"P'Off, bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Tanya Namtan yang sejak tadi masih memperhatikan Off dan Gun yang berpelukan cukup lama. Mendengar pertanyaan Namtan, Off dan Gun melepaskan pelukan mereka dan mulai menjelaskan pada Namtan tentang mereka.
"Namtan, dia adalah..." Off belum menyelesaikan kalimatnya, namun Namtan sudah menyela.
"Gun? Benar?" Tanya Namtan.
"Darimana kau tau nama itu?" Tanya Off.
"Saat kau tertidur di sini, aku sering mendengar kau menyebutkan nama itu dalam tidurmu. Di pasti seseorang yang spesial untukmu kan, P'?"
"Dia adalah cinta pertamaku yang telah lama hilang. Tapi takdir rupanya ingin bermain-main dengan kami sehingga kami bertemu kembali." Jelas Off. Namtan tersenyum seperti biasanya, namun hatinya rasanya seperti teriris saat tahu bahwa Gun adalah orang nomor satu dalam hidup Off yang saat ini adalah kekasihnya.
"Kalian terlihat cocok." Ucap Namtan.
"Namtan, maafkan aku. Tapi sepertinya aku..."
"Tidak bisa melanjutkan hubungan kita kan?" Lagi-lagi Namtan menyela perkataan Off seolah ia sudah tau isi kepala Off. Off hanya menganggukkan kepalanya lemas. Ia tak berani menatap mata Namtan karena perasaan bersalah.
"Tidak apa-apa, P'. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Sejak awal aku tau kau tak mencintaiku. Tapi aku sangat berterimakasih padamu karena kau selalu menjagaku." Lanjut Namtan.
"Namtan..." kini Gun yang angkat suara. "Kau benar-benat gadis yang baik. Andai aku tak bisa kembali, aku akan tenang jika Off bersamamu." Ucap Gun.
"Sebenarnya apa yang menimpamu sampai kau menghilang dari hidup P'Off?"
"Panjang ceritanya. Bahkan sampai saat ini aku pun masih tidak mengerti betul tentang apa yang telah terjadi." Jawab Gun.
"Karena kini kau sudah kembali, lakukan tugasmu untuk mendampingi P'Off dengan baik ya. Aku akan sangat senang kalau melihat kalian bahagia."
Off dan Gun tau betul semua ucapan itu bertolakbelakang dengan perasaan Namtan sesungguhnya. Namun mereka tau bahwa Namtan memang orang yang sangat baik. Dan mungkin ucapan itu juga menjadi penguat tersendiri bagi jiwa Namtan yang saat ini kehilangan sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Kalau begitu, aku akan berangkat kerja dulu. Kau jaga dirimu baik-baik ya. Besok siang akan kubawakan sandwich favoritmu." Ucap Off sambil mengusap lembut kepala Namtan. Namtan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Setelah punggung Off dan Gun berlalu dibalik pintu meninggalkan Namtan sendirian dalam ruangan yang sepi itu, barulah air mata Namtan yang ia bendung sejak tadi tumpah. Tak bisa ia pungkiri, ia sangat mencintai Off walau ia tau bahwa Off tak pernah mencintainya. Bahkan jika bukan karena kedekatan keluarga mereka, mungkin Namtan tak akan pernah menyandang status sebagai kekasih Off.
Saat sosok yang telah ditunggu oleh Off sejak lama kembali. Saat mata yang biasanya menyorotkan kekosongan itu kini dipenuhi cinta. Saat hati yang sedingin es itu kini menghangat kembali. Saat itulah Namtan harus melepaskan apa yang sejak awal memang bukan miliknya. Namun ia bersyukur, setidaknya ia pernah mengisi lembaran kehidupannya dengan kisah bahagia saat bersama Off.
