"Um Kak, apa kau melihat kartu nama yang diberikan untukku oleh Kak Verron kemarin malam? Aku tidak bisa menemukannya di kantung jaketku sekarang. Apa aku menjatuhkannya secara tidak sengaja ya? Tapi....... Aku sepertinya ingat benar-benar menyimpannya di jantung jaketku"
Galen yang telah siap dengan jasnya kembali masuk ke kamar saat Alex tidak juga keluar untuk segera berangkat ke agensinya. Pemuda itu tengah sibuk mencari sesuatu kini, tangannya berkali-kali mengecek kantung pakaian yang kemarin dia pakai saking tidak percayanya dia bisa seceroboh itu sampai menghilangkan kartu nama sepenting itu.
"Kau mungkin memang menjatuhkannya Alex. Kita harus segera berangkat atau kau akan terlambat untuk perekaman video klipmu. Biar aku minta seseorang untuk mencarinya nanti, jika kau yakin kamu memang telah memasukan kartu nama itu ke kantung jaketmu. Sekarang ayo kita sarapan terlebih dahulu, kau harus memakan sesuatu sebelum kita berangkat"
Alex merengut saat dia tetap tidak bisa menemukan kartu nama itu di manapun. Galen memang benar, ini sudah siang jadi mereka harus segera berangkat atau Alex terpaksa menunda lagi perekaman video musik terbarunya.
"Tolong ya Kak, aku belum sempat menambahkan nomor teleponnya ke handphoneku kemarin malam" Ujar Alex. Galen hanya mengangguk sebagai balasan, walaupun dia tahu Alex tidak akan pernah bisa menemukan kartu itu lagi sekeras apapun mereka mencarinya.
Bagaimanapun, dia telah membakar kartu nama itu sendiri kemarin malam. Alex hanya akan berada dalam bahaya jika dia dekat dengan pria seperti Verron. Apapun yang terjadi, Galen tidak akan pernah membiarkan keduanya dekat selama dia masih hidup. Keduanya tidak akan cocok, dan Galen percaya betul akan hal itu.
"Sekarang ayo kita makan. Kita tidak akan pergi kemana pun sebelum kau menghabiskan sarapanmu Alex" Ujar Galen. Pria itu memeluk pundak Alex, lalu mengajak anak itu keluar kamar tanpa mengkhawatirkan keberadaan kartu itu lagi.
*****
"........ Bisa kau ulangi ucapanmu Bos?"
Wajah Ben terlihat sangat bodoh saat dia kini mulai meragukan kemampuan pendengarannya. Pria itu berkedip cepat, saat matanya memerhatikan Verron yang duduk di depannya dengan ekspresi bodoh.
"Apakah aku perlu memberimu ijin untuk memeriksakan telingamu ke dokter telinga, Ben? Aku tahu kau mendengarnya dengan jelas. Jangan coba membuatku mengulanginya lagi mengerti?"
Sekali lagi Ben hanya bisa membuka mulutnya tanpa suara saat Verron lagi-lagi mulai mengancamnya. Lelaki itu menarik nafas panjang, sebelum memastikan dirinya sekali lagi.
"Jadi........ Kau ingin aku membeli semua album Alex dari pertama kali dia debut sampai yang terbaru? Bos, sebenarnya sejak kapan kau tertarik pada Alex?"
"Itu semua bukan urusanmu Ben"
Ben tetap menatap Verron aneh bahkan ketika pria itu tetap berusaha mempertahankan ekspresi datarnya. Verron yang semula hendak berpura-pura fokus pada tugasnya lagi kembali menoleh saat dia melihat Ben masih ada di tempatnya berdiri. Alis Verron menyatu, saat dia melirik Ben sekali lagi.
"Kenapa kau masih ada disini? Aku sudah memberimu tugas bukan?" Tanya Verron tajam. Kali ini Ben menghela nafas panjang, saat dia berjalan untuk mendekati Verron yang duduk kursi kerjanya.
"Bos, aku pikir rencana awal kita sudah bagus. Menunjukan ketertarikan pada orang yang memiliki hubungan dekat dengan Galen hanya akan menimbulkan permusuhan diantara kita. Bos sendiri sudah mengerti bukan betapa berharganya Alex bagi Galen? Kupikir kita sudah cukup menjahili nya kemarin Bos" Ujar Ben berusaha memberitahu. Verron yang semula ingin menyalakan rokoknya langsung menyimpan batangan nikotin itu kembali. Tatapannya berubah semakin dingin, saat matanya benar-benar menatap Ben kini.
"Kau pikir aku tengah bercanda? Aku akan tetap mendekatinya, bahkan jika itu berarti aku harus siap berselisih dengan Galen. Aku tertarik padanya secara pribadi, tidak akan ada masalah selama aku tidak melibatkan masalah organisasi dalam pilihanku saat ini" Final Verron mutlak. Kini giliran Ben yang kembali gelisah. Ini adalah pertama kalinya, bosnya yang selalu teguh pendirian mengubah keputusannya di tengah jalan. Padahal Verron tidak pernah menunjukan ketertarikan pada siapapun sebelum ini. Tidak pada para artis cantik, atau anak para konglomerat yang berusaha mendekati Verron untuk mendapatkan koneksi karena memiliki hubungan dengan pria sepertinya.
Sebelumnya juga ada banyak pria yang berusaha menghangatkan kasur Verron. Tapi dari semua yang sudah pernah bertemu dengannya, pria itu dengan marah malah mengusir mereka semua karena dianggap mengotori rumahnya yang selalu bersih.
Jadi wajar saja jika sekarang Ben tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Verron sebenarnya. Verron yang kemarin tidak ingin berhubungan dengan Alex lagi secara tiba-tiba mengubah keputusannya. Dia tertarik pada pria yang salah kini, seseorang yang seharusnya tidak pernah mereka dekati.
"Tapi Bos...."
"Untuk pertama kalinya Ben, aku bisa tidur dengan nyenyak semalam"
Pandangan terkejut segera muncul di wajah Ben saat dia mendengar pengakuan dari Verron. Ini sudah tahun kelima sejak Verron mulai menderita insomnia akut, tidak ada yang pernah berhasil membuatnya tidur dengan nyenyak semenjak kematian adik satu-satunya itu.
"Itu..... Mungkin saja terjadi karena Bos kelelahan bukan?" Tanya Ben bersikeras. Ben berharap bosnya itu akan setuju dengan asumsinya, namun gelengan dari Verron langsung mematahkan semua harapannya.
"Aku tertidur saat tengah mendengarkan musik-musik yang pemuda itu nyanyikan. Aku tertidur nyenyak di meja kerjaku, hanya karena aku mendengarkan lagu-lagu yang dia nyanyikan" Ujar Verron menegaskan. Kali ini Ben mulai tampak luluh, saat pria itu akhirnya memilih untuk tidak lagi protes kini.
"Aku akan segera mencari album-album itu untukmu Bos. Kalau begitu, aku pergi dulu"
Verron hanya mengangguk saat Ben akhirnya keluar dari ruangannya. Verron kembali mengecek berkas-berkas yang sebelumnya sempat dia simpan kembali di atas meja kerjanya. Verron menatap deretan tulis yang ada di kertas-kertas itu dengan serius, saat pikirannya malah terus mengingat suara merdu Alex yang dia dengar kemarin malam. Sudah lama sekali rasanya sejak Verron bisa tidur senyenyak itu. Verron merasa segar di pagi hari, walaupun dia hanya tidur dalam posisi buruk kemarin malam. Verron tidak lagi memimpikan tubuh penuh darah milik adiknya. Sebaliknya, yang Verron rasakan kemarin hanyalah perasaan hangat yang menyelimuti dirinya di dalam mimpi.
Verron tahu alasan kenapa Ben begitu keras kepala sebelumnya. Dia juga tidak pernah seperti ini sebelumnya, bersikeras mengejar seseorang sampai rela memancing amarah pria seperti Galen. Namun Alex, hanya dengan lagunya lelaki itu bisa membuat Verron merasakan perasaan nyaman yang sebelumnya sudah hilang dalam hidupnya. Alex melakukan sesuatu yang tidak pernah berhasil dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, tidak peduli metode apa yang telah mereka coba sebelumnya.
Alasan itu sudah lebih dari cukup, untuk membuat Verron melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
Pendek banget :(
Kalau mood aku balik lagi, aku update chapter lain ya..... Padahal cerita ini draftnya udah sampai tiga puluh chapter lebih..... Tapi mood aku lagi turun banget sampai buat buka HP juga jadinya males banget :')
Maafin ya guys.... Dan makasih buat yang masih stay di cerita ini :)
See you in next chapter^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Voice [Remake]
RomanceMenceritakan pertemuan tidak terduga dari penyanyi terkenal dengan musuh keluarganya. CERITA GAY, DON'T LIKE DON'T READ Remake dari Angelic Voice sebelumnya ya^^