Sore ini langit tampak mendung. Seorang pria kini sedang berdiri sambil memejamkan matanya di atap sebuah rumah sakit. Pikirannya melayang mengingat-ingat kejadian yang baru saja ia alami. Hari itu, ia baru mengetahui bahwa kekasihnya yang sangat ia sayangi mengidap sebuah penyakit yang siap merenggut nyawanya kapan saja.
Pagi itu seorang teman dari kekasihnya tiba-tiba membuat kegaduhan dengan menggedor-gedor pintu apartemennya.
"P'Off! P'Off buka pintunya! Aku harus mengatakan sesuatu padamu!" Teriak seorang wanita bernama Jane yang kini sedang menggedor-gedor pintu apartemen Off.
Off yang baru saja terbangun dari tidurnya segera membuka pintu apartemennya setelah mengenali suara yang sejak tadi meneriakkan namanya.
"Astaga, Jane! Ada apa? Pagi-pagi begini berisik sekali." Ucap Off setengah menguap masih dengan kondisi mata tertutup.
"P'Off! Namtan!" Ucap Jane panik begitu melihat Off menampakkan dirinya dibalik pintu. Off yang mendengar nama Namtan disebutkan dengan nada panik langsung membuka matanya.
"Kenapa Namtan?" Ucap Off tak kalah panik. Jane yang sejak tadi menahan air matanya akhirnya menangis begitu saja.
"Namtan, dia akan operasi besok. Dia, kanker otak."
"Kau bercanda? Jangan mentang-mentang aku baru bangun tidur lalu kau membuat lelucon murahan seperti ini, Jane."
"Apa aku tampak bercanda?" Tanya Jane sambil pada Off sambil menunjuk wajahnya sendiri. Off menyadari bahwa wajah Jane sama sekali tidak memperlihatkan candaan. Ia tampak serius dengan apa yang dikatakannya.
"Kau serius?" Tanya Off. Jane hanya menjawabnya dengan anggukan. Air matanya tak berhenti menangis sejak tadi membuat Off percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Jane itu benar.
Off tampak seperti orang yang kalap. Ia melakukan semuanya dengan terburu-buru hanya agar dia dapat segera ke rumah sakit tempat Namtan kini sedang di rawat. Di hari sebelumnya, Namtan sempat berkata pada Off bahwa ia akan ke luar kota selama beberapa hari. Namun pada kenyataannya, sesuai dengan info yang ia peroleh dari Jane, Namtan kini sedang dirawat di rumah sakit untuk persiapan operasi.
Off memasuki sebuah ruangan rumah sakit dengan terburu-buru diikuti oleh Jane yang masih menangis sejak tadi.
"Namtan!" Panggil Off. Namtan yang mendengar namanya dipanggil segera menolehkan kepalanya ke sumber suara. Ia begitu terkejut melihat kekasihnya ada di ruangan itu.
"P'Off? Kenapa kau ada disini?" Tanya Namtan. Namun begitu melihat Jane yang mengekor di belakang Off, Namtan langsung menyadari apa yang sebenarnya terjadi. "Jane? Ini ulahmu?" Kini pertanyaan Namtan dilayangkan kepada Jane.
"Maafkan aku..." ucap Jane lirih karena takut Namtan akan marah padanya.
"Kenapa kau bohong padaku?" Tanya Off dengan wajah serius. Namtan yang jarang sekali melihat wajah serius milik Off kini tersenyum geli.
"Kau pasti sangat khawatir ya? Aku baik-baik saja kok. Maafkan aku ya?" Ucap Namtan dengan wajah ceria khas miliknya. Ya, Namtan adalah sosok gadis yang ceria yang selalu tersenyum dalam kondisi apapun. Itulah yang membuat seorang Off Jumpol jatuh cinta padanya.
"Kenapa kau tidak bilang apa-apa soal penyakitmu padaku? Apa kau pikir aku tidak peduli padamu? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Dan kau sekarang tertawa seolah semua ini hanya lelucon?" Omel Off.
"Apa kau pikir aku tidak takut? Aku tidak sedang menganggap ini sebagai lelucon. Aku juga tidak mau punya penyakit seperti ini. Aku hanya tak ingin membuatmu khawatir. Itu saja." Ucap Namtan dengan mata berkaca-kaca. Semua perasaan campur aduknya seolah akan tumpah saat ini juga.
Off yang melihat kondisi Namtan yang kini masih duduk di atas ranjang rumah sakit segera berhambur memeluknya. Ia tahu pasti kalau Namtan juga pasti sangat ketakutan karena bayang-bayang kematian kini mengincarnya. Namun yang Off masih tak habis pikir adalah kenapa Namtan merahasiakan kenyataan itu darinya.
Off di atas rumah sakit itu masih merenungi setiap kejadian yang baru saja ia alami. Kini ia mendongakkan kepalanya menghadap langit yang mendung. Berharap ada sosok Tuhan, atau Malaikat yang bisa membantunya menyelesaikan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya. Terutama tentang penyakit kekasihnya.
"Tuhan..." ucapnya lirih hampir tanpa suara. "Sejak kecil aku tak pernah meminta apapun dari Mu. Saat kedua orangtuaku Kau panggil bersamaan, aku juga tak pernah mengeluh. Tapi kali ini saja, kumohon sembuhkan Namtan." Tetes air hujan perlahan membasahi wajah dan rambutnya saat ia masih mendongakkan wajahnya menghadap langit sambil mencoba berkomunikasi dengan penciptanya.
"Kumohon, sembuhkan Namtan. Buat dia ceria seperti sedia kala. Biarkan dia menyebarkan energi positifnya pada semua orang lebih lama lagi. Aku rela menukarkan nyawaku dengan miliknya jika itu bisa membuatnya hidup lebih lama. Ku mohon, sekali ini saja tolong jawab doaku. Hanya ini satu-satunya keinginan yang ku minta dari Mu." Lanjutnya.
Langit bergemuruh, seolah Tuhan memberi tanda bahwa Ia telah mendengar doa yang dipanjatkan oleh Off Jumpol di atas atap gedung rumah sakit itu. Jumpol tidak bergeming sama sekali walau suara gemuruh terus bergema dari atas langit. Di bawah guyuran hujan itu, setetes air mata mengalir dari matanya. Namun tiba-tiba sebuah tangan dingin memegang bahunya membuat semua lamunan buyar seketika.
"Tuhan mendengar doamu. Maka dari itu Ia mengirimku." Ucap seseorang yang baru saja memegang bahu basah Off Jumpol yang sejak tadi kehujanan. Off menoleh ke arah orang itu dan mendapati wajah yang kini sedang tersenyum cerah ke arahnya. Bahkan langit yang tadinya tertutup awan gelap berubah menjadi langit yang cerah secara perlahan. Membuat Off Jumpol bertanya-tanya, siapa pria kecil yang kini sedang berada di hadapannya itu?
• I C A R U S •
![](https://img.wattpad.com/cover/254342227-288-k162988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Icarus [OFFGUN]
Fanfiction[COMPLETED] Seorang malaikat secara tiba-tiba ditugaskan turun ke bumi untuk menolong seorang pria yang sedang berharap atas kesembuhan kekasihnya. Namun tugas yang mendadak itu rupanya membuat semua kenangan masa lalunya yang tak pernah ia ketahui...