Berbeda dengan Namtan, Off dan Gun kini diliputi kebahagiaan. Setelah sekian lama kebahagiaan tidak menyapa mereka, kini mereka mendapatkannya kembali walau mungkin hanya sementara. Malam itu setelah kembali dari Heaven's Fall, Off dan Gun pulang ke apartemen Off. Sambil mengingat-ingat manisnya kebersamaan mereka di masa lalu.
"Aku ingat betul pertama kita bertemu saat kau tercebur ke kolam." Ucap Gun.
"Iya, dan kau menyelamatkanku."
"Lain kali kau harus belajar berenang, Off!"
"Asal kau yang mengajariku."
"Tentu saja, kalau kau bisa memberiku bayaran yang mahal."
"Apakah semua malaikat mata duitan sepertimu?"
Gun hanya tersenyum. Ia merasakan kehangatan yang sudah lama tak ia rasakan. Kehangatan itu seolah menjalar dari dalam hati ke setiap inci kulitnya. Ia semakin yakin bahwa ia telah hidup kembali. Secara perlahan, ia memeluk sosok yang kini ada di hadapannya itu. Sosok yang sangat ia rindukan, sosok yang sangat ia cintai.
"Aku mencintaimu, Off."
"Terimakasih sudah kembali, Gun. Aku juga mencintaimu." Off balik memeluk Gun tak kalah erat. Ia benar-benar bersyukur di kehidupannya yang singkat ini, ia bisa bertemu dengan Gun. Ia mengecup pucuk kepala Gun, mengalirkan perasaan sayangnya pada si mungil itu. Gun tersenyum, begitu juga Off. Waktu penuh kebahagiaan yang singkat, yang akan segera berlalu itu, harus mereka pergunakan dengan baik bukan?
"Off, apakah orang tuaku masih hidup?" Tanya Gun tiba-tiba.
"Entahlah, sejak aku melupakanmu aku melupakan mereka juga. Aku akan coba tanyakan pada bibiku ya?" Ucap Off.
Jam menunjukkan pukul 3 pagi namun dengan lancangnya Off menelfon bibinya yang masih terlelap. Setelah berbicara lewat sambungan telepon dengan bibinya, Off kembali menghampiri Gun.
"Ku dengar, ayahmu sudah meninggal karena sakit. Sedangkan Ibumu masih hidup dan masih menempati rumah lama kalian. Kau mau kesana?"
"Besok saja. Pagi ini kan kau sudah berjanji pada Namtan untuk membawakan sandwich favoritnya."
"Baiklah, hari jumat besok aku akan ijin libur kerja lagi. Kita bisa menginap di rumahmu."
"Benarkah?" Tanya Gun antusias.
"Tentu saja." Ucap Off sembari kembali membawa Gun dalam pelukannnya.
"Tapi apa kau tidak akan dipecat jika berkali-kali ijin kerja?"
"Tidak apa-apa. Lagipula saat aku pergi nanti juga aku akan meninggalkan pekerjaanku."
"Off, kau benar-benar merusak suasana." Protes Gun mendengar pernyataan Off. Off justru terkekeh karena protes yang dilayangkan Gun padanya.
"Maaf, maaf. Kuharap aku bisa hidup lebih lama jika itu denganmu."
"Huum, aku juga berharap kita bisa hidup lebih lama jika kita bersama."
Keduanya saling berpelukan erat, mengaburkan dinginnya malam dengan kehangatan yang mereka rasakan dalam hati mereka. Mereka bertekad untuk mempergunakan waktu yang mereka miliki dengan baik sembari berharap Tuhan yang baik memberi tambahan waktu bagi kisah mereka agar bisa mekar lebih lama.
• I C A R U S •
KAMU SEDANG MEMBACA
Icarus [OFFGUN]
Fanfiction[COMPLETED] Seorang malaikat secara tiba-tiba ditugaskan turun ke bumi untuk menolong seorang pria yang sedang berharap atas kesembuhan kekasihnya. Namun tugas yang mendadak itu rupanya membuat semua kenangan masa lalunya yang tak pernah ia ketahui...