"Setidaknya kita sudah dipertemukan kembali." Sebuah kalimat sederhana yang keluar dari bibir Off itu membuat Gun merasa tenang sekaligus bersyukur. Setidaknya Tuhan masih memberinya kesempatan untuk mengingat kembali masa lalunya, bahkan bertemu lagi dengan sosok yang paling ia cintai dalam hidupnya.
Gun mengangguk pelan menanggapi kalimat itu, membuat Off tersenyum setelah melepas pelukannya pada tubuh mungil itu. Keduanya saling menatap dengan mata yang masih berkaca-kaca seolah menyampaikan isi hati dan pikiran mereka tanpa suara.
"Jadi, kita pulang sekarang?" Tanya Off, lagi-lagi Gun hanya mengangguk.
Sore itu, Off dan Gun kembali menyusuri jalanan yang sudah mereka lewati tadi siang. Namun kali ini dengan arah menuju kembali ke kota tempat Off tinggal. Sepanjang perjalanan, mereka tak banyak bicara. Mereka sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing. Off terus berpikir bagaimana ia harus mengatakan hal ini pada Namtan yang saat itu masih memegang status sebagai kekasihnya. Sedangkan Gun, pikirannya lebih rumit lagi. Ia berpikir bagaimana caranya agar Off bisa tetap hidup, tapi tanpa mengorbankan nyawa Namtan. Ia begitu mencintai Off sampai ia tak rela kehidupan Off direnggut paksa. Tapi ia juga tak ingin mengorbankan orang lain demi mewujudkan keinginannya.
"Off..." Panggil Gun lirih memecah keheningan dalam mobil itu.
"Hm?" Sahut Off.
"Apa aku terlalu egois jika menginginkanmu untuk tetap hidup?"
"Untuk apa aku hidup kalau orang yang kucintai tak ada di sisiku, Gun?"
"Bukankah saat ini aku ada di sisimu?"
"Saat tugasmu untuk mengawalku sudah selesai, apa kau akan tetep bersamaku?"
Pertanyaan itu membuat Gun terdiam. Ia juga tak tahu kemana takdir akan membawanya. Jika tugasnya untuk mengawal Off sudah selesai, entah tugas apa lagi yang akan diembankan kepadanya. Ia tak bisa menjamin bahwa ia akan terus berada di sisi Off. Walau sebenarnya, saat ini itulah keinginan terbesarnya.
"Gun, kita jalani saja waktu yang tersisa. Tak masalah jika hanya sebentar, asal itu bersamamu. Daripada aku harus hidup lebih lama tanpa melihatmu, aku lebih memilih mati dalam pelukanmu." Ucap Off tenang. Berbeda dengan Gun, yang kini matanya mulai terasa panas lagi. Ia mengalihkan pandangannya ke arah jendela berusaha menyembunyikan air mata yang mendesak keluar dari pelupuk matanya.
Off melirik sekilas, ia bisa melihat Gun sudah hampir menangis. Sebenarnya, hatinya juga ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama orang yang paling ia cintai itu. Namun jika takdir berkata lain, ia tak mampu melakukan apa-apa selain menguatkan hati yang rapuh itu. Ia harus tampak kuat, agar saat ia pergi nanti Gun juga bisa kuat menerima takdir.
Jam menunjukkan pukul 7 malam saat Off sampai di rumah sakit untuk melihat keadaan Namtan. Gun masih terus mengekor di belakang Off sesuai tugasnya untuk mengawal Off kemanapun ia pergi. Saat memasuki kamar rawat Namtan, Off mendapati Namtan masih terjaga sambil bermain handphone.
"Namtan, kau tidak tidur?" Tanya Off setelah membuka pintu kamar rawat Namtan.
"P'Off, kau sudah kembali?" Tanya Namtan setelah menolehkan kepalanya pada Off yang baru saja masuk ke kamar rawatnya. Namun mata Namtan menangkap sosok lain yang berada di belakang Off. "Siapa dia?" Tanya Namtan lagi sembari menunjuk sosok yang tak ia kenali yang kini berada di belakang Off.
"Siapa?" Off menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk oleh Namtan dan hanya mendapati Icarus alias Gun, malaikat penjaganya sekaligus cinta lamanya yang telah lama hilang.
"Dia siapa? Temanmu? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya." Ucap Namtan lagi.
Off begitu terkejut mendengar penuturan Namtan. Jika yang Namtan maksud adalah Gun, maka artinya Namtan bisa melihat Gun. Bukankah selama ini Gun selalu berada bersama disitu bersama Off dan Namtan tak pernah bisa melihat keberadaannya?
"Tunggu, Namtan, kau bisa melihatnya?"
"Apa maksudmu, P'? Apa seharusnya aku tidak bisa melihatnya? Apa dia teman hantu?" Tanya Namtan panik.
"Tidak, tidak. Dia bukan hantu. Aku juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."
Gun membeku pada posisinya. Ia juga tak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya. Otaknya seolah berhenti beroperasi dan tak sanggup memproses apa yang kini sedang ia alami.
Off kini memegang tangan Gun dan membawanya mendekat pada Namtan yang kini ada di atas tempat tidurnya. Kemudian mengulurkan tangan Gun ke arah Namtan.
"Apa kau bisa memegangnya?" Tanya Off pada Namtan, masih dalam posisi mengarahkan tangan Gun pada Namtan.
Dengan perlahan, Namtan meraih tangan itu. Ia bisa merasakan jemarinya menyentuh kulit yang sangat dingin. Tapi jelas, dia bisa memegang tangan itu. Gun pun bisa merasakan hangatnya kulit Namtan di tangannya.
"Off..." panggil Gun lirih.
Off kini menatap penuh harap ke arah Gun. Berharap sebuah keajaiban terjadi dan orang yang ia cintai itu kembali hidup sebagai manusia seperti sedia kala.
"Off, mungkinkah aku hidup kembali?" Tanya Gun lagi, tapi kini sambil menatap Off tepat pada matanya. Mata mereka bertemu, senyuman terkembang di wajah keduanya. Off langsung memeluk Gun begitu saja di hadapan Namtan. Menyisakan Namtan yang masih menatap mereka dengan penuh tanda tanya.
• I C A R U S •
![](https://img.wattpad.com/cover/254342227-288-k162988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Icarus [OFFGUN]
Фанфик[COMPLETED] Seorang malaikat secara tiba-tiba ditugaskan turun ke bumi untuk menolong seorang pria yang sedang berharap atas kesembuhan kekasihnya. Namun tugas yang mendadak itu rupanya membuat semua kenangan masa lalunya yang tak pernah ia ketahui...