendengar jawaban antusias Nathan. "Kalau gitu aku pergi dulu"

Ellen mengangguk, melambaikan tangannya kepada Nathan sebelum ia melajukan mobilnya.

"Mang Aji! bantuin angkat barang dong"

"Iya neng, sebentar!"

Tak lama mang Aji datang, ia satpam yang berjaga dirumahnya. Semua barang Ellen sudah berada ditangan mang Aji, ia hendak pergi, tapi kemudian berbalik mengatakan sesuatu.

"Neng, pak Jashon baru aja pulang. Tapi baru dua jam dia disini penyakitnya kambuh lagi, pak Jashon sekarang dirumah sakit"

Ellen membeku, masalah baru lagi. Oh Tuhan, tidak bolehkah Ellen bernapas dengan tenang?

"Neng Anne sama den Jerva ada didalam, mereka mau pergi rumah sakit" lanjut mang Aji saat Ellen belum menjawab perkataannya, lalu berbalik pergi. Dan kedua kakaknya keluar, Ellen menghampiri mereka.

"Beneran papa kambuh?"

"Kita kerumah sakit ya? Nanti kakak jawab, kita liat kondisi papa dulu"

Jerva berlalu pergi, meninggalkan Ellen dan Anne. "Yang diucapin Jerva bener, kita ketemu papa dulu ya Len?"

Ellen hanya mampu menggerakkan kepalanya, ia bahkan belum menginjakan kaki dilantai rumahnya, dan sekarang ia harus pergi lagi. Tidak ada bedanya kehidupannya di London dengan Jakarta, hanya menambahkan kejadian kisah cintanya saja.

Mereka sampai dirumah sakit, ruangan papanya dilantai dua nomor 26. Ellen berlari meninggalkan Anne dan Jerva, ia tak peduli, ia hanya ingin bertemu papanya.

Saat membuka pintu ruangan rawat sang papa, Ellen menitikan air matanya. Banyak selang-selang yang menempel ditubuh papanya dan alat-alat yang mengerikan.

I LIKE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang