3. Ditemukan

737 94 17
                                    

"APA YANG KALIAN MAKSUD DENGAN ALEX MENGHILANG TANPA ADA YANG TAHU HAH?! KALIAN TAHU KAN DIA ITU HARUS SELALU BERADA DALAM PENGAWASAN KALIAN PARA BODYGUARDNYA?!"

Teriakan murka Galen terdengar seperti bunyi petir ditelinga para bodyguard yang bertugas mengawasi Alex setiap kali Galen harus pergi menyelesaikan urusannya sendiri. Mereka hanya bisa menunduk menerima kemarahan bosnya sekarang, yang memang pantas mereka terima sebenarnya.

"Lalu apa kalian sudah menemukannya sekarang?!" tanya Galen masih dengan geramannya. Para bodyguard itu hanya bisa kembali menelan ludah gugup. Bosnya ini pasti tidak akan suka dengan apa yang akan mereka katakan selanjutnya.

"Ka-kami belum bisa melacak keberadaannya Bos. Hujan deras ini menghambat pencarian kami, dan rekaman CCTV hanya memperlihatkan Tuan Alex yang pergi tiga jam yang lalu dengan menggunakan pakaian serba tertutup dan kacamata hitam tidak lama setelah Bos pergi"

PRANG

Dengan kasar Galen baru saja memecahkan asbak yang ada di meja ruang tamunya ke lantai di bawahnya. Lelaki itu kesal bercampur khawatir, saat pulang dan tidak menemukan keberadaan sepupu manisnya itu dimanapun.

"LALU UNTUK APA KALIAN KUPERKEJAKAN JIKA MENJAGA SEORANG REMAJA SAJA KALIAN TIDAK BECUS?! CEPAT LACAK GPS HANDPHONENYA!" raung Galen kesal. Hujan sudah turun dengan lebat di luar sana, dan lebih dari siapapun, Galen sangat tahu bahwa Alex akan berubah tidak terkendali saat dia sendirian ketika hujan mulai turun. Galen tidak mau Alex kembali tertekan saat mendengar suara rintikan hujan. Dia pulang cepat untuk itu, namun hilangnya sang sepupu kini membuatnya khawatir setengah mati.

"Masalah itu....... Di-dia tidak membawa handphonenya, Bos"

Clek

Sebuah pistol tiba-tiba ditodongkan ke kepala bodyguard tersebut begitu dia selesai menjawab pertanyaan Galen. Wajah pria itu semakin menggelap, ingin sekali rasanya dia membunuh semua bodyguard tidak becusnya ini.

"DASAR BODOH! AARRGGGHHH, CEPAT KERAHKAN SEMUA ORANG UNTUK MENCARINYA! SEGERA TEMUKAN DIA ATAU AKU AKAN MENEMBAK KALIAN SEMUA!"

Ruang itu seketika sepi saat semua orang dengan tergesa-gesa segera keluar dari apartemen yang dihuni Galen dan Alex sebelum pria itu merubah pikirannya. Galen menghela nafas kasar seraya mengusap wajahnya lelah ketika dia kembali duduk di sofa ruang tamunya. Ini bukan kali pertama Alex keluar tanpa memberitahunya. Kadang kala, Alex memang sulit mengutarakan keinginannya dan selalu berusaha untuk menggapainya dengan usahanya sendiri. Psikolognya bilang, itu mungkin efek Alex ditelantarkan dalam waktu yang lama. Alex tetap kesulitan mengutarakan keinginannya, bahkan jika itu pada orang sepenting Galen.

Galen sudah melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkan Alex, namun mengabulkan kehidupan yang diimpikan remaja itu ternyata tidak cukup untuk membuatnya melupakan masa lalu kelamnya.

Ingin rasanya Galen sekalian memasang pemancar di tubuh remaja itu. Dengan begitu, Alex seharusnya selalu bisa dia awasi bukan? Menambah jumlah bodyguard tidak pernah menyelesaikan masalah ini. Atau jika dia bisa, Galen bahkan ingin Alex hanya diam di rumah tanpa perlu melakukan apapun lagi. Dia bisa membahagiakan Alex dengan memberi remaja itu apapun yang dia mau selama remaja itu patuh untuk diam di rumah mereka, agar Galen bisa memastikan bahwa Alex akan selalu aman dalam perlindungannya.

Sebutlah Galen berlebihan. Dia hanya ingin sepupunya itu aman dan dapat dia jaga setiap waktu. Dia tidak mau melihat kondisi Alex memburuk lagi. Pemandangan horor saat Alex ingin melompat dari teras apartemennya di lantai dua puluh hanya boleh dia rasakan sekali. Dia tidak ingin melihatnya lagi, apapun yang terjadi.

Galen mengigit bibirnya kesal saat suara petir mulai terdengar dari kejauhan. Rasa takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada remaja manis itu mulai menggerogoti pikirannya. Galen pada akhirnya ikut bangkit berdiri, dia siap mengobrak-abrik dunia demi menemukan sepupunya itu.

Angelic Voice [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang