"Namtan..." Panggil Gun.
"P'Gun! Kau ini kemana saja? Sejak tadi P'Off meracau tidak jelas dan berkata yang tidak-tidak." Namtan tampak sangat marah pada Gun. Tentu saja, Namtan merelakan orang yang ia cintai kembali pada tempat yang semestinya tapi Gun malah menyia-nyiakannya.
"Maafkan aku. Aku benar-benar menyesal." Jawab Gun sambil tertunduk lesu. Namtan tak punya pilihan lain selain memakluminya. Gun melirik ke arah Off yang masih tertidur. Ia segera menghampiri Off dan menggenggam tangan Off yang terasa sangat dingin tak seperti biasanya.
"Selesaikan masalah kalian. Aku dan bibi akan menunggu di luar." Ucap Namtan ketus. Ia keluar dari ruangan itu bersama dengab Bibi Off. Mereka memutuskan untuk memberikan kesempatan bagi Off dan Gun agar dapat menyelesaikan permasalahan mereka.
"Off... aku di sini." Ucap Gun lirih dengan air mata yang tak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya.
Off tidak bergeming, masih dalam keadaan tak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol. Gun mengusap keringat dingin di dahi Off. Hatinya terasa sangat sakit melihat orang yang begitu ia cintai dalam keadaan seperti ini. Ia melirik jam di dinding, beberapa menit lagi waktunya akan habis. Sedangkan ia tak tahu bagaimana cara mencegah kepergian Off.
"Off, bangun lah." Ucapnya lagi namun kini sambil memberikan sebuah kecupan di tangan Off yang dingin.
Off merasa tidurnya terganggu. Ia membuka matanya dan melihat sosok yang ia rindukan ada di hadapannya.
"Gun!" Off segera bangun dari posisinya lalu memeluk Gun dengan sekuat tenaganya. "Gun, kau kembali?" Tanyanya seolah tak percaya bahwa Gun ada dalam pelukannya.
Gun tak menjawab, suaranya akan sangat bergetar jika ia menjawabnya. Ia hanya menganggukkan kepalanya pelan. Masih dengan air mata yang kini mulai membasahi bagian pundak kaos yang dipakai oleh Off.
"Jangan tinggalkan aku." Rengek Off.
"Tidak akan lagi." Ucap Gun dengan suaranya bergetar karena luapan emosinya.
Off tersenyum sejenak menyadari keberadaan Gun di sisinya. Kemudian ia menyadari bahwa waktunya tak akan lama lagi. Ia menangis lagi, berharap tangisannya dapat menyampaikan harapannya pada Tuhan bahwa ia ingin hidup lebih lama. Ia ingin bersama dengan Gun lebih lama. Menjaga sosok rapuh itu dengan segala yang ia punya. Berharap takdir tak akan memisahkan mereka untuk yang kedua kalinya.
"Aku ingin menjagamu lebih lama."
"Aku ingin mencintaimu lebih lama."
"Aku ingin hidup bersamamu lebih lama."
"Aku ingin memberikan kebahagiaan untukmu."
"Aku ingin mendampingimu di semua momen yang ada dalam hidupmu."
"Aku ingin hidup lebih lama."
"Tapi aku tidak bisa."
Semua kalimat yang dilontarkan oleh Off membuat ribuan belati yang bersarang dihati Gun terasa seolah menghujamnya semakin dalam. Ribuan air mata menetes begitu deras dari kedua mata mereka.
"Kau akan hidup lebih lama, Off. Kau akan bersamaku dalam waktu yang lama. Tak akan ada yang sanggup memisahkanmu dariku." Ucap Gun berusaha meyakinkan Off. Walau ia sendiri tau bahwa itu tak mungkin.
Namun jika keajaiban bisa membuatnya hidup kembali sebagai manusia. Bukankah keajaiban juga akan mampu menolong hidup Off? Hanya itu yang bisa ia yakini saat ini. Berharap ada sebuah keajaiban yang bisa menolong Off. Ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang yang paling ia cintai.
"Gun..." ucap Off lirih tanpa tenaga. Kurang dari satu menit lagi, Off akan pergi meninggalkan semua yang ia miliki.
"Aku disini." Ucap Gun.
"Aku mencintaimu." Seketika itu tubuh Off melemah. Seluruh tubuhnya mendingin. Gun tak bisa menemukan kehangatan lagi dari genggaman tangannya, dari pelukannya.
"Aku juga mencintaimu, Off." Tak ada jawaban dari Off.
"Off. Jangan tinggalkan aku!" Tak ada jawaban lagi
"Kumohon." Lirihnya.
"OFF! BANGUN! KU MOHON!" Gun menangis sekencang-kencangnya sambil terus menggoncang tubuh lemah Off. Ia tak berhenti meneriakkan nama Off berharap Off bisa kembali padanya.
Dalam tangisan kehilangannya itu, semua memori tentang Off seolah terputar kembali di kepala Gun. Gun pernah menyelamatkan hidup Off saat Off tercebut ke kolam renang. Ia juga pernah menyelamatkan Off saat kecelakaan 11 tahun yang lalu. Tapi entah kenapa saat ini ia merasa seolah ia tak berdaya. Seolah tak ada satu hal pun yang bisa ia lakukan untuk membawa Off kembali.
Namtan dan bibi Off yang mendengar lolongan kehilangan Gun dari luar segera masuk ke apartemen Off lagi. Keduanya bisa melihat Off yang telah terkulai lemah dalam pelukan Gun dan Gun yang menangis histeris. Namtan membekap mulutnya sendiri menahan air mata yang kini memaksa keluar dari matanya. Bibinya jatuh terduduk di lantai yang dingin itu. Mereka telah kehilangan Off.
• I C A R U S •

KAMU SEDANG MEMBACA
Icarus [OFFGUN]
Fanfiction[COMPLETED] Seorang malaikat secara tiba-tiba ditugaskan turun ke bumi untuk menolong seorang pria yang sedang berharap atas kesembuhan kekasihnya. Namun tugas yang mendadak itu rupanya membuat semua kenangan masa lalunya yang tak pernah ia ketahui